“Firman Tuhan inilah gitaku, Firman Tuhan
inilah harus menjadi Gitamu : “Innallahu la yu ghoiyiru ma bikaumin, hatta yu
ghoiyiru ma biamfusihim”. ” Tuhan tidak akan merobah nasib manusia sebelum manusia
itu merobah nasibnya”
Pernyataan Bung Karno
diatas disampaikan pada HUT Proklamasi ke-18, tepatnya 18 Agustus 1963. Sosok
yang sangat familiar bagi bangsa Indonesia ini menekankan bahwa bangsa
Indonesia harus berjuang untuk mengubah nasibnya sendiri.
Mari kita tengok
perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaan. Ketika enam puluh
delapan tahun lalu bangsa ini masih terbelenggu kejamnya penjajahan, teriakan
semangat merdeka terus berkobar dari dada rakyat Indonesia. Ratusan tahun
berjuang untuk melakukan sebuah perubahan yang didalamnya termasuk kebebasan
mengatur bangsanya sendiri. Kemerdekaan tersebut tidak akan pernah terwujud
jika berasal dari dari diri seorang saja. Ratusan bahkan ribuan jiwa telah
menyumbangkan darah, peluh, dan tenaga.
Hal ini menjadi bukti nyata dan catatan
sejarah betapa kuatnya keinginan bangsa ini untuk merdeka. Tiga setengah abad lebih
bangsa yang penuh dengan pesona khatulistiwa ini menjadi bangsa yang gersang karena kekayaan alam dan
manusianya dieksploitasi oleh penjajah.
Bahkan sampai saat ini
masih bisa dikatakan bahwa bangsa nan elok permata ini masih dijajah oleh
bangsa lain. Bangsa yang disebut Soekarno sebagai Rajawali pada HUT Proklamasi
ke-10 masih belum benar-benar terbebas dari belenggu penjajahan. Dan saat ini
semangat melawan penjajah masih menggema
meskipun tak seheroik dulu. Jika beberapa puluh tahun yang lalu bangsa ini
memerangi penjajah dengan kekuatan fisik, persenjataan yang kuat dan semangat
merdeka yang terus dikoarkan, lalu bagaimana dengan sekarang?
Akan terlihat konyol jika
saat ini kita masih meneriakkan kata merdeka. Karena saat ini sudah bukan
waktunya lagi melawan penjajahan dengan persenjataan seperti tombak, bamboo
runcing, mesiu, meriam, pistol dll untuk berperang. Melainkan memerangi
penjajahan di era modern ini dengan intelektualitas, kecerdasan otak, kepekaan
hati, dan kepedulian sosial. Karena penjajah di zaman sekarang adalah
kebodohan, kemiskinan, pengangguran, korupsi , globalisasi, kemajuan tehnologi,
dll. Bahkan seorang Pakar Hukum Tata Negara (Margito) mengatakan bahwa saat ini
banyak masyarakat Indonesia tidak pancasilais.
Pernyataan Margarito
disampaikan pada dialog kepemimpinan bersama Ketua The Presiden Center Eddy
Herwani Didied Mahaswara, dan pengamat politik UI Boni Hargens, di Jakarta,
Minggu (2/6/2013). Margarito dalam dialog tersebut menekankan bahwa masih banyak
calon legislatif (Caleg), dan Capres, yang jejak rekamnya tidak Pancasilais,
melainkan kapitalis, impresialis, dan neoliberalisme. Seluruh kebijakan
ekonomi, sosial politik, pendidikan, budaya, agama, dan sebagainya kurang menjiwai
Pancasila.
Namun sikap tidak
pancasilais tak hanya menjangkiti para politikus kita. Sebenarnya banyak
generasi muda yang sikapnya tidak pancasilais. Buktinya, masih banyak
diberitakan di media terjadinya sex bebas, abortus, mengkonsumsi obat-obaran
terlarang, tidak jujur dalam mengerjakan ulangan, tidak disiplin dll. Sikap
tidak pancasilais dapat merutuhkan kekokohan bangsa Indonesia. Ditambah lagi westernisasi mulai merasuki jiwa-jiwa
rakyat Indonesia yang semakin mengendur semangat nasionalismenya.
Ketika enam puluh delapan
tahun yang lalu bangsa ini membutuhkan pelajar, mahasiswa, pemuda, dan tokoh
masyarakat untuk menjadi gerilyawan dalam melawan penjajah, kini bangsa ini
tengah membutuhkan kaum berintelektual untuk berperang. Dan siapakah sosok yang
mendapatkan predikat berintelektualitas dalam bahasan ini? Tentunya kita, para
pelajar yang tengah mengenyam bangku pendidikan. Yang telah berkali-kali mendapat
asupan nutrisi pembelajaran mengenai wawasan kebangsaan, semangat, jiwa
nasionalisme dan patriotisme. Tentunya bukan hanya sebagai pelajar yang berkewajiban
untuk belajar yang duduk diam saat guru menerangkan dan menghalalkan segala
cara untuk mendapatkan nilai terbaik. Melainkan sebagai pelajar yang memiliki
kesadaran diri karena memegang sebuah kewajiban untuk bersikap pancasiais untuk
menjadi pewaris bangsa ini.
Generasi muda haruslah
menjadi sosok yang mampu menciptakan kreativitas, inovasi, menjadi revolusioner
dan serangkaian perubahan lainnya. Karena generasi muda adalah sosok yang
secara naluriah telah dipilih menjadi pemilik tongkat estafet kepemimpinan selanjutnya.
Kreativ juga memiliki
pengertian di banyak bidang. Bidang ekonomi misalnya, David Mc
Clelland menyatakan bahwa sebuah bangsa akan makmur jika memiliki entrepreneur sebesar 2% dari total
penduduknya. Sedangkan
Indonesia pada tahun 2012 hanya sebesar 1,56% dari jumlah penduduk, sedangkan
di negara tetangga seperti Malaysia mencapai 4%, Thailand 4,1% dan Singapura
telah mencatat 7,2%.
Bangsa
Indonesia dibesarkan oleh semangat, seperti semangat untuk meraih kemerdekaan.
Bangsa Indonesia juga dibesarkan oleh budaya yang jumlahnya ribuan karena
Indonesia sendiri adalah negara plural. Namun satu yang sangat disayangkan,
bangsa Indonesia tidak dibesarkan oleh budaya wirausaha. Budaya wirausaha baru
beberapa tahun terakhir mulai digerakkan. Padahal Indonesia memiliki kekayaan
alam yang melimpah ruah. Hasil kelapa sawit Indonesia menduduki nomor satu di
dunia, disusul karet menduduki peringkat tiga, tembaga nomor lima, emas nomor
tujuh dan gas alam nomor delapan, serta kekayaan laut yang banyak.
Jika seorang generasi
muda kreativ dan memiliki jiwa berwirausaha akan memberikan warna yang baru
bagi dunia perekonomian, karena bisa diketahui bahwa Indonesia juga bagian dari
pasar bebas dunia yang menyebabkan banyak investor dan produk asing masuk
Indonesia.
Buktinya, gas alam
Indonesia banyak dikelola oleh perusahaan asing seperti PT Freeport di Papua,
Exxon Mobil dan Petrocina di Bojonegoro. Selain itu produk asing juga semakin
merajai pasar Indonesia yang mengakibatkan terjadi politik dumping yang merugikan pasaran lokal utamanya usaha mikro.
Jika generasi muda
bersemangat dalam menggapai mimpi, kelak juga akan mampu menjadi pembisnis atau
wirausaha yang hebat. Perekonomian Indonesia dapat meningkat karena produk
lokal diminati oleh masyarakat Indonesia sendiri dan mampu merambah ke luar negeri,
selain itu dengan membuka bisnis dapat mengurangi pengangguran karena menyerap
tenaga kerja. Hingga akhirnya dapat berkontribusi dalam memperbaiki roda
perekonomian, turut serta mensejahterkan rakyat.
Bukankah kita yang sekarang
ini tengah mengenyam pendidikan bangku sekolah menengah atas seringkali disosialisasikan
mengenai pendidikan entrepreneurship agar
memiliki softskill setelah lulus. Dan tak hanya softskill di bidang ekonomi saja, tentunya setiap pribadi memiliki softskill yang berbeda-beda. Yang perlu
dipahami adalah, bagaimanapun juga seorang pemuda harus memberikan kontribusi
untuk bangsanya sesuai potensi yang dimiliki.
Karena pada umumnya, masa
keeemasan orang berada di saat dia menjadi seorang pemuda. Jiwa dan kewajiban
pemuda tidak akan berubah. Pemuda ketika zaman penjajahan, pemuda di zaman
global ini dan pemuda di zaman millennium yang akan datang tetap akan menjadi penggerak
peradaban. Pemuda adalah monitor penggerak sebuah bangsa, akan menjadi apa
bangsanya nanti juga tergantung bagaimana pemuda bermimpi, berinovasi,
berkreasi dan bercita-cita. Karena pemuda
kelak akan menduduki kursi pemerintahan, menjadi tokoh masyarakat dan menjadi
pemimpin bangsa.
Jika ditelisik lebih dalam dapat kita ketahui mulai
dari terbentuknya gerakan Boedi Oetomo
sebagai organisasi yang dapat dikatakan sebagai awal dibentuknya organisasi nasional
yang bersifat kepemudaan. Dilanjutkan dengan perjuangan di tahun 1928 yang
berhasil mempelopori persatuan nasional melalui Sumpah Pemuda. Dahsyatnya semangat Yusuf Kunto dan WIkana dalam yang
membawa Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok agar segera memproklamirkan
kemerdekaan dan tidak terpengaruh oleh Jepang, penghapusan anggota PKI yang
mengakibatkan aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh para pemuda di tahun 1965 yang
mengakibatkan beberapa mahasiswa tewas akibat tembakan pasukan cakrabirawa dan
mendapatkan gelar Pahlawan Ampera serta gerakan reformasi tahun 1998 juga
dilatarbelakangi oleh pemuda.
Menurut Rizal Ramli
mantan Menteri Perekonomian Indonesia yang memberikan sambutan pada saat
diadakannya Leaders Dialogue 9 di Universitas Indonesia, beliau mengemukakan
bahwa ada banyak cara yang bisa pemuda lakukan sebagai bentuk kontribusinya
pada pemerintahan. Pertama dengan kita taat hukum, maka setidaknya kita sudah
berkontribusi pada Indonesia. Yang kedua, dengan mengikuti pendidikan sosial
yang baik, pendidikan sosial bisa meningkatkan kesejahteraan kita dan pemaknaan
kita akan hidup yang baik. Yang ketiga adalah realisasikan impian-impianmu yang
sudah dibuat dulu. Selain itu sebagai pemuda kita harus gesit otak, gesit
tangan dan gesit gaul. Kegesitan itu harus dipupuk dan dilatih sedari sekarang
dengan jalan mengikuti pendidikan softskill dan berorganisasi, karena Anda di
25 tahun mendatang adalah akumulasi tindakan yang anda lakukan sekarang ketika
masih menjadi pemuda.
Bung
Karno, presiden pertama kita juga berkata bahwa “Gantungkan cita-cita mu
setinggi langit! Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau
akan jatuh di antara bintang-bintang”.
Rajawali
tengah mencari sosok-sosok yang mampu membawanya melambung tinggi ke angkasa,
membawa
Rajawali terbang bebas menyusuri cakrawala dunia. Melepaskan diri dari jeratan
sangkar emasnya dan itulah kewajiban kita sebagai generasi muda Indonesia
Betapa
hebatnya kekuatan seorang pemuda yang menjadi ruang penggerak sebuah perubahan.
Sebuah bangsa tidak akan berdiri dengan kokoh dan maju jika para pemuda tidak
bersatu membentuk sebuah pergerakan perubahan. Dan hanyalah pemuda yang kritis
dan berani yang akan membuat perubahan itu. Jangan hanya menjadi pemilik bangsa
yang hanya pandai membuat slogan, namun jadilah bangsa yang mampu
merealisasikan sebuah slogan.
Terbanglah Rajawali, Hidup Generasi
Emas Indonesia!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar