Minggu, 22 September 2013

Terbanglah RajawaIi Bersama Generasi Emas Bangsa


 “Firman Tuhan inilah gitaku, Firman Tuhan inilah harus menjadi Gitamu : “Innallahu la yu ghoiyiru ma bikaumin, hatta yu ghoiyiru ma biamfusihim”. ” Tuhan tidak akan merobah nasib manusia sebelum manusia itu merobah nasibnya” 

Pernyataan Bung Karno diatas disampaikan pada HUT Proklamasi ke-18, tepatnya 18 Agustus 1963. Sosok yang sangat familiar bagi bangsa Indonesia ini menekankan bahwa bangsa Indonesia harus berjuang untuk mengubah nasibnya sendiri.
Mari kita tengok perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaan. Ketika enam puluh delapan tahun lalu bangsa ini masih terbelenggu kejamnya penjajahan, teriakan semangat merdeka terus berkobar dari dada rakyat Indonesia. Ratusan tahun berjuang untuk melakukan sebuah perubahan yang didalamnya termasuk kebebasan mengatur bangsanya sendiri. Kemerdekaan tersebut tidak akan pernah terwujud jika berasal dari dari diri seorang saja. Ratusan bahkan ribuan jiwa telah menyumbangkan darah, peluh, dan tenaga.
 Hal ini menjadi bukti nyata dan catatan sejarah betapa kuatnya keinginan bangsa ini untuk merdeka. Tiga setengah abad lebih bangsa yang penuh dengan pesona khatulistiwa ini menjadi  bangsa yang gersang karena kekayaan alam dan manusianya dieksploitasi oleh penjajah.
Bahkan sampai saat ini masih bisa dikatakan bahwa bangsa nan elok permata ini masih dijajah oleh bangsa lain. Bangsa yang disebut Soekarno sebagai Rajawali pada HUT Proklamasi ke-10 masih belum benar-benar terbebas dari belenggu penjajahan. Dan saat ini semangat melawan penjajah masih  menggema meskipun tak seheroik dulu. Jika beberapa puluh tahun yang lalu bangsa ini memerangi penjajah dengan kekuatan fisik, persenjataan yang kuat dan semangat merdeka yang terus dikoarkan, lalu bagaimana dengan sekarang?
Akan terlihat konyol jika saat ini kita masih meneriakkan kata merdeka. Karena saat ini sudah bukan waktunya lagi melawan penjajahan dengan persenjataan seperti tombak, bamboo runcing, mesiu, meriam, pistol dll untuk berperang. Melainkan memerangi penjajahan di era modern ini dengan intelektualitas, kecerdasan otak, kepekaan hati, dan kepedulian sosial. Karena penjajah di zaman sekarang adalah kebodohan, kemiskinan, pengangguran, korupsi , globalisasi, kemajuan tehnologi, dll. Bahkan seorang Pakar Hukum Tata Negara (Margito) mengatakan bahwa saat ini banyak masyarakat Indonesia tidak pancasilais.
Pernyataan Margarito disampaikan pada dialog kepemimpinan bersama Ketua The Presiden Center Eddy Herwani Didied Mahaswara, dan pengamat politik UI Boni Hargens, di Jakarta, Minggu (2/6/2013). Margarito dalam dialog tersebut menekankan bahwa masih banyak calon legislatif (Caleg), dan Capres, yang jejak rekamnya tidak Pancasilais, melainkan kapitalis, impresialis, dan neoliberalisme. Seluruh kebijakan ekonomi, sosial politik, pendidikan, budaya, agama, dan sebagainya kurang menjiwai Pancasila.
Namun sikap tidak pancasilais tak hanya menjangkiti para politikus kita. Sebenarnya banyak generasi muda yang sikapnya tidak pancasilais. Buktinya, masih banyak diberitakan di media terjadinya sex bebas, abortus, mengkonsumsi obat-obaran terlarang, tidak jujur dalam mengerjakan ulangan, tidak disiplin dll. Sikap tidak pancasilais dapat merutuhkan kekokohan bangsa Indonesia. Ditambah lagi westernisasi mulai merasuki jiwa-jiwa rakyat Indonesia yang semakin mengendur semangat nasionalismenya.
Ketika enam puluh delapan tahun yang lalu bangsa ini membutuhkan pelajar, mahasiswa, pemuda, dan tokoh masyarakat untuk menjadi gerilyawan dalam melawan penjajah, kini bangsa ini tengah membutuhkan kaum berintelektual untuk berperang. Dan siapakah sosok yang mendapatkan predikat berintelektualitas dalam bahasan ini? Tentunya kita, para pelajar yang tengah mengenyam bangku pendidikan. Yang telah berkali-kali mendapat asupan nutrisi pembelajaran mengenai wawasan kebangsaan, semangat, jiwa nasionalisme dan patriotisme. Tentunya bukan hanya sebagai pelajar yang berkewajiban untuk belajar yang duduk diam saat guru menerangkan dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan nilai terbaik. Melainkan sebagai pelajar yang memiliki kesadaran diri karena memegang sebuah kewajiban untuk bersikap pancasiais untuk menjadi pewaris bangsa ini.
Generasi muda haruslah menjadi sosok yang mampu menciptakan kreativitas, inovasi, menjadi revolusioner dan serangkaian perubahan lainnya. Karena generasi muda adalah sosok yang secara naluriah telah dipilih menjadi pemilik tongkat estafet kepemimpinan selanjutnya.
Kreativ juga memiliki pengertian di banyak bidang. Bidang ekonomi misalnya, David Mc Clelland menyatakan bahwa sebuah bangsa akan makmur jika memiliki entrepreneur sebesar 2% dari total penduduknya. Sedangkan Indonesia pada tahun 2012 hanya sebesar 1,56% dari jumlah penduduk, sedangkan di negara tetangga seperti Malaysia mencapai 4%, Thailand 4,1% dan Singapura telah mencatat 7,2%.
Bangsa Indonesia dibesarkan oleh semangat, seperti semangat untuk meraih kemerdekaan. Bangsa Indonesia juga dibesarkan oleh budaya yang jumlahnya ribuan karena Indonesia sendiri adalah negara plural. Namun satu yang sangat disayangkan, bangsa Indonesia tidak dibesarkan oleh budaya wirausaha. Budaya wirausaha baru beberapa tahun terakhir mulai digerakkan. Padahal Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah ruah. Hasil kelapa sawit Indonesia menduduki nomor satu di dunia, disusul karet menduduki peringkat tiga, tembaga nomor lima, emas nomor tujuh dan gas alam nomor delapan, serta kekayaan laut yang banyak.
Jika seorang generasi muda kreativ dan memiliki jiwa berwirausaha akan memberikan warna yang baru bagi dunia perekonomian, karena bisa diketahui bahwa Indonesia juga bagian dari pasar bebas dunia yang menyebabkan banyak investor dan produk asing masuk Indonesia.
Buktinya, gas alam Indonesia banyak dikelola oleh perusahaan asing seperti PT Freeport di Papua, Exxon Mobil dan Petrocina di Bojonegoro. Selain itu produk asing juga semakin merajai pasar Indonesia yang mengakibatkan terjadi politik dumping yang merugikan pasaran lokal utamanya usaha mikro.
Jika generasi muda bersemangat dalam menggapai mimpi, kelak juga akan mampu menjadi pembisnis atau wirausaha yang hebat. Perekonomian Indonesia dapat meningkat karena produk lokal diminati oleh masyarakat Indonesia sendiri dan mampu merambah ke luar negeri, selain itu dengan membuka bisnis dapat mengurangi pengangguran karena menyerap tenaga kerja. Hingga akhirnya dapat berkontribusi dalam memperbaiki roda perekonomian, turut serta mensejahterkan rakyat.
Bukankah kita yang sekarang ini tengah mengenyam pendidikan bangku sekolah menengah atas seringkali disosialisasikan mengenai pendidikan entrepreneurship agar memiliki softskill setelah lulus.  Dan tak hanya softskill di bidang ekonomi saja, tentunya setiap pribadi memiliki softskill yang berbeda-beda. Yang perlu dipahami adalah, bagaimanapun juga seorang pemuda harus memberikan kontribusi untuk bangsanya sesuai potensi yang dimiliki.
Karena pada umumnya, masa keeemasan orang berada di saat dia menjadi seorang pemuda. Jiwa dan kewajiban pemuda tidak akan berubah. Pemuda ketika zaman penjajahan, pemuda di zaman global ini dan pemuda di zaman millennium yang akan datang tetap akan menjadi penggerak peradaban. Pemuda adalah monitor penggerak sebuah bangsa, akan menjadi apa bangsanya nanti juga tergantung bagaimana pemuda bermimpi, berinovasi, berkreasi dan bercita-cita. Karena  pemuda kelak akan menduduki kursi pemerintahan, menjadi tokoh masyarakat dan menjadi pemimpin bangsa.
 Jika ditelisik lebih dalam dapat kita ketahui mulai dari terbentuknya gerakan Boedi Oetomo sebagai organisasi yang dapat dikatakan sebagai awal dibentuknya organisasi nasional yang bersifat kepemudaan. Dilanjutkan dengan perjuangan di tahun 1928 yang berhasil mempelopori persatuan nasional melalui Sumpah Pemuda. Dahsyatnya semangat Yusuf Kunto dan WIkana dalam yang membawa Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok agar segera memproklamirkan kemerdekaan dan tidak terpengaruh oleh Jepang, penghapusan anggota PKI yang mengakibatkan aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh para pemuda di tahun 1965 yang mengakibatkan beberapa mahasiswa tewas akibat tembakan pasukan cakrabirawa dan mendapatkan gelar Pahlawan Ampera serta gerakan reformasi tahun 1998 juga dilatarbelakangi oleh pemuda.
Menurut Rizal Ramli mantan Menteri Perekonomian Indonesia yang memberikan sambutan pada saat diadakannya Leaders Dialogue 9 di Universitas Indonesia, beliau mengemukakan bahwa ada banyak cara yang bisa pemuda lakukan sebagai bentuk kontribusinya pada pemerintahan. Pertama dengan kita taat hukum, maka setidaknya kita sudah berkontribusi pada Indonesia. Yang kedua, dengan mengikuti pendidikan sosial yang baik, pendidikan sosial bisa meningkatkan kesejahteraan kita dan pemaknaan kita akan hidup yang baik. Yang ketiga adalah realisasikan impian-impianmu yang sudah dibuat dulu. Selain itu sebagai pemuda kita harus gesit otak, gesit tangan dan gesit gaul. Kegesitan itu harus dipupuk dan dilatih sedari sekarang dengan jalan mengikuti pendidikan softskill dan berorganisasi, karena Anda di 25 tahun mendatang adalah akumulasi tindakan yang anda lakukan sekarang ketika masih menjadi pemuda.  
Bung Karno, presiden pertama kita juga berkata bahwa “Gantungkan cita-cita mu setinggi langit! Bermimpilah setinggi langit.  Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang”.
Rajawali tengah mencari sosok-sosok yang mampu membawanya melambung tinggi ke angkasa, membawa Rajawali terbang bebas menyusuri cakrawala dunia. Melepaskan diri dari jeratan sangkar emasnya dan itulah kewajiban kita sebagai generasi muda Indonesia
            Betapa hebatnya kekuatan seorang pemuda yang menjadi ruang penggerak sebuah perubahan. Sebuah bangsa tidak akan berdiri dengan kokoh dan maju jika para pemuda tidak bersatu membentuk sebuah pergerakan perubahan. Dan hanyalah pemuda yang kritis dan berani yang akan membuat perubahan itu. Jangan hanya menjadi pemilik bangsa yang hanya pandai membuat slogan, namun jadilah bangsa yang mampu merealisasikan sebuah slogan.
Terbanglah Rajawali, Hidup Generasi Emas Indonesia!


Tidak ada komentar: