Senin, 23 September 2013

Pendidikan Gratis sebagai Aspek Pendorong Pembangunan Negeri


Mutu pendidikan Indonesia menduduki peringkat ke-69 di dunia dari 127 negara. Data tersebut berdasarkan Education For All (EFA) Global Monitoring Report 2011: The Hidden Crisis, Armed Conflict and Education yang dikeluarkan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) yang diluncurkan di New York, Senin (1/3/2011). Dan Finlandia lah yang menyandang gelar Negara dengan Pendidikan Paling Berkualitas di Dunia.
 Salah satu upaya pemerintah Finlandia adalah mewajibkan setiap anak untuk belajar bahasa inggris dan membaca minimal satu buku setiap minggu. Pemerintah Finlandia juga memberikan fasilitas pendidikan gratis untuk seluruh warga negaranya. Bahkan pemerintah negara Finlandia tak segan-segan mengeluarkan biaya 200 euro persiswa hingga lulus dari universitas dnegan pendidikan minimal strata dua.
Sebesar 25% kenaikan pendapatan Finlandia yang didapatkan dari pajak daerah, provinsi, dan nasional disumbangkan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Dari negera agraris yang tak terkenal kini Finlandia maju di bidang teknologi. Produk HP Nokia misalnya merajai pasar HP dunia. Begitulah bukti nyata bagaimana negara berjuang membangun kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan.

Lalu bagaimana dengan Indonesia?

Pendidikan di Indonesia belum sepenuhnya terfasilitasi dengan layak dan gratis. Meskipun terdapat dana Bantuan Operasional Sekolah, ketika saya duduk di kelas X masih ditarik biaya SPP sebesar Rp 150.000, naik kelas XI menjadi Rp 165.000. Dan di kelas XII naik lagi menjadi Rp 210.00, padahal sekolah saya (SMAN 2 Bojonegoro) termasuk salah satu sekolah yang mendapatkan dana BOS dari pemeritah. Namun mengapa siswa masih dibebani dengan biaya perbulan yang begitu besar. Ditambah dengan uang gedung saat pertama kali masuk ditarik sebesar Rp 1.500.000, dan pembayaran ulang setiap setahun sekali yang jumlahnya berkisar duaratus ribu lebih. Belum lagi ketika ada event seperti karnaval, idul adha, bimbingan tambahan, dll yang harus kembali membayar. Bahkan sampai sekarang pun penarikan uang gedung juga masih terjadi.
Padahal Indonesia kaya akan kekayaan alam atau hasil bumi. Kas Indonesia juga didapatkan dari pajak hasil bumi dan non bumi. Tetapi kenapa masih saja belum bisa memfasilitasi warga negaranya dengan cukup? Menurut saya kelemahannya berada di sektor alam yang tidak dikelola sendiri oleh Indonesia. seperti di Bojoengroo yang banyak berdiri perusahaan asing untuk mengambil minyak bumi seperti Exxon Mobil, Blok Cepu, Petro Cina dll.
Hasil dari pengolahan tersebut Indonesia hanya mendapatkan 40% saja. Dan itupun masih dibagi untuk daerah, provinsi, dan nasional. Jika kekayaan alam di Indonesia dapat dikelola oleh masyarakat Indonesia sendiri maka akan mendapatkan pendapatan yang lebih banyak dan Indonesia memungkinkan memberikan pendidikan gratis untuk masyarakatnya.
Sehingga dengan adanya pendidikan gratis, pendidikan dapat merata. Masih banyak orang yang pintar tapi tidak bisa melanjutkan pendidikan bahkan tidak mengenyam pendidikan sama sekali karena terkendala biaya. Oleh karena itu pendidikan gratis perlu diadakan terlebih lagi Indonesia adalah negara berkembang yang membutuhkan sumber daya manusia yang mumpuni agar kelak Indonesia dapat menjadi negara yang maju.
Untuk menjadi negara yang lebih berkembang sehingga bisa menjadi negara maju tergantung dari generasi mudanya. Generasi muda haruslah berkualitas dan berintelektual sehingga memiliki daya saing yang berkompeten. Karena pendidikan yang nantinya akan menentukan seseorang bagaimana bersikap, bertindak, dll.



Tidak ada komentar: