PUTUS ASA, Tidak!
Daerah dimana Putra Salju tinggal merupakan daerah
terpencil yang masih jauh dari sentuhan tehnologi. Ada media elektronik seperti televisi, namun
hanya beberapa saja yang memilikinya. Hiburan masyarakat khas desa seperti
dangdut pun hanya bisa disuguhkan saat-saat tertentu saja, seperti ketika ada
penduduk desa Parit Tiga atau desa tetangga yang sedang mempunyai hajat lalu
menampilkan musik dangdut sebagai hiburan.
Tak
hanya dari sisi hiburan saja, bahkan untuk berbelanja atu menjual hasil kebun, Putra Salju dan
penduduk Parit Tiga untuk pergi ke pasar membutuhkan waktu setengah jam lamanya dan itupun harus mendayung
melintasi sungai Guntung karena perahu merupakan
transportasi utama yang menghubungkan antara Parit Tiga dan Sabantan Besar
Putra Salju bukanlah seorang anak yang terlahir dari
keluarga yang kaya. Melainkan Putra Salju lahir dari keluarga yang miskin. Ayahnya sebagai penjual
jagung dan ibunya sebagai penjual sayuran. Bahkan, untuk membeli peralatan
sekolah seperti sepatu, Putra Salju harus bekerja
sendiri mencari uang . Namun,
Putra
Salju terlahir dari
rahim seorang ibu yang mempunyai impian besar terhadap masa depan Putra Salju nantinya. Putra Salju
tumbuh dari didikan seorang Ayah yang menginginkan kelak Putra Saju bisa
menjadi seorang Ilmuwan seperti Bacharuddin Jusuf Habibie. Sedangkan sang ibu
menginginkan agar kelak Putra Salju menjadi pengusaha sukses sesukses Muhammad
Jusuf Kalla serta menikah dengan gadis Bugis untuk mempertahankan kemurnian
asalnya.
Putra Salju seperti anak berusia belasan tahun lainnya yang menyukai
petualangan dan selalu ingin tahu tentang apa yang ada di sekitarnya. Lewat
tokoh Putra Salju ini Salman El-Bachri mengajarkan
pada kita agar tidak mudah percaya begitu saja pada suatu kebiasaan yang memang telah lama dilakukan. Kerana bisa saja kebiasaan tersebut hanya
bersifat fiktif belaka, namun masyarakat terlalu mengagung-agungkan sehingga
terkesan mistis. Walaupun Putra Salju umurnya masih belasan tahun
Putra Salju memiliki inisiatif yang cukup cerdas untuk mendapatkan jawaban dari
apa yang ingin diketahuinya secara jelas.
Usaha Putra Salju untuk menjadi yang terbaik untuk masa
depannya tentu saja membutuhkan pengorbanan yang tak sedikit dan tak mudah.
Putra Salju yang tinggal di daerah terpencil jauh dari akses tehnologi dan
masih minimnya pendidikan harus berjuang keras untuk bisa meneruskan
pendidikannya. Hingga akhirnya Putra Salju merantau ke Pulau Jawa dan
memutuskan untuk menempuh pendidikan Agama Islam secara mendalam di salah satu
pondok pesantren di Kabupaten Ponorogo.
Di Ponorogo itulah Putra Salju menjatuhkan pilihan
hatinya pada seorang gadis yang bernama Dewi. Dewi bukanlah gadis bugis,
melainkan gadis jawa asli. Hal tersebut menjadikan ibu Putra Salju menjadi ragu
untuk menerima Dewi menjadi menantunya. Tapi Putra Salju tak patah arang agar
ibunya mau menerima Dewi.
Salman el-Bachri menceritakan seolah-olah ini adalah
kisah nyata dan akan membuat pembaca yang membaca novel ini akan beranggapan
bahwa Novel Putra salju merupakan novel yang ceritanya diadaptasi dari sebuah
pengalaman perjalanan hidup seseorang. Tapi bukan, novel ini hanyalah karangan
fiktif belaka. Namun Salman el-Bachri bisa
menyuguhkannya secara nyata.
Membaca novel ini secara tidak langsung mengajak kita
untuk belajar tentang budaya adat masyarakat bugis, cara berbahasa masyarakat
Bugis, cara masyarakat Bugis menyelesaikan suatu permasalahan, cara masyarakat
Bugis mempertahankan ideologi lokalnya dll.
Putra
Salju merupakan bacaan ringan yang sangat cocok untuk dibaca
para pelajar, karena Putra Salju juga mengajarkan kita betapa kerasnya
perjalanan hidup menusia untuk meraih mimpinya untuk membahagiakan orang tua.
Bagaimana cara untuk menentukan pasangan dengan baik sesuai dengan agama islam
yang telah mengajarkan kita agar tidak berbuat zina.
Novel ini juga menjawab bagaimana seseorang harus
berjuang untuk mendapatkan apa yang diinginkannya, tentang pendidikan, tentang
agama, tantang komunikasi terhadap sesama, tentang tokoh idola dan pentingnya
menolak kata PUTUS ASA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar