Minggu, 22 September 2013

Surat Untuk Bapak Presiden


LOMBA Menulis Surat kepada Presiden RI terkait Dampak Buruk Perdagangan Bebas : http://www.satudunia.net/content/lomba-menulis-surat-kepada-presiden-ri-terkait-dampak-buruk-perdagangan-bebas 

 

Teruntuk Bapak Presiden,
Kemajuan tehnologi yang semakin tak terkendali menuntut seluruh elemen masyarakat Indonesia siap tidak siap harus siap menghadapi era persaingan yang semakin global. Tehnologi yang semakin canggih tentu saja dapat mempermudah kehidupan manusia. Masyarakat Indonesia yang konsumtif haruslah selektif dalam menyikapi perkembangan tehnologi. Karena kemajuan tehnologi juga berdampak pada sektor perekonomian. Ditambah lagi dengan adanya perdagangan bebas yang berkembang 10 tahun terakhir mengakibatkan pergeseran sistem perekonomian yang sebelumnya padat karya menjadi padat modal.
Perdagangan bebas memang memberikan keuntungan. Khususnya pemerintah dan pelaku bisnis berskala nasional hingga internasional. Namun di Indonesia pelaku bisnis dalam skala internasional dan nasional jumlahnya lebih kecil dibandingkan dalam skala lokal atau mikro. Keikutsertaan Indonesia dalam perdagangan bebas sepertinya perlu dikaji lagi. Saya yang sekarang ini tengah mengenyam pendidikan SMA mencoba untuk mengkaji adanya perdagangan bebas. Terlebih lagi karenakan saya juga mendapatkan materi mengenai perdagangan bebas di sekolah.
Pak, saya pernah membaca sebuah slideshow yang dibuat oleh Dr.Ir.Ciputra (Founder of UCEC) yang  digunakan untuk memberikan seminar yang bertajuk “Pendidikan Entrepeneurship di Abad 21”. Beliau mengulas pendapat dari Mc Clelland yang menyatakan bahwa negara dapat dikatakan makmur jika memiliki entrepreneur sejumlah 2% dari total penduduk. Lalu bagaimana dengan Indonesia? Beliau menginformasikan bahwa pada tahun 2007 jumlah entrepreneur di Indonesia hanya 0.18% saja. Meskipun data tersebut dikaji 6 tahun yang lalu saya menyakini bahwa sampai saat ini jumlah entrepeneur di Indonesia belum mencapai 2%. Menurut data yang saya peroleh, di awal tahun 2012 jumah wirausaha di Indonesia masih 1.58%.
Pak, guru saya pernah bercerita bahwa ketika beliau berada di Singapura, beliau melihat kerajinan tas yang berasal dari Tanggulangin Sidoarjo dijual dengan diberi label Made In Singapura. Ironis melihat kenyataan tersebut, tidak hanya budaya saja yang diklaim oleh negara lain. Bahkan dari sektor bisnis yang pelakunya bukan dari sekelompok orang kini mulai mengklaim hasil kerajinan Indonesia.
Jika hal ini terus dibiarkan terjadi bagaimana dengan nasib Indonesia selanjutnya? Apakah Indonesia sudah siap dengan terjadinya perdagangan bebas? Menurut saya pribadi belum. Karena masih banyak diberitakan di media massa terkait pengusaha lokal yang terancam gulung tikar karena produk asing semakin merajai pasaran. Ditambah lagi, para pengusaha mengeluh karena omzet yang didapatkan menurun akibat rendahnya permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa yang mereka perdagangkan. Karena dalam diri masyarakat Indonesia sekarang ini tengah berkembang budaya konsumtif dengan pemikiran produk luar negeri lebih terjamin kualitasnya dan lebih murah. Ditambah lagi bangsa kita ini tengah mengalami kemerosotan moral akibat westernisasi yang terus masuk dalam sendi-sendi kehidupan rakyat Indonesia.
Semoga saja apa yang saya tulis ini dapat memberikan asupan semangat bagi siapapun yang membacanya agar lebih mencintai produk dalam negeri dan lebih kreatif serta inovatif dalam berwirausaha.

Tidak ada komentar: