(PENGORGANISASIAN)
Oleh
: Inggit, Andre, Andino
1.
Pengertian
Pengorganisasian
Organisasi
berasal dari bahasa latin Organum yang berarti: alat, bagian dan anggota
badan.Organisasi selalu diartikan sebagai berbagai komponen yang disatukan
dalam suatu struktur dan sistem kerja yang terus bergerak seirama dengan
sasaran tujuan yang ingin dicapai. Organisasi tidak dipahami hanya sebatas
wadah (tempat) dimana terjadi interaksi dan aktivitas antar person (individu),
karena organisasi adalah perpaduan sumber daya manusia yang dikelompokkan
berdasarkan struktur, fungsi, kewenangan dan tanggungjawab. Setiap orang
memiliki hak dan kewajiban dan berkepentingan untuk memajukan organisasi. Untuk
menjamin berlangsungnya suatu organisasi, maka fungsi pengorganisasian mutlak
diperhatikan. Untuk menggerakkan sumber daya yang dimiliki organisasi diperlukan
pengorganisasian sehingga menjamin sinergisitas dan keberlanjutan
organisasi.Beberapa pendapat para ahli mengenai pengorganisasian adalah sebagai
berikut:
1.
(Stoner, 1996, dalam Husien;34) mengemukakan,
mengorganisasikan adalah: proses mempekerjakan dua orang atau lebih untuk
bekerja sama dalam cara terstruktur guna mencapai sasaran spesifik atau
beberapa sasaran dalam kata lain, mengalokasikan pekerjaan, wewenang, dan
sumber daya di antara anggota organisasi, sehingga mereka dapat mencapai
tujuan.
2.
Hiriyappa, (2009) menegaskan, pengorganisasian
adalah menetapkan struktur internal organisasi. Fokusnya adalah pada divisi,
koordinasi, pengendalian tugas dan arus informasi dalam organisasi.
3.
Handoko (Usman, 2008:141) membagi pengertian
pengorganisasian atas empat hal yaitu; (1) pengorganisasian ialah penentuan
sumber daya dan kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi; (2)
proses perancangan dan pengembangan suatu organisasi yang akan dapat membawa
hal-hal tersebut ke arah tujuan; (3) penugasan tanggung jawab tertentu; (4)
pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada individu –individu untuk
melaksanakan tugas-tugasnya. Di tambahkan Handoko, pengorganisasian adalah:
pengaturan kerja bersama sumber daya keuangan, fisik, dan manusia dalam organisasi
4.
Hasibuan (1990), mengartikan pengorganisasian
sebagai suatu proses untuk menentukan, mengelompokkan tugas, dan pengaturan
secara bersama, aktivitas untuk mencapai tujuan, menentukan orang-orang yang
akan melakukan aktifitas, menetapkan wewenang yang dapat didelegasikan kepada
setiap individu yang akan melaksanakan aktivitas tersebut.
Jadi
bisa disimpulkan, yang dimaksud dengan organisasi adalah suatu proses kerjasama
dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan
efesien.
2.
Tujuan
dan Efektivitas Pengorganisasia
Manusia perlu berorganisasi dengan
tujuan dan manfaat, antara lain untuk :
1.
Mengatasi
terbatasnya kemampuan, kemauan, dan sumber daya yang dimilikinya dalam mencapai
tujuannya
2.
Mencapai
tujuan secara lebih efektif dan efisien karena dikerjakan bersama-sama (motif
pencapaian tujuan)
3. Wadah memanfaatkan sumber daya dan
teknologi bersama-sama
4. Wadah mengembangkan potensi dan
spesialisasi yang dimiliki seseorang (motif berprestasi)
5. Wadah mendapatkan jabatan dan
pembagian kerja
6. Wadah mengelola lingkungan
bersama-sama
7. Wadah mencari keuntungan
bersama-sama (motif uang)
8. Wadah menggunakan kekuasaan dan
pengawasan (motif kekuasaan)
9. Wadah mendapatkan penghargaan (motif
penghargaan)
10. Wadah memenuhi kebutuhan manusia
yang semakin banyak dan kompleks
11. Wadah menambah pergaulan
12. Wadah memanfaatkan waktu luan
Dalam hal ini yang terkait
dengan pendidikan adalah ada beberapa manfaat organisasi pembelajaran,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Menghasilkan anggota organisasi yang
berkualitas dengan membudayakan proses pembelajaran di dalam organisasi dan
menjadikan organisasi sebagai tempat pembelajaran
2. Meningkatkan kreativitas, kemampuan entrepreneurship
, dan otonomi organisasi
3. Mengantisipasi dan mengadaptasi
lingkungan yang cepat berubah dan sulit diramalkan
4. Mempercepat pengembangan produk,
proses, dan pelayanan baru
5. Meningkatkan kecakapan dan
memenangkan persaingan dengan organisasi lain
6. Menyebarluaskan pengetahuan
keseluruh anggota organisasi
7. Belajar dari kesalahan secara lebih
efektif
8. Menjadikan organisasi lebih tangguh
di setiap level organisasi
9. Menghemat waktu dalam menerapkan
perubahan strategi baru
10. Merangsang peningkatan kinerja organisasi
secara terus-menerus
Di
samping tentang tujuan dan manafaat adanya pengorganisasian di lingkungan
pendidikan, kita perlu memahami mengenai efektivitas organisasi. Organisasi
dinyatakan efektif apabila tujuan anggota organisasi dan tujuan organisasi
tercapai sesuai atau di atas target yang telah ditetapkan. Artinya, baik pihak
pelanggan internal maupun pihak pelanggan eksternal organisasi merasa puas.
Bukti-bukti atau indikator-indikator organisasi bermutu dan
efektif antara lain:
1. Berfokus pada pelanggan
2. Berfokus pada upaya pencegahan
masalah
3. Investasi pada manusia dan manusia
menganggap manusia sebagai aset organisasi yang tidak ternilai
4. Memiliki strategi untuk mencapai
mutu
5. Memperlakukan keluhan sebagai umpan
balik untuk memperbaiki diri (responsif)
6. Memiliki kebijakan dalam perencanaan
mutu
7. Mengupayakan proses perbaikan
terus-menerus dengan melibatkan semua pihak terkait (partisipatif)
8. Membentuk fasilitator yang bermutu
(mau dan mampu memimpin proses perbaikan)
9. Mendorong orang untuk berinovasi dan
berkreasi
10. Memperjelas peranan dan tanggung
jawab setiap orang
11. Memiliki strategi evaluasi yang objektif
dan jelas
12. Memiliki rencana jangka panjang
13. Memiliki visi dan misi
14. Memandang mutu sebagai bagian dari
kebudayaan
15. Meningkatkan mutu sebagai kewajiban
16. Terbuka dan bertanggung jawab.
3.
Pengorganisasian
dalam Manajemen Pendidika
Mengenai definisi, tujuan, manfaat dan efektivitas
pengorganisasian dalam manajemen pendidikan. Maka di dalam pengorganisasian
program-program pendidikan terkandung dua hal pokok yang harus diperhatikan dan
dilaksanakan yaitu penetapan struktur organisasi dan pembagian tugas serta
penetapan wewenang dan tanggung jawab bagi pimpinan dan seluruh personil yang
terlibat dalam organisasi.
a.
Struktur
Organisas
Robbins dan Fattah (2006) menyatakan
suatu struktur organisasi menetapkan bagaimana tugas pekerjaan dibagi,
dikelompokkan, dan dikoordinasi secara formal. Pada struktur organisasi
tergambar posisi kerja, pembagian kerja, jenis kerja yang harus dilakukan,
hubungan atasan dan bawahan, kelompok, komponen atau bagian, tingkat manajemen
dan saluran komunikasi. Dengan demikian, struktur organisasi pelatihan akan
menggambarkan pengelompokkan satuan kerja pelatihan. Struktur organisasi
pelatihan juga membagi kerja dalam kegiatan pelatihan termasuk pengaturan
pelimpahan.
b.
Wewenang
dan Tanggung Jawab
Wewenang (otoritas) mengacu pada
hak-hak yang inheren (tertanam) dalam posisi manajerial untuk memberi perintah
dan mengharapkan perintah itu dipatuhi. Lebih lanjut Robbins dan Fattah (2006)
juga menyatakan bahwa tanggung jawab merupakan kewajiban seseorang dalam
melakukan fungsinya. Dengan demikian, pengorganisasian dapat dimaknai sebagai
suatu proses menentukan sistem dan prosedur kerja sesuai tugas masing-masing.
Pembagian wewenang untuk melaksanakan suatu pekerjaan dapat dipahami sebagai
bagian dari strategi menggerakkan sumber daya organisasi untuk dapat berperan
meningkatkan kapasitas pelayanan pendidikan bagi masyarakat. Proses
mengorganisir sumber daya pendidikan dimaksudkan untuk mendorong peningkatan
kemampuan masing-masing individu dan penyelenggaraan pendidikan, agar dapat
bekerja secara profesional dan bertanggung jawab untuk meningkatkan mutu
pendidikan. Menurut
Artikunto dan Yuliana (2008), pengorganisasian adalah penyatuan sumber manusia
dan sumber lain dalam sebuah struktur organisai
Adapun langkah-langkah pengorganisasian:
1.
Memahami
tujuan institusional
2. Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan
yang diperlukan dalam usaha mencapai tujuan institusional
3. Kegiatan yang serumpun (sejenis)
dikelompokkan dalam satu unit kerja
4. Menetapkan fungsi, tugas, wewenang,
tanggung jawab setiap unit kerja
5. Menetapkan personel (jumlah dan
kualifikasinya ) setiap unit kerja
6. Menetapkan hubungan kerja antar unit
kerja
Asas Pengorganisasian :
1. Asas Pembagian Tugas
2. Asas keseimbangan wewenang dan
tanggung jawab
3. Asas disiplin
4. Asas kesatuan komando
5. Asas mengutamakan kepentingan umum
6. Asas keadilan
7. Asas inisiatif
8. Asas kesatuan dan kebersamaan
Prinsip-prinsip pengorganisasian:
1. Tujuan organisasi sebagai acuan
dalam proses menstrukturkan kerja sama
2. Kesatuan tujuan, sasaran-sasaran
unit kerja harus bermuara pada tujuan organisasi
3. Kesatuan komando: struktur
organisasi harus dapat menggambarkan sumber kewenangan yang berhak menentukan
kebijakan
4. Span of control : harus memperhatikan batas kemampuan
manajer dalam mengkoordinasikan unit kerja yang ada
5. Pelimpahan wewenang: keterbatasan
kemampuan manajer dalam mengkoordinasikan unit kerja yang ada
6. Keseimbangan wewenang dan tanggung
jawab, makin berat tanggung jawab yang diberikan makin besar wewenang yang
dilimpahkan
7. Bertanggung jawab: meskipun sudah
melimpahkan tanggung jawab kepada staf, manajer tetap bertanggung jawab kepada
apa yang dilimpahkannya
8. Pembagian kerja: manajer harus dapat
membagi habis semua pekerjaan yang ad
9. The right-man on the right place : menetapkan personalia yang sesuai
dengan fungsi dan tugasnya
10. Hubungan kerja: merupakan rangkaian
hubungan fungsional (horizontal) dan hubungan tingkat kewenangan (vertikal)
11. Efisiensi: struktur organisasi
mengacu pada pencapaian hasil yang optimal
12. Koordinasi: rangkaian kerja sama
perlu dikoordinasikan, diintegrasikan, disederhanakan dan disinkrinisasikan.
Dengan demikian dapat ditegaskan disini, bahwa dalam proses
pengorganisasian, semua sumber daya organisasi diorganisir dan digerakkan
sesuai fungsi dan kewenangan masing-masing.
Di samping hal itu berbicara tentang
manajemen lembaga pendidikan tidak terlepas dari unsur-unsur yang membentuk
budaya lembaga itu sendiri. Salah satunya adalah lingkungan sekolah yang
terdiri atas lingkungan internal sekolah, misalnya tempat belajar mengajar,
peran penting dari keberadaan para pendidik dan anak didik atau ada guru dan
murid, para karyawan sekolah, alat-alat, dan fasilitas sekolah, perpustakaan
sekolah, dan aktivitas pembelajaran. Semua itu secara keseluruhan terlibat
langsung dalam suasana interaktif yang membentuk kultur lembaga pendidikan.
Adapun lingkungan lembaga pendidikan yang bersifat eksternal adalah yang
keberadaanya di luar lembaga, misalnya lingkungan masyarakat, hubungan
struktural sekolah dengan pemerintah dan interaksi pihak lembaga dengan
keluarga seluruh anak didik.
Pengembangan pendidikan, kaitanya dengan lingkungan sekolah,
bukan hanya berhubungan dengan keberadaan pendidik yang memikul beban dan
tanggung jawab yang berat dalam melaksanakan pembinaan terhadap anak didiknya,
tetapi juga berhubungan secara langsung dengan sarana dan prasarana yang ada di
lingkungan sekolah, yang ikut mendukung pengembangan pendidikan yang dimaksud.
Sarana yang dimaksudkan adalah semua alat pendidikan dan
media pembelajaran yang secara langsung menciptakan lingkungan sekolah yang
memadai bagi kesuksesan dan keberhasilan pengembangan pendidikan.
Lingkungan
sekolah juga harus menjamin kelancaran komunikasi anak didik dengan semua pihak
sekolah agar mempermudah hubungan interaksional anak didik dengan semua pihak
sekolah yang berkaitan dengan kepentingan pembelajaran.
Setelah berada di lingkungan keluarga dan lingkungan
sekolah, anak didik akan hidup dan bergaul di lingkungan yang lebih luas, yaitu
lingkungan masyarakat. Di dalam lingkungan masyarakat, anak didik akan
menemukan berbagai kejadian atau peristiwayang baru, asing, yang baik dan
buruk, yang patut ditiru, atau tidak pantas ditiru, yang terpuji dan tercela.
Secara umum, penerapan konsep budaya organisasi di lembaga
pendidikan sebenarnya tidak jauh berbeda dengan penerapan konsep budaya
organisasi lainya. Kalaupun terdapat perbedaan, mungkin hanya terletak pada
jenis nilai dominan yang dikembangkannya dan karakteristik dari para
pendukungnya. Berkenaan dengan pendukung budaya organisasi di lembaga
pendidikan itulah, pengembangan budaya lembaga pendidikan perlu mengedepankan
nilai-nilai yang paling mendasar dalam mengatur tata kehidupan manusia.
Nilai-nilai yang dikembangkan di lembaga pendidikan,
tentunya, tidak dapat dilepaskan dari keberadaan lembaga itu sendiri, yang memiliki
peran dan fungsi untuk berusaha mengembangkan, melestarikan, dan mewariskan
nilai-nilai budaya kepada anak didiknya. Sekolah menjadi semacam wadah moral
yang akan ditiru dan dikembangkan oleh semua pemakai lembaga pendidikan dalam
kehidupannya sehari-hari, bahkan menjadi bekal di kehidupannya.
Dengan berbagai peristiwa yang dialami oleh lembaga
pendidikan, tentu acuan utamanya adalah pengaruh budaya terhadap lembaga
pendidikan atau sebaliknya sejauh mana lembaga pendidikan membangun budaya yang
kuat dalam mengantisipasi pengaruh buruk modernisasi dan globalisasi kepada
generasi muda dan masyarakat pada umumnya.
Budaya lembaga pendidikan semakin lemah
berhadapan dengan kebudayaan eksternal yang semakin cepat mempengaruhi mental
anak pada masa usia belajar, oleh karena itu penciptaan budaya yang kuat dengan
acuan nilai-nilai agama dan norma sosial memerlukan intensitas yang lebih
optimal dengan dukungan semua pihak. Pembentukan mentalitas bangsa yang cerdas
dan berakhlak mulia harus didukung sepenuhnya oleh lembaga pendidikan,
keluarga, lingkungan masyarakat, dan tentu saja pemerintah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar