INTERAKSI ANTARA
ETNIS JAWA DAN ARAB di KELURAHAN NYAMPLUNGAN KECAMATAN PABEAN CANTIAN - SURABAYA
UTARA
Oleh :
1. Ika
Wahyu Kurnia / 14010664001
2. Yeni
Ayu Wulandari / 14010664004
3. Indah
Purnamasari / 14010664009
4. Ahmad
Kholil Rosyadi / 14010664015
5. Dwi
Septi Aryani / 14010664026
6. Rachmad
Zulkifli / 14010664033
Dosen :
Dr. Suhanadji, M.Si.
Mata Kuliah :
Sosiologi Antropologi Pendidikan (3 sks)
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
S-1 PSIKOLOGI
TAHUN 2015
Bab 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Penelitian
Membahas
mengenai interaksi antar etnis erat kaitannya dengan konsep masyarakat multikulturalisme.
Menurut Liliweri (dalam Suhanadji: 2014) masyarakat multikulturalisme adalah kondisi masyarakat yang tersususn dari banyak
kebudayaan, tetapi masing-masing komponen telah terbangun perasaan nyaman,
yaitu suasana tanpa kecemasan, tanpa mekanisme pertahanan diri dalam pengalaman
dan perjumpaan antar budaya.
Sedangkan
pluralisme menurut JS Furnivall (dalam M.Setiadi, 2011) artinya kemajemukan
yang terdiri dari ebberapa golongan etnis, agama, paham, maupun bahasa yang
hidup secara terfragmentasi dan masing-masing tidak emmiliki kehendak bersama
untuk bersatu. Furnivall menggambarkan bahwa ada orang-orang Belanda yang datang
ke Indonesia tidak bertujuan untuk tinggal menetap melainkan tujuan pekerjaan.
Indonesia
dikenal dengan negara multikulturalisme dan pluralisme. Yang artinya negara
yang memiliki banyak kebudayaan. Hal ini terlihat dari banyaknya suku, etnis,
ras, dan budaya yang berada di Indonesia jumlahnya banyak dan beragam. Multikulturalisme
ini disebabkan karena wilayah Indonesia yang stragegis, dan memiliki banyak
kepulauan baik pulau besar dan pulau kecil.
Kondisi
multikulturalisme menyebabkan masyarakat di Indonesia harus berinteraksi dengan
baik dengan masyarakat dari etnis lainnya agar menciptakan integrasi bangsa.
Interaksi yang baik nantinya akan menciptakan kenyamanan dan ketentraman dalam
kehidupan sosial masyarakat.
Seperti
di Kelurahan Nyamplungan, Kecamatan Pabean Cantian, Surabaya Utara menjadi
wilayah yang dihuni oleh berbagai macam etnis yaitu etnis Jawa, Madura,
Tionghoa, dan Arab. Setiap etnis memiliki kebudayaan dan keyakinan
masing-masing. Lalu, bagaimanakah etnis-etnis ini berinteraksi dalam kehidupan
bermsyarakatnya padahal latar kebudayaan mereka berbeda.
Hal
tersebut mendorong kami untuk melakukan observasi penelitian untuk mencari tahu
bagaimana kehidupan antar etnis dalam usaha menciptakan kenyamanan dan
ketentraman dalam lingkungan mereka.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari
dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Mengetahui sebab
etnis-etnis tersebut mendiami wilayah Kelurahan Nyamplungan Kecamatan Pabean Cantian
sehingga
2.
Mengetahui bagaimana
pola interaksi yang dilakukan oleh antar etnis sehingga di Kelurahan Nyamplungan
tercipta kondisi yang nyaman dan tentram
3.
Memberikan informasi mengenai kondisi lingkungan dan
kondisi sosial yang terkait dengan (jumlah penduduk, ruang-ruang publik sebagai
sarana interaksi, keadaan ekonomi, pendidikan, strata sosial, dll)
1.3 Manfaat
Penelitian
Manfaat yang akan
didapatkan dalam penelitian ini adalah menegtahui khrakteristik budaya dari
setiap etnis, mengetahui bagaimana antar etnis berinteraksi dalam menciptakan
lingkungan yang aman, nyaman, dan tentram, mengetahui media dan ruang publik
apa saja yang digunakan oleh antar etnis dalam berinteraksi.
Manfaat dalam bidang ilmu
psikologi terkait dengan psikologi sosial dalam mempelajari kehidupan sosial
masyarakat yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda. Manfaat dalam ilmu
sosiologi antropologi Pendidikan untuk mengetahui bagaimana kondisi setiap
etnis, asal muasal etnis mendiami wilayah tersebut apa penyebabnya dan
bagaimana usaha atar etnis dalam usaha menciptakan keteraturan sosial.
1.4 Rumusan
Masalah
Rumusan masalah dalam observasi penelitian kami adalah
sebagai berikut :
1.
Bagaimana gambaran umum
wilayah Kelurahan Nyamplungan Kecamatan Pabean Cantian – Surabaya Utara?
2.
Ruang lingkup publik apa
sajakah yang digunakan untuk melakukan interaksi sosial?
3.
Bagaimana konsep migrasi
interaksi, adaptasi, dan hubungan antar etnis antar etnis di wilayah tersebut
khususnya Jawa dan Arab?
Bab
2
Kajian
Teori
2.1
Kajian Teori tentang Migrasi Penduduk
Secara sederhana migrasi
didefenisikan sebagai aktivitas perpindahan. Sedangkan secara formal, migrasi
didefenisikan sebagai perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari
suatu tempat ke tempat lain yang melampaui batas politik/negara ataupun batas
administrasi/batas bagian suatunegara. Bila melampaui batas negara maka disebut
dengan migrasi internasional (migrasi internasional). Sedangkan migrasi dalam
negeri merupakan perpindahan penduduk yang terjadi dalam batas wilayah suatu
negara, baik antar daerah ataupun antar propinsi. Pindahnya penduduk ke suatu
daerah tujuan disebut dengan migrasi masuk. Sedangkan perpindahan penduduk
keluar dari suatu daerah disebut dengan migrasi keluar (Depnaker, 1995). Menurut BPS (1995) terdapat tiga jenis migran antar
propinsi, yaitu :
1.
Migran
semasa hidup (life time migrant) adalah mereka yang pindah dari tempat lahir ke
tempat tinggal sekarang, atau mereka yang tempat tinggalnya sekarang bukan di
wilayah propinsi tempat kelahirannya.
2.
Migran risen (recent migrant) adalah mereka
yang pindah melewati batas
propinsi dalan kurun waktu lima
tahun terakhir sebelum pencacahan.
3.
Migran
total adalah orang yang pernah bertempat tinggal di tempat yang berbeda dengan
tempat tinggal pada waktu pengumpulan data.
Berdasarkan tiga jenis migran tersebut, maka jenis migran
yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis migran semasa hidup (life time
migrant). Dalam keputusan bermigrasi selalu terkandung keinginan untuk memperbaiki salah satu aspek kehidupan,
sehingga keputusan seseorang melakukan
migrasi dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor. Menurut Lee (1987) ada empat faktor yang perlu
diperhatikan dalam studi migrasi penduduk, yaitu :
1.
Faktor-faktor
daerah asal
2.
Faktor-faktor
yang terdapat pada daerah tujuan
3.
Rintangan
antara daerah asal dan daerah tujuan
4.
Faktor-faktor
individual
Perserikatan Bangsa-Bangsa merumuskan bahwa migrasi penduduk
sebagai suatu perpindahan tempat tinggal dari suatu unit administrasi ke unit
administrasi yang lain (United Nations 1970, 1) Konsep migrasi menurut Perserikatan
Bangsa-Bangsa ini sejalan dengan pendapat Lee (1966, 5a) yang memberikan
rumusan tentang migrasi adalah perubahan tempat tinggal secara permanen
Gould dan Prothero (1975, 41) juga menekankan unsure
perpindahan tempat tinggal. Namun menurut mereka, walaupun seseorang telah
secara resmi pindah tempat, tetapi apabila ada niat sebelumnya untuk kembali ke
tempat semula, maka harus dianggap sebagai mobilitas sirkuler, bukan sebagai
migrasi. Konsep migrasi yang digunakan dalam sensus 1971 sama dengan sensus1980.
Migrasi adalah perpindahan seseorang melewati batas propinsi menuju ke propinsi
lain dalam jangka waktu 6 bulan atau lebih.
Berangkat dari masalah tersebut, sebagaimana dikemukakan
oleh Elspeth Young mengatakan: beberapa penulis mengusulkan agar migrasi
dianggap bagian dari suatu rangakaian kesatuan yang meliputi semua jenis
perpindahan penduduk, yaitu mulai dari yang nglaju
sampai pindah tempat untuk jangka panjang yang digambarkan sebagai
mobilitas penduduk.
Menurut Mantra
(1985:157) mobilitas penduduk dapat dibagi menjadi dua bentuk yaitu mobilitas
permanen atau migrasi dan mobilitas non permanen atau mobilitas sirkuler.
Migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu wilayah lain dengan maksud untuk
menetap di daerah tujuan. Sedangkan mobilitas non permanen ialah gerakan
penduduk dari suatu tempat ke tempat lain dengan tidak ada niatan untuk menetap
didaerah tujuan.
Jenis- jenis migrasii dalam membicarakan perpindahan
penduduk akan selalu terkait dengan tempat atau wilayah, waktu maupun yang
keluar dan yang masuk. Dalam lingkup tempat mulai dari lingkup administrasi
terkecil; Rt/Rw, desa, hingga perpindahan antar negara. Juga dari sisi waktu,
mulai dari satu harihingga waktu yang cukup lama. Sehubungan dengan hal
tersebut, maka migrasi dapat dibedakan atas beberapa jenis:
1.
Migrasi
masuk (in migration) yaitu masuknya penduduk ke suatu daerah tujuan
2.
Migrasi
keluar (out migration) yaitu perpindahan penduduk keluar dari suatu daerah
asal.
3.
Migrasi
neto (net migration) merupakan selisih antara jumlah migrasi masuk dan migrasi
keluar
4.
Migrasi
bruto (gross migration) yaitu jumlah migrasi masuk dan migrasi keluar
5.
Migrasi
total (total migration) seluruh kejadian mgrasi, mencakup migrasi semasa hidup
dan migrasi pulang.
6.
Migrasi
internasional (international migration) perpindahan penduduk dari suatu negara
ke negara lain.
7.
Migrasi
semasa hidup (life time migration) migrasi berdasarkan tempat kelahiran, adalah
mereka yang pada waktu pencacahan sensus
bertempat tinggal di daerah yang berbeda dengan daerah tempat lahirnya
8.
Migrasi
parsial (partial migration) jumlah migran ke suatu daerah tujuan dari satu
daerah asal atau dari daerah asal ke satu
daerah tujuan.
9.
Arus
mugrasi (migration stream) yaitu jumlah atau banyaknya perpindahan yang terjadi
dari daerah asal ke daerah tujuan dalam jangka waktu tertentu.
10.
Urbanisasi
(urbanization) yaitu proposisi penduduk yang berdiam di daerah kota yang
disebabkan oleh proses perpindahan penduduk ke kota dan atau akibat dari
perluasan kota.
11.
Transmigrasi
(transmigration) adalah pemindahan dan perpindahan penduduk dari suatu daerah
untuk menetap ke daerah lain yang di tetapkan di dalam wilayah Republik
Indonesiaguna kepentingan pembangunan Negara atau karena alasan-alasan yang
dipandang perlu oleh pemerintah berdasarkan ketentuan yang diatur dalam
undang-undang
Ada banyak
faktor pendorong dilakukannya migrasi, menurut Munir faktor – faktor pendorong
dilakukannya migrasi adalah sebagai berikut :
1. Makin berkurangnya sumber daya alam
2. Menyempitnya lahan ditempat asal
3. Tidak cocok lagi dengan budaya
daerah setempat
4. Alasan pekerjaan atau perkawinan
yang menyebabkan tidak berkembangnya karir pribadi
5. Bencana alam
2.2 Kajian Teori tentang Adaptasi Penduduk
Adaptasi adalah
suatu penyesuaian pribaditerhadap lingkungan, penyesuaian ini dapat berarti
mengubah diri pribadi sesuai dengan keadaan lingkungan, juga dapat berarti
mengubah lingkungan sesuai dengan keinginan pribadi (Gerungan,1991:55). Menurut
Karta Sapoetra adaptasi mempunyai dua arti. Adaptasi yang pertama disebut
penyesuaian diri yang autoplastis (autoartinya sendiri, plastisartinya bentuk),
sedangkan pengertian yang kedua disebut penyesuaian diri yang allopstatis (allo
artinya yang lain, palstisartinya bentuk). Jadi adaptasi ada yang artinya
“pasif”yang mana kegiatan pribadi di tentukan oleh lingkungan. Dan ada yang
artinya “aktif”,yang mana pribadi mempengaruhi lingkungan (Karta
Sapoetra,1987:50). Menurut Suparlan (Suparlan,1993:20) adaptasi itu sendiri
pada hakekatnya adalah suatu proses untuk memenuhi syarat dasar untuk tetap melangsungkan
kehidupan. Syarat-syarat dasar tersebut mencakup:
1. Syarat dasar alamiah-biologi
Manusia harus makan dan minum untuk
menjaga kesetabilan temperatur tubuhnya agar tetap berfungsi dalam hubungan
harmonis secara menyeluruh dengan organ-organ tubuh lainya.
2.
Syarat
dasar kejiwaan
Manusia membutuhkan perasaan tenang
yang jauh dari perasaan takut, keterpencilan gelisah.
3.
Syarat
dasar social
Manusia
membutuhkan hubungan untuk dapat melangsungkan
keturunan, tidak merasa dikucilkan, dapat belajar mengenai
kebudayaanya, untuk dapat mempertahankan diri dari serangan
musuh.
Menurut Soerjono Soekanto (Soekanto, 2000: 10-11) memberikan
beberapa batasan pengertian dari
adaptasi sosial, yakni:
1.
Proses
mengatasi halangan-halangan dari lingkungan.
2.
Penyesuaian
terhadap norma-norma untuk menyalurkan ketegangan.
3.
Proses
perubahan untuk menyesuaikan dengan situasi yang berubah.
4.
Mengubah
agar sesuai dengan kondisi yang diciptakan.
5.
Memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk
kepentingan lingkungan dan sistem.
6.
Penyesuaian budaya dan aspek lainnya sebagai
hasil seleksi alamiah.
2.3
Kajian Teori tentang Hubungan Antar Etnis
Menurut Coleman dan Cressey (1984) orang
yang berasal dari suatu kelompok etnis cenderung melihat budaya mereka sebagai
yang terbaik. Kecenderungan ini disebut sebagai etnosentrisme, yaitu
kecenderungan untuk memandang norma dan nilai yang dianut seseorang sebagai hal
yang mutlak dan digunakan sebagai standar untuk menilai dan mengukur budaya
lain.
Zastrow (dalam Lubis, 1999)
mengatakan bahwa setiap kelompok etnis memiliki keterikatan etnis yang tinggi
melalui etnosentrisme. Etnosentrisme merupakan suatu kecenderungan untuk memandang
norma-norma dan nilai dalam kelompok budayanya sebagai suatu yang mutlak dan
digunakan sebagai standar untuk mengukur dan bertindak terhadap semua
kebudayaan yang lain. Etnosentrisme membimbing para anggota kelompok untuk
memandang kebudayaan mereka sebagai yang terbaik, terunggul daripada kebudayaan
lainnya.
Levine dan Campbell (dalam Scott,
1998) mendefinisikan etnosentrisme sebagai sikap atau pandangan dimana
nilai-nilai yang berasal dari budaya sendiri digunakan untuk menilai budaya
lain yang memiliki nilai-nilai yang berbeda. Individu menilai budayanya secara
objektif dan secara otomatis menggunakannya untuk memandang budaya lain salah,
inferior atau tidak bermoral.
Bab
3
Metodologi
1.1
Langkah-Langkah Pelaksanaan Studi Lapangan
Kegiatan studi lapangan
dilaksanakan oleh para mahasiswa prodi Psikoogi Universitas Negeri Surabaya
pada tanggal 23 Desember 2014 dengan didampingi oleh Dosen Mata Kuliah
Sosiologi-Antropologi Pendidikan, Bapak Dr. Suhanadji, M.Si. Dengan uraian
sebagai kegiatan sebagai berikut :
1. Tempat Studi Lapangan :
RT 03 RW 01 Kelurahan Nyamplungan
Kecamatan Pabean Cantian
Surabaya Utara
2. Tanggal Pelaksanaan :
Rabu, 23 Desember 2014
3. Waktu pelaksanaan :
08.30 WIB – selesai
4. Perjininan :
Dosen SosioAntro Pendidikan
Kaprodi Psikologi
UNESA
Dekan FIP UNESA
Kantor Bangkesbalingmas Surabaya
Kepala Kelurahan Nyamplungan
Ketua RW 01 Kelurahan
Nyamplungan
Ketua RT 03 Kelurahan
Nyamplungan
5. Jenis Penelitian :
Penelitian Kasus dan Penelitian Lapangan
Atau disebut Case Study Research dan Field Study Research
6. Teknik Pengambilan Data :
Wawancara
7. Tanggal Penulisan Laporan :
25 Desember 2014 hingga 4 Januari 2015
8. Pengumpulan Laporan :
Kamis, 5 Januari 2015
1.2 Penentuan Populasi dan Sampel
1. Populasi : Warga etnis Tionghoa, Cina, Arab,
Madura
Kelurahan Nyamplungan
Kecamatan Pabean Cantian
Surabaya Utara
2. Teknik Sampling Random :
Sampling Nonrandom- Purposive Sampling
Purposive
sampling atau teknik sampling bertujuan dengan ketentuan anggota sampel
dipilih berdasarkan tujuan penelitian
3. Sampel :
Warga etnis Tionghoa, Cina,
Arab,
dan Madura
RT 03
/ RW 01 dan RT 01 / RW 12
dengan rincian
sampel :
·
Keluarga Riskia Bathis
– etnis Arab
·
Keluarga Sarminten –
etnis jawa
·
Keluarga Muhamdani –
etnis Madura
·
Keluarga Nugroho –
etnis Tionghoa
Bab 4
Hasil dan Pembahasan
Hasil dan Pembahasan
1.1 Gambaran Umum
Wilayah Kelurahan Nyamplungan
1.1.1
Kondisi Geografis
1.
Alamat : Jl.
Kh. Mansyur I/73, Nyamplungan
Pabean Cantian, Surabaya Utara
2.
No telp : (031)
3526111
3.
Kepala Kelurahan : Agus Sumitro, S.sos
4.
Luas Wilayah : 30 ha
5.
Batas Wilayah
a.
Sebelah Utara : Kel. Ujung
b.
Sebelah Timur : Kel. Ampel
c.
Sebelah Selatan : Kel. Bongkaran
d.
Sebelah Barat : Kel. Krembangan Utara
6.
Kondisi
Geografis
a.
Ketinggian : 3m dpl
b.
Topografi : Menengah
c.
Suhu rata-rata : 31 derajat celcius
7.
Orbitasi (dalam
km)
a.
Jarak dari
Kantor Pemerintahan Kecamatan : 3
km
b.
Jarak dari
Kantor Pemerintahan Kota :
6 km
c.
Jarak dari
Kantor Pemerintahan Propinsi :
6 km
d.
Jarak dari
Kantor Pemerintahan Negara :
- km
8.
Status Gedung
atau Kantor
a.
Luas Tanah :
± 90m2
b.
Luas Bangunan :
± 90m2
c.
Status
Kepemilikan : Aset pemerintah
Kota Surabaya
dibangun tahun 1976
d.
Kondisi Bangunan : baik dan bertingkat
1.1.2
Data Kependudukan
1.
Jumlah penduduk
yang mendiami kelurahan Nyamplungan tercatat pada Oktober 2014 berjumlah 12.167
jiwa dengan penduduk tidak tetap yang tidak memiliki tanda kependudukan
sejumlah 10 jiwa.
2.
Mayoritas
pekerjaan penduduknya adalah Pedagang, Pegawai Swasta, dan Ibu Rumah Tangga.
3.
Mayoritas
penduduk berlatar belakang pendidikan SD dengan jumlah 3303 jiwa.
4.
Mayoritas
penduduk beragama Islam dengan jumlah 10.254 jiwa.
4.1.3
Data Fasilitas atau Ruang Publik
1.
Kelompok bermain
anak : 3 unit
2.
Taman
kanak-kanak : 2 unit
3.
SD Swasta : 1 unit
4.
Pondok Pesantren : 2 unit
5.
Rumah Sakit
Swasta : 2 unit
6.
Rumah Sakit
Bersalin : 2 unit
7.
Poliklinik : 1 unit
8.
Apotik/Depot
Obat : 5 unit
9.
Posyandu : 8 unit
10. Puskesmas Pembantu :
1 unit
11. Masjid :
4 unit
12. Mushola :
13 unit
13. Gereja :
1 unit
14. Vihara :
1 unit
1.2 Analisis dan Pembahasan
4.2.1 Analisis berdasarkan Konsep Teori Migrasi
Dari wawancara yang kami lakukan, mayoritas warga mendiami
Kelurahan Nyamplungan adalah karena memang orang tua terdahulu sudah tinggal di
wilayah Nyamplungan. Mereka tidak tahu sebab orang tuanya pindah ke Nyamplungan
hingga akhirnya orang tua wafat dan meninggalkan rumah di Nyamplungan dan
akhirnya ditinggali oleh generasi yang sekarang. Ada faktor lain yang membuat
mereka pindah ke Nyamplungan yaitu karena faktor pekerjaan. Menurut analisis
kami jika dilihat dari konsep migrasi penduduk menurut Lee, ada beberapa faktor
masyarakat memilih menetap di kelurahan Nyamplungan, yaitu :
1.
Urbanisasi yang
disebabkan karena keinginan untuk mencari pekerjaan yang lebih baik di kota,
karena di Desa sulit lapangan pekerjaan. Hal ini dikemukaan oleh Ibu Muhamdani
yang berasal dari Madura dan sekarang sudah hampir 8 tahun menetap di Nyamplungan
karena mengikuti suami, suami Ibu hamdani bekerja sebagai karyawan swasta di
wilayah Nyamplungan
2.
Migrasi yang
dilakukan oleh orang tua untuk memilih menetap di Nyamplungan dan hidup
berkeluarga serta berketurunan di wilayah Nyamplungan hingga akhirnya anaknya
juga tinggal di Nyamplungan karena ada rumah peninggalan dari orang tua hal ini
dikemukakan oleh Sarminten dari etnis Jawa dan Riskia dari etnis Arab
3.
Faktor wilayah
karena kelurahan Nyamplungan aksesnya mudah untuk menuju ke kota
4.
Faktor
kepentingan pekerjaan, hal ini dilihat dari banyaknya etnis Arab yang tinggal
di Nyamplungan karena wilayah di Nyamplungan dekat dengan pemakaman Sunan Ampel
sehingga banyak etnis Arab yang bekerja sebagai pedagang dengan menjual pernak
pernik dari Arab dan makanan dari Arab seperti kurma
4.2.2 Analisis
berdasarkan Konsep Teori Adaptasi
Berdasarkan kajian
teori adaptasi ada tiga sebab manusia melakukan adaptasi dengan lingkungannya.
Berikut analisis kami :
1. Syarat dasar alamiah-biologi
Manusia harus makan dan minum untuk
menjaga kesetabilan temperatur tubuhnya agar tetap berfungsi dalam hubungan
harmonis secara menyeluruh dengan organ-organ tubuh lainya.
Contohnya adalah manusia melakukan
interaksi dengan memenuhi kebutuhan fisik yaitu makan dan minum sehingga
kondisi fisiknya kuat untuk melakukan kegiatan. Manusia beradaptasi terhadap
makanan dan minuman tergantung dimana ia tinggal sekarang. Misalnya jika di
wilayah Arab jarang makan nasi yang berbahan padi maka jika tinggal di
Indonesia harus terbiasa dengan padi. Jika di Cina orang banyak makan babi,
maka jika di Indonesia terlebih lagi di kelurahan Nyamplungan masyarakat
Tionghoa harus membiasakan diri dengan mengganti konsumsi daging babi dengan
daging lainnya seperti ayam, sapi, ikan laut atau ikan air tawar.
1.
Syarat
dasar kejiwaan
Manusia membutuhkan perasaan tenang
yang jauh dari perasaan takut, keterpencilan gelisah.
Contohnya adalah dalam berkehidupan
masyarakat manusia menginginkan wilayah yang aman, nyaman, dan tentram. Tidak
ingin tinggal wilayah yang berkonflik. Dalam berkehidupan tentunya setiap
manusia berkewajiban untuk menjaga keamanan serta ketertiban di wilayah yang
ditinggali. Oleh karena itu, jika tinggal di suatu wilayah pasti orang akan
berupaya menjaga dirinya untuk menghargai orang lain agar tidak memunculkan
konflik masyarakat supaya dapat menciptakan lingkungan yang diharapkan.
2.
Syarat
dasar social
Manusia membutuhkan hubungan untuk
dapat melangsungkan hidup. Hal ini bisa disadari karena manusia merupakan
makhluk sosial yang pasti akan melakukan interaksi dengan manusia lainnya untuk
memeneuhi kebutuhan hidup.
Contohnya : dalam memenuhi
kebutuhannya untuk berobat, seseorang pasti akan berobat ke puskesmas atau
klinik kesehatan. Hal ini menunjukkan ia membutuhkan orang lain dan bersikap
sosial. Di kelurahan Nyamplungan terdapat klinik kesehatan gratis yang
memberikan pelayanan kesehatan untuk masyarakat tanpa dipungut biaya. Dokter
berasal dari etnis Arab dan sudah cukup lama membuka klinik kesehatan gratis
untuk mayarakat. Klinik kesehatan tersebut berada tepat di depan kantor
keluarahan Nyamplungan. Hal ini menujukkan bahwa meskipun dokter tersebut
beretnis Arab, ia tidak individualis yaitu dapat bersikap sosial karena
memberikan pelayanan untuk semua lapisan mayarakat yang membutuhkan dari
berbagai etnis manapun.
4.2.3
Analisis berdasarkan Konsep Teori Interaksi
Untuk
melakukan interaksi agar terciptanya kerukunan antar etnis di Nyamplungan maka
berikut upaya kelurahan dan masyarakat terkait untuk mempersatukan masyarakat
dari berbagai etnis yang berbeda agar dapat berbaur menjadi satu. Yaitu :
1. Memperingati hari kemerdekaan dengan
menggelar lomba agustusan untuk anak-anak, remaja, dan orang tua. Dengan adanya
lomba ini maka seluruh lapisan masyarakat di kelurahan Nyamplungan dapat
berpartisipasi secara aktif
2. Melaksanakan kerja bakti dan gotong
royong dalam membersihkan lingkungan secara periodik. Kegiatan ini biasa
dilakukan oleh bapak-bapak di wilayah kelurahan Nyamplungan dengan kegiatan
membersihkan saluran air agar tidak buntu, membersihkan fasilitas lampu
penerangan jalan, membuat polisi tidur, dll
3. Mengadakan tasyakuran untuk
memperingati hari besar tertentu atau secaea individual yang dilaksanakan noleh
keluarga tertentu yang memiliki hajad. Dengan mengadakan tasyakuran atau
kenduri maka semua etnis yang beragama apapun dapat mengikuti syukuran ini yang
biasanya erat kaitannya dengan acara bagi-bagi makanan atau makan bersama-sama
4. Mengadakan pengajian, arisan, dll.
Dengan kelompok-kelompok pengajian atau arisan dapat membuat setiap lapisan
masyarakat berbaur menjadi satu. Khususnya arisan yang dilakukan oleh ibu-ibu
tanpa mempertimbangkan golongan dari etnis tertentu. Semuanya dapat berbaur
jadi satu
5. Adanya fasilitas publik yang dibuka
untuk umum seperti pemanfaatan jalan bersama, adanya sekolah, toko dan warung
makan sebagai tempat berinteraksi warga, adanya klinik kesehatan dan puskesmas
yang dibuka untuk umum, dll.
4.2.4
Analisis berdasarkan Konsep Teori Hubungan Antar Etnis
Dalam konsep teori
hubungan antar etnis terdapat kecenderungan
melakukan etnosentrisme, yaitu kecenderungan untuk memandang norma dan nilai
yang dianut seseorang sebagai hal yang mutlak dan digunakan sebagai standar
untuk menilai dan mengukur budaya lain. Hal ini terlihat dari etnis Arab yang
terkadang kurang bisa menerima kegiatan tasyakuran yang dilakukan oleh warga.
Dapat diketahui bahwa kegiatan pengajian
secara bersama-sama yang kerap kali dilakukan oleh warga bertenis Jawa dan
Madura, khususnya Jawa. Karena dalam budaya Jawa konsep kegiatan pengajian
sudah ada sejak lama sejak zaman wali songo. Yang melakukan pengajian untuk
membina kerukunan dan silaturahmi, melakukan pengajian untuk mendoakan kerabat
yang sudah meninggal yang dikenal dengan pengajian hingga tujuh hari kematian,
pengajian 40 hari, pengajian 100 hari, dan pengajian 1000 hari setelah kematian
serta kirim doa.
Dalam
kebudayaan Arab, kegiatan pengajian tidak terlalu berkembang di wilayah
asalnya. Sehingga mereka kurang dapat berinteraksi dengan baik dalam melakukan kegiatan
sosial pengajian. Konsep pengajian yang sering dilakukan di kelurahan Nyamplungan
adisebut dengan Diba’an yang
dilakukan di mushola, dan etnis dari Arab jarang yang ikut serta, mayoritas
yang melakukan adalah etnis Jawa.
4.2.5
Upaya Masyarakat untuk Menyelesaikan
Masalah Sosial
Dalam melakukan interaksi dan berkehidupan tentunya
terdapat masalah-masalah yang ada. Di wilayah Nyamplungan, jika terdapat
masalah yang dirasa berdampak pada banyak warga maka warga melapor ki pihak
terkait seperti RT dan RW, kemudian dilakukan musyawarah bersama berdasarkan
lingkup maslaah tersebut.
Contohnya,
di RW 11 dan 12 akhir-akhir ini sering mengalami kebanjiran saat musim hujan
tiba dan hujan deras karena saluran air yang kurang berfungsi dengan baik.
Warga di RW tersebut melaporkan perkara tersebut pada pihak yang terkait yatu
RW, kemudian RW melapor kepada kelurahan. Kelurahan mengadakan musyawarah
dengan mengundang perwakilan di tiapRW untuk merundingkan bagaimana solusi agar
wilayah tersebut tidak kebanjiran, apakah membuat saluran air baru,
memperbaikinya, membersihkannya atau melapor ke kecamatan atau pemkot untuk
pembenahan lebih lanjut jika kerusakan dinilai berat, dll.
Bab
5
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan dan Saran
1.1
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kami berikan dalam laporan
observasi ini adalah bahwa di wilayah Kelurahan Nyamplungan terdapat berbagai
macam etnis yang mendiami. Ada etnis Jawa, Madura, Tionghoa, Arab, bahkan ada
etnis dari Padang. Mayoritas penduduknya jika diurutkan adalah dari etnis Jawa,
etnis Madura, etnis Arab, dan etnis Cina. Ada berbagai macam cara agar semua
etnis ini dapat melakukan interaksi dengan baik dengan menggunakan ruang publik
yang sudah tersedia dan melakukan kegiatan sosial untuk mempererat silaturahmi
diantara mereka.
Mayoritas setiap etnis mendiami wilayah Nyamplungan
karena alasan pekerjaan dan tinggal di rumah peninggalan orang tua, karena
orang tua dulu hidup di Nyamplungan, berkeluarga dan memiliki generasi hingga
akhirnya generasi juga masih tinggal di Nyamplungan.
Hal ini sesuai dengan konsep pluralisme yang
disesuaikan oleh Furnivall bahwa terdapat banyak keberagam namun tidak memiliki
kehendak untuk hidup bersatu dan bersama karena mayoritas orang Arab yang
tinggal dan menetap di Indonesia duliunya disebabkan karena faktor pekerjaan.
Etnis Arab datang ke Indonesia dan mendiami wilayah Nyamplungan karena terdapat
potensi wisata religi yaitu dekat dengan wilayah Ampel untuk membuka usaha
dengan barang dagangan yang berasal dari Arab.
Di wilayah Nyamplungan tidak pernah terjadi konflik
antar etnis yang menimbulkan kerugian materi atau jiwa seperti kerusuhan etnis
yang sering diberitakan di media massa. Di wilayah Nyamplungan semua masyarakat
dapat hidup berdampingan dengan baik.
Jika terjadi masalah sosial seperti kebanjiran,
mereka segera melapor ke pihak terkait seperti RW untuk dilakukan pemecahan
masalah. Pada waktu kami melakukan observasi, sedang dilakukan rapat antar RW
dengan perangkat kelurahan untuk memecahkan masalah banjir yang terjadi di RW
11 dan 12. Di RW 11 dan 12 mayoritas masyarakatnya ber etnis Tionghoa.
Hal ini menunjukkan bahwa di wilayah Nyamplungan
dapat menciptakan integrasi bangsa dan memhamai konsep multikulturalisme serta
pluralisme dengan baik sehingga ketika ada masalah dapat menyelesaikan dengan
cara musyawarah antar warga.
Sikap egosentrisme juga tidak terlalu mencolok di
wilayah Nyamplungan. Mereka dapat mengahragi dengan baik latar belakang etnis
lain.
1.2
Saran
Saran yang dapat kami
berikan dari observasi lapangan yang dilakukan kemudian memberikan pembahasan
dan menarik kesimpulan adalah bahwa kita harus menyadari bahwa sebagai manusia
kita pasti membutuhkan orang lain untuk hiup. Manusia merupakan makhluk sosial
yang pasti akan melakukan interaksi dengan makhluk hidup lainnya. Hendaknya
dalam melakukan interaksi tersebut manusia berusaha mewujudkan integrasi bangsa
dengan menciptakan lingkungan yang aman, nyaman, dan tentram meskipun di
lingkungan tempat tinggal terdapat banyak lapisan masyarakat dengan
latarbelakang yang berbeda.
Daftar Pustaka
1. Suhanadji.
2014. Sosiologi Antropologi Pendidikan.
Surabaya : Unesa Press
2. Purnomo,
Setiadi Akbar dan Usman, Husaini. 2003. Metodologi
Penelitian Sosial. Jakarta : Bumi Aksara
3. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31455/4/Chapter%20II.pdf
diakses pada 06 Januari 2015 pukul 19.45 WIB
4. http://fathurrahmangeografi.blogspot.com/2013/04/teori-teori-migrasi.html
diakses pada 06 Januari pukul 20.05 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar