Kamis, 12 Maret 2015

LAPORAN PENELITIAN - SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN



INTERAKSI ANTARA ETNIS JAWA DAN ARAB di KELURAHAN NYAMPLUNGAN KECAMATAN PABEAN CANTIAN - SURABAYA UTARA



 
  
                                      
Oleh :
1.      Ika Wahyu Kurnia / 14010664001
2.      Yeni Ayu Wulandari / 14010664004
3.      Indah Purnamasari / 14010664009
4.      Ahmad Kholil Rosyadi   / 14010664015
5.      Dwi Septi Aryani / 14010664026
6.      Rachmad Zulkifli / 14010664033

Dosen :
                     Dr. Suhanadji, M.Si.

                                                                    Mata Kuliah :
         Sosiologi Antropologi Pendidikan (3 sks)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
S-1 PSIKOLOGI
TAHUN 2015


Bab 1
Pendahuluan

1.1  Latar Belakang Penelitian
Membahas mengenai interaksi antar etnis erat kaitannya dengan konsep masyarakat multikulturalisme. Menurut Liliweri (dalam Suhanadji: 2014) masyarakat multikulturalisme adalah  kondisi masyarakat yang tersususn dari banyak kebudayaan, tetapi masing-masing komponen telah terbangun perasaan nyaman, yaitu suasana tanpa kecemasan, tanpa mekanisme pertahanan diri dalam pengalaman dan perjumpaan antar budaya.
Sedangkan pluralisme menurut JS Furnivall (dalam M.Setiadi, 2011) artinya kemajemukan yang terdiri dari ebberapa golongan etnis, agama, paham, maupun bahasa yang hidup secara terfragmentasi dan masing-masing tidak emmiliki kehendak bersama untuk bersatu. Furnivall menggambarkan bahwa ada orang-orang Belanda yang datang ke Indonesia tidak bertujuan untuk tinggal menetap melainkan tujuan pekerjaan.
Indonesia dikenal dengan negara multikulturalisme dan pluralisme. Yang artinya negara yang memiliki banyak kebudayaan. Hal ini terlihat dari banyaknya suku, etnis, ras, dan budaya yang berada di Indonesia jumlahnya banyak dan beragam. Multikulturalisme ini disebabkan karena wilayah Indonesia yang stragegis, dan memiliki banyak kepulauan baik pulau besar dan pulau kecil.
Kondisi multikulturalisme menyebabkan masyarakat di Indonesia harus berinteraksi dengan baik dengan masyarakat dari etnis lainnya agar menciptakan integrasi bangsa. Interaksi yang baik nantinya akan menciptakan kenyamanan dan ketentraman dalam kehidupan sosial masyarakat.
Seperti di Kelurahan Nyamplungan, Kecamatan Pabean Cantian, Surabaya Utara menjadi wilayah yang dihuni oleh berbagai macam etnis yaitu etnis Jawa, Madura, Tionghoa, dan Arab. Setiap etnis memiliki kebudayaan dan keyakinan masing-masing. Lalu, bagaimanakah etnis-etnis ini berinteraksi dalam kehidupan bermsyarakatnya padahal latar kebudayaan mereka berbeda.
Hal tersebut mendorong kami untuk melakukan observasi penelitian untuk mencari tahu bagaimana kehidupan antar etnis dalam usaha menciptakan kenyamanan dan ketentraman dalam lingkungan mereka.

1.2  Tujuan Penelitian
Tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Mengetahui sebab etnis-etnis tersebut mendiami wilayah Kelurahan Nyamplungan Kecamatan Pabean Cantian sehingga
2.      Mengetahui bagaimana pola interaksi yang dilakukan oleh antar etnis sehingga di Kelurahan Nyamplungan tercipta kondisi yang nyaman dan tentram
3.      Memberikan  informasi mengenai kondisi lingkungan dan kondisi sosial yang terkait dengan (jumlah penduduk, ruang-ruang publik sebagai sarana interaksi, keadaan ekonomi, pendidikan, strata sosial, dll)

1.3  Manfaat Penelitian
Manfaat yang akan didapatkan dalam penelitian ini adalah menegtahui khrakteristik budaya dari setiap etnis, mengetahui bagaimana antar etnis berinteraksi dalam menciptakan lingkungan yang aman, nyaman, dan tentram, mengetahui media dan ruang publik apa saja yang digunakan oleh antar etnis dalam berinteraksi.
Manfaat dalam bidang ilmu psikologi terkait dengan psikologi sosial dalam mempelajari kehidupan sosial masyarakat yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda. Manfaat dalam ilmu sosiologi antropologi Pendidikan untuk mengetahui bagaimana kondisi setiap etnis, asal muasal etnis mendiami wilayah tersebut apa penyebabnya dan bagaimana usaha atar etnis dalam usaha menciptakan keteraturan sosial.

1.4  Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam observasi penelitian kami adalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana gambaran umum wilayah Kelurahan Nyamplungan Kecamatan Pabean Cantian – Surabaya Utara?
2.      Ruang lingkup publik apa sajakah yang digunakan untuk melakukan interaksi sosial?
3.      Bagaimana konsep migrasi interaksi, adaptasi, dan hubungan antar etnis antar etnis di wilayah tersebut khususnya Jawa dan Arab?

Bab 2
Kajian Teori

2.1 Kajian Teori tentang Migrasi Penduduk
Secara sederhana migrasi didefenisikan sebagai aktivitas perpindahan. Sedangkan secara formal, migrasi didefenisikan sebagai perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat lain yang melampaui batas politik/negara ataupun batas administrasi/batas bagian suatunegara. Bila melampaui batas negara maka disebut dengan migrasi internasional (migrasi internasional). Sedangkan migrasi dalam negeri merupakan perpindahan penduduk yang terjadi dalam batas wilayah suatu negara, baik antar daerah ataupun antar propinsi. Pindahnya penduduk ke suatu daerah tujuan disebut dengan migrasi masuk. Sedangkan perpindahan penduduk keluar dari suatu daerah disebut dengan migrasi keluar (Depnaker, 1995).  Menurut BPS (1995) terdapat tiga jenis migran antar propinsi, yaitu :
1.      Migran semasa hidup (life time migrant) adalah mereka yang pindah dari tempat lahir ke tempat tinggal sekarang, atau mereka yang tempat tinggalnya sekarang bukan di wilayah propinsi tempat kelahirannya.
2.       Migran risen (recent migrant) adalah mereka yang pindah melewati batas
            propinsi dalan kurun waktu lima tahun terakhir sebelum pencacahan.
3.      Migran total adalah orang yang pernah bertempat tinggal di tempat yang berbeda dengan tempat tinggal pada waktu pengumpulan data.

Berdasarkan tiga jenis migran tersebut, maka jenis migran yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis migran semasa hidup (life time migrant). Dalam keputusan bermigrasi selalu terkandung keinginan untuk  memperbaiki salah satu aspek kehidupan, sehingga keputusan seseorang  melakukan migrasi dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor. Menurut Lee  (1987) ada empat faktor yang perlu diperhatikan dalam studi migrasi penduduk,  yaitu :
1.      Faktor-faktor daerah asal
2.      Faktor-faktor yang terdapat pada daerah tujuan
3.      Rintangan antara daerah asal dan daerah tujuan
4.      Faktor-faktor individual
Perserikatan Bangsa-Bangsa merumuskan bahwa migrasi penduduk sebagai suatu perpindahan tempat tinggal dari suatu unit administrasi ke unit administrasi yang lain (United Nations 1970, 1) Konsep migrasi menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa ini sejalan dengan pendapat Lee (1966, 5a) yang memberikan rumusan tentang migrasi adalah perubahan tempat tinggal secara permanen
Gould dan Prothero (1975, 41) juga menekankan unsure perpindahan tempat tinggal. Namun menurut mereka, walaupun seseorang telah secara resmi pindah tempat, tetapi apabila ada niat sebelumnya untuk kembali ke tempat semula, maka harus dianggap sebagai mobilitas sirkuler, bukan sebagai migrasi. Konsep migrasi yang digunakan dalam sensus 1971 sama dengan sensus1980. Migrasi adalah perpindahan seseorang melewati batas propinsi menuju ke propinsi lain dalam jangka waktu 6 bulan atau lebih.
Berangkat dari masalah tersebut, sebagaimana dikemukakan oleh Elspeth Young mengatakan: beberapa penulis mengusulkan agar migrasi dianggap bagian dari suatu rangakaian kesatuan yang meliputi semua jenis perpindahan penduduk, yaitu mulai dari yang nglaju sampai pindah tempat untuk jangka panjang yang digambarkan sebagai mobilitas penduduk.
Menurut  Mantra (1985:157) mobilitas penduduk dapat dibagi menjadi dua bentuk yaitu mobilitas permanen atau migrasi dan mobilitas non permanen atau mobilitas sirkuler. Migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu wilayah lain dengan maksud untuk menetap di daerah tujuan. Sedangkan mobilitas non permanen ialah gerakan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain dengan tidak ada niatan untuk menetap didaerah tujuan.
Jenis- jenis migrasii dalam membicarakan perpindahan penduduk akan selalu terkait dengan tempat atau wilayah, waktu maupun yang keluar dan yang masuk. Dalam lingkup tempat mulai dari lingkup administrasi terkecil; Rt/Rw, desa, hingga perpindahan antar negara. Juga dari sisi waktu, mulai dari satu harihingga waktu yang cukup lama. Sehubungan dengan hal tersebut, maka migrasi dapat dibedakan atas beberapa jenis:
1.      Migrasi masuk (in migration) yaitu masuknya penduduk ke suatu daerah tujuan
2.      Migrasi keluar (out migration) yaitu perpindahan penduduk keluar dari suatu daerah asal.
3.      Migrasi neto (net migration) merupakan selisih antara jumlah migrasi masuk dan migrasi keluar
4.      Migrasi bruto (gross migration) yaitu jumlah migrasi masuk dan migrasi keluar
5.      Migrasi total (total migration) seluruh kejadian mgrasi, mencakup migrasi semasa hidup dan migrasi pulang.
6.      Migrasi internasional (international migration) perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara lain.
7.      Migrasi semasa hidup (life time migration) migrasi berdasarkan tempat kelahiran, adalah mereka yang pada waktu  pencacahan sensus bertempat tinggal di daerah yang berbeda dengan daerah tempat lahirnya
8.      Migrasi parsial (partial migration) jumlah migran ke suatu daerah tujuan dari satu daerah asal atau dari daerah asal ke  satu daerah tujuan.
9.      Arus mugrasi (migration stream) yaitu jumlah atau banyaknya perpindahan yang terjadi dari daerah asal ke daerah tujuan dalam jangka waktu tertentu.
10.  Urbanisasi (urbanization) yaitu proposisi penduduk yang berdiam di daerah kota yang disebabkan oleh proses perpindahan penduduk ke kota dan atau akibat dari perluasan kota.
11.  Transmigrasi (transmigration) adalah pemindahan dan perpindahan penduduk dari suatu daerah untuk menetap ke daerah lain yang di tetapkan di dalam wilayah Republik Indonesiaguna kepentingan pembangunan Negara atau karena alasan-alasan yang dipandang perlu oleh pemerintah berdasarkan ketentuan yang diatur dalam undang-undang

Ada banyak faktor pendorong dilakukannya migrasi, menurut Munir faktor – faktor pendorong dilakukannya migrasi adalah sebagai berikut :
1.      Makin berkurangnya sumber daya alam
2.      Menyempitnya lahan ditempat asal
3.      Tidak cocok lagi dengan budaya daerah setempat
4.      Alasan pekerjaan atau perkawinan yang menyebabkan tidak berkembangnya karir pribadi
5.      Bencana alam

2.2 Kajian Teori tentang Adaptasi Penduduk
            Adaptasi adalah suatu penyesuaian pribaditerhadap lingkungan, penyesuaian ini dapat berarti mengubah diri pribadi sesuai dengan keadaan lingkungan, juga dapat berarti mengubah lingkungan sesuai dengan keinginan pribadi (Gerungan,1991:55). Menurut Karta Sapoetra adaptasi mempunyai dua arti. Adaptasi yang pertama disebut penyesuaian diri yang autoplastis (autoartinya sendiri, plastisartinya bentuk), sedangkan pengertian yang kedua disebut penyesuaian diri yang allopstatis (allo artinya yang lain, palstisartinya bentuk). Jadi adaptasi ada yang artinya “pasif”yang mana kegiatan pribadi di tentukan oleh lingkungan. Dan ada yang artinya “aktif”,yang mana pribadi mempengaruhi lingkungan (Karta Sapoetra,1987:50). Menurut Suparlan (Suparlan,1993:20) adaptasi itu sendiri pada hakekatnya adalah suatu proses untuk memenuhi syarat dasar untuk tetap melangsungkan kehidupan. Syarat-syarat dasar tersebut mencakup:
1.      Syarat dasar alamiah-biologi
Manusia harus makan dan minum untuk menjaga kesetabilan temperatur tubuhnya agar tetap berfungsi dalam hubungan harmonis secara menyeluruh dengan organ-organ tubuh lainya.
2.      Syarat dasar kejiwaan
Manusia membutuhkan perasaan tenang yang jauh dari perasaan takut, keterpencilan gelisah.
3.      Syarat dasar social
Manusia membutuhkan hubungan untuk dapat melangsungkan
keturunan, tidak merasa dikucilkan, dapat belajar mengenai
kebudayaanya, untuk dapat mempertahankan diri dari serangan musuh.
Menurut Soerjono Soekanto (Soekanto, 2000: 10-11) memberikan beberapa batasan  pengertian dari adaptasi sosial, yakni:
1.      Proses mengatasi halangan-halangan dari lingkungan.
2.      Penyesuaian terhadap norma-norma untuk menyalurkan ketegangan.
3.      Proses perubahan untuk menyesuaikan dengan situasi yang berubah.
4.      Mengubah agar sesuai dengan kondisi yang diciptakan.
5.       Memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk kepentingan lingkungan dan sistem.
6.       Penyesuaian budaya dan aspek lainnya sebagai hasil seleksi alamiah.

2.3 Kajian Teori tentang Hubungan Antar Etnis
Menurut Coleman dan Cressey (1984) orang yang berasal dari suatu kelompok etnis cenderung melihat budaya mereka sebagai yang terbaik. Kecenderungan ini disebut sebagai etnosentrisme, yaitu kecenderungan untuk memandang norma dan nilai yang dianut seseorang sebagai hal yang mutlak dan digunakan sebagai standar untuk menilai dan mengukur budaya lain.
Zastrow (dalam Lubis, 1999) mengatakan bahwa setiap kelompok etnis memiliki keterikatan etnis yang tinggi melalui etnosentrisme. Etnosentrisme  merupakan suatu kecenderungan untuk memandang norma-norma dan nilai dalam kelompok budayanya sebagai suatu yang mutlak dan digunakan sebagai standar untuk mengukur dan bertindak terhadap semua kebudayaan yang lain. Etnosentrisme membimbing para anggota kelompok untuk memandang kebudayaan mereka sebagai yang terbaik, terunggul daripada kebudayaan lainnya.
Levine dan Campbell (dalam Scott, 1998) mendefinisikan etnosentrisme sebagai sikap atau pandangan dimana nilai-nilai yang berasal dari budaya sendiri digunakan untuk menilai budaya lain yang memiliki nilai-nilai yang berbeda. Individu menilai budayanya secara objektif dan secara otomatis menggunakannya untuk memandang budaya lain salah, inferior atau tidak bermoral.
Bab 3
Metodologi

1.1  Langkah-Langkah Pelaksanaan Studi Lapangan
Kegiatan studi lapangan dilaksanakan oleh para mahasiswa prodi Psikoogi Universitas Negeri Surabaya pada tanggal 23 Desember 2014 dengan didampingi oleh Dosen Mata Kuliah Sosiologi-Antropologi Pendidikan, Bapak Dr. Suhanadji, M.Si. Dengan uraian sebagai kegiatan sebagai berikut :
1.      Tempat Studi Lapangan          : RT 03 RW 01 Kelurahan Nyamplungan
                          Kecamatan Pabean Cantian
  Surabaya Utara
2.      Tanggal Pelaksanaan               : Rabu, 23 Desember 2014
3.      Waktu pelaksanaan                 : 08.30 WIB – selesai
4.      Perjininan                                : Dosen SosioAntro Pendidikan
  Kaprodi Psikologi UNESA
  Dekan FIP UNESA
  Kantor Bangkesbalingmas Surabaya
  Kepala Kelurahan Nyamplungan
  Ketua RW 01 Kelurahan Nyamplungan
  Ketua RT 03 Kelurahan Nyamplungan
5.      Jenis Penelitian                        : Penelitian Kasus dan Penelitian Lapangan
  Atau disebut Case Study Research dan Field Study Research
6.      Teknik Pengambilan Data       : Wawancara
7.      Tanggal Penulisan Laporan     : 25 Desember 2014 hingga 4 Januari 2015
8.      Pengumpulan Laporan            : Kamis, 5 Januari 2015

1.2   Penentuan Populasi dan Sampel
1.      Populasi                                   : Warga etnis Tionghoa, Cina, Arab, Madura
              Kelurahan Nyamplungan
              Kecamatan Pabean Cantian
              Surabaya Utara
2.      Teknik Sampling Random      : Sampling Nonrandom- Purposive Sampling
  Purposive sampling atau teknik sampling bertujuan dengan ketentuan anggota sampel dipilih berdasarkan tujuan penelitian
3.      Sampel                                                : Warga etnis Tionghoa, Cina,
              Arab, dan Madura
              RT 03 / RW 01 dan RT 01 / RW 12
  dengan rincian sampel :
·         Keluarga Riskia Bathis – etnis Arab
·         Keluarga Sarminten – etnis jawa
·         Keluarga Muhamdani – etnis Madura
·         Keluarga Nugroho – etnis Tionghoa

Bab 4
Hasil dan Pembahasan

1.1  Gambaran Umum Wilayah Kelurahan Nyamplungan
1.1.1    Kondisi Geografis
1.      Alamat                        : Jl. Kh. Mansyur I/73, Nyamplungan
              Pabean Cantian, Surabaya Utara
2.      No telp                                    : (031) 3526111
3.      Kepala Kelurahan       : Agus Sumitro, S.sos
4.      Luas Wilayah              : 30 ha
5.      Batas Wilayah            
a.       Sebelah Utara        : Kel. Ujung
b.      Sebelah Timur       : Kel. Ampel
c.       Sebelah Selatan     : Kel. Bongkaran
d.      Sebelah Barat        : Kel. Krembangan Utara
6.      Kondisi Geografis
a.       Ketinggian                        : 3m dpl
b.      Topografi              : Menengah
c.       Suhu rata-rata        : 31 derajat celcius
7.      Orbitasi (dalam km)
a.       Jarak dari Kantor Pemerintahan Kecamatan         : 3 km
b.      Jarak dari Kantor Pemerintahan Kota                   : 6 km
c.       Jarak dari Kantor Pemerintahan Propinsi              : 6 km
d.      Jarak dari Kantor Pemerintahan  Negara              :  - km
8.      Status Gedung atau Kantor
a.       Luas Tanah                        : ± 90m2
b.      Luas Bangunan                 : ± 90m2
c.       Status Kepemilikan           : Aset pemerintah Kota Surabaya
         dibangun tahun 1976
d.      Kondisi Bangunan                        : baik dan bertingkat

1.1.2    Data Kependudukan
1.      Jumlah penduduk yang mendiami kelurahan Nyamplungan tercatat pada Oktober 2014 berjumlah 12.167 jiwa dengan penduduk tidak tetap yang tidak memiliki tanda kependudukan sejumlah 10 jiwa.
2.      Mayoritas pekerjaan penduduknya adalah Pedagang, Pegawai Swasta, dan Ibu Rumah Tangga.
3.      Mayoritas penduduk berlatar belakang pendidikan SD dengan jumlah 3303 jiwa.
4.      Mayoritas penduduk beragama Islam dengan jumlah 10.254 jiwa.

4.1.3        Data Fasilitas atau Ruang Publik
1.      Kelompok bermain anak        : 3 unit
2.      Taman kanak-kanak               : 2 unit
3.      SD Swasta                             : 1 unit
4.      Pondok Pesantren                  : 2 unit
5.      Rumah Sakit Swasta              : 2 unit
6.      Rumah Sakit Bersalin            : 2 unit
7.      Poliklinik                                : 1 unit
8.      Apotik/Depot Obat                : 5 unit
9.      Posyandu                               : 8 unit
10.  Puskesmas Pembantu             : 1 unit
11.  Masjid                                    : 4 unit
12.  Mushola                                 : 13 unit
13.  Gereja                                     : 1 unit
14.  Vihara                                                : 1 unit

1.2  Analisis dan Pembahasan
4.2.1 Analisis berdasarkan Konsep Teori Migrasi
Dari wawancara yang kami lakukan, mayoritas warga mendiami Kelurahan Nyamplungan adalah karena memang orang tua terdahulu sudah tinggal di wilayah Nyamplungan. Mereka tidak tahu sebab orang tuanya pindah ke Nyamplungan hingga akhirnya orang tua wafat dan meninggalkan rumah di Nyamplungan dan akhirnya ditinggali oleh generasi yang sekarang. Ada faktor lain yang membuat mereka pindah ke Nyamplungan yaitu karena faktor pekerjaan. Menurut analisis kami jika dilihat dari konsep migrasi penduduk menurut Lee, ada beberapa faktor masyarakat memilih menetap di kelurahan Nyamplungan, yaitu :
1.      Urbanisasi yang disebabkan karena keinginan untuk mencari pekerjaan yang lebih baik di kota, karena di Desa sulit lapangan pekerjaan. Hal ini dikemukaan oleh Ibu Muhamdani yang berasal dari Madura dan sekarang sudah hampir 8 tahun menetap di Nyamplungan karena mengikuti suami, suami Ibu hamdani bekerja sebagai karyawan swasta di wilayah Nyamplungan
2.      Migrasi yang dilakukan oleh orang tua untuk memilih menetap di Nyamplungan dan hidup berkeluarga serta berketurunan di wilayah Nyamplungan hingga akhirnya anaknya juga tinggal di Nyamplungan karena ada rumah peninggalan dari orang tua hal ini dikemukakan oleh Sarminten dari etnis Jawa dan Riskia dari etnis Arab
3.      Faktor wilayah karena kelurahan Nyamplungan aksesnya mudah untuk menuju ke kota
4.      Faktor kepentingan pekerjaan, hal ini dilihat dari banyaknya etnis Arab yang tinggal di Nyamplungan karena wilayah di Nyamplungan dekat dengan pemakaman Sunan Ampel sehingga banyak etnis Arab yang bekerja sebagai pedagang dengan menjual pernak pernik dari Arab dan makanan dari Arab seperti kurma

4.2.2 Analisis berdasarkan Konsep Teori Adaptasi
Berdasarkan kajian teori adaptasi ada tiga sebab manusia melakukan adaptasi dengan lingkungannya. Berikut analisis kami :
1.      Syarat dasar alamiah-biologi
Manusia harus makan dan minum untuk menjaga kesetabilan temperatur tubuhnya agar tetap berfungsi dalam hubungan harmonis secara menyeluruh dengan organ-organ tubuh lainya.
Contohnya adalah manusia melakukan interaksi dengan memenuhi kebutuhan fisik yaitu makan dan minum sehingga kondisi fisiknya kuat untuk melakukan kegiatan. Manusia beradaptasi terhadap makanan dan minuman tergantung dimana ia tinggal sekarang. Misalnya jika di wilayah Arab jarang makan nasi yang berbahan padi maka jika tinggal di Indonesia harus terbiasa dengan padi. Jika di Cina orang banyak makan babi, maka jika di Indonesia terlebih lagi di kelurahan Nyamplungan masyarakat Tionghoa harus membiasakan diri dengan mengganti konsumsi daging babi dengan daging lainnya seperti ayam, sapi, ikan laut atau ikan air tawar.
1.      Syarat dasar kejiwaan
Manusia membutuhkan perasaan tenang yang jauh dari perasaan takut, keterpencilan gelisah.
Contohnya adalah dalam berkehidupan masyarakat manusia menginginkan wilayah yang aman, nyaman, dan tentram. Tidak ingin tinggal wilayah yang berkonflik. Dalam berkehidupan tentunya setiap manusia berkewajiban untuk menjaga keamanan serta ketertiban di wilayah yang ditinggali. Oleh karena itu, jika tinggal di suatu wilayah pasti orang akan berupaya menjaga dirinya untuk menghargai orang lain agar tidak memunculkan konflik masyarakat supaya dapat menciptakan lingkungan yang diharapkan.
2.      Syarat dasar social
Manusia membutuhkan hubungan untuk dapat melangsungkan hidup. Hal ini bisa disadari karena manusia merupakan makhluk sosial yang pasti akan melakukan interaksi dengan manusia lainnya untuk memeneuhi kebutuhan hidup.
Contohnya : dalam memenuhi kebutuhannya untuk berobat, seseorang pasti akan berobat ke puskesmas atau klinik kesehatan. Hal ini menunjukkan ia membutuhkan orang lain dan bersikap sosial. Di kelurahan Nyamplungan terdapat klinik kesehatan gratis yang memberikan pelayanan kesehatan untuk masyarakat tanpa dipungut biaya. Dokter berasal dari etnis Arab dan sudah cukup lama membuka klinik kesehatan gratis untuk mayarakat. Klinik kesehatan tersebut berada tepat di depan kantor keluarahan Nyamplungan. Hal ini menujukkan bahwa meskipun dokter tersebut beretnis Arab, ia tidak individualis yaitu dapat bersikap sosial karena memberikan pelayanan untuk semua lapisan mayarakat yang membutuhkan dari berbagai etnis manapun.

4.2.3  Analisis berdasarkan Konsep Teori Interaksi
            Untuk melakukan interaksi agar terciptanya kerukunan antar etnis di Nyamplungan maka berikut upaya kelurahan dan masyarakat terkait untuk mempersatukan masyarakat dari berbagai etnis yang berbeda agar dapat berbaur menjadi satu. Yaitu :
1.      Memperingati hari kemerdekaan dengan menggelar lomba agustusan untuk anak-anak, remaja, dan orang tua. Dengan adanya lomba ini maka seluruh lapisan masyarakat di kelurahan Nyamplungan dapat berpartisipasi secara aktif
2.      Melaksanakan kerja bakti dan gotong royong dalam membersihkan lingkungan secara periodik. Kegiatan ini biasa dilakukan oleh bapak-bapak di wilayah kelurahan Nyamplungan dengan kegiatan membersihkan saluran air agar tidak buntu, membersihkan fasilitas lampu penerangan jalan, membuat polisi tidur, dll
3.      Mengadakan tasyakuran untuk memperingati hari besar tertentu atau secaea individual yang dilaksanakan noleh keluarga tertentu yang memiliki hajad. Dengan mengadakan tasyakuran atau kenduri maka semua etnis yang beragama apapun dapat mengikuti syukuran ini yang biasanya erat kaitannya dengan acara bagi-bagi makanan atau makan bersama-sama
4.      Mengadakan pengajian, arisan, dll. Dengan kelompok-kelompok pengajian atau arisan dapat membuat setiap lapisan masyarakat berbaur menjadi satu. Khususnya arisan yang dilakukan oleh ibu-ibu tanpa mempertimbangkan golongan dari etnis tertentu. Semuanya dapat berbaur jadi satu
5.      Adanya fasilitas publik yang dibuka untuk umum seperti pemanfaatan jalan bersama, adanya sekolah, toko dan warung makan sebagai tempat berinteraksi warga, adanya klinik kesehatan dan puskesmas yang dibuka untuk umum, dll.

4.2.4        Analisis berdasarkan Konsep Teori Hubungan Antar Etnis
Dalam konsep teori hubungan antar etnis terdapat kecenderungan melakukan etnosentrisme, yaitu kecenderungan untuk memandang norma dan nilai yang dianut seseorang sebagai hal yang mutlak dan digunakan sebagai standar untuk menilai dan mengukur budaya lain. Hal ini terlihat dari etnis Arab yang terkadang kurang bisa menerima kegiatan tasyakuran yang dilakukan oleh warga.
 Dapat diketahui bahwa kegiatan pengajian secara bersama-sama yang kerap kali dilakukan oleh warga bertenis Jawa dan Madura, khususnya Jawa. Karena dalam budaya Jawa konsep kegiatan pengajian sudah ada sejak lama sejak zaman wali songo. Yang melakukan pengajian untuk membina kerukunan dan silaturahmi, melakukan pengajian untuk mendoakan kerabat yang sudah meninggal yang dikenal dengan pengajian hingga tujuh hari kematian, pengajian 40 hari, pengajian 100 hari, dan pengajian 1000 hari setelah kematian serta kirim doa.
Dalam kebudayaan Arab, kegiatan pengajian tidak terlalu berkembang di wilayah asalnya. Sehingga mereka kurang dapat berinteraksi dengan baik dalam melakukan kegiatan sosial pengajian. Konsep pengajian yang sering dilakukan di kelurahan Nyamplungan adisebut dengan Diba’an yang dilakukan di mushola, dan etnis dari Arab jarang yang ikut serta, mayoritas yang melakukan adalah etnis Jawa.

4.2.5        Upaya Masyarakat untuk Menyelesaikan Masalah Sosial
Dalam melakukan interaksi dan berkehidupan tentunya terdapat masalah-masalah yang ada. Di wilayah Nyamplungan, jika terdapat masalah yang dirasa berdampak pada banyak warga maka warga melapor ki pihak terkait seperti RT dan RW, kemudian dilakukan musyawarah bersama berdasarkan lingkup maslaah tersebut.
Contohnya, di RW 11 dan 12 akhir-akhir ini sering mengalami kebanjiran saat musim hujan tiba dan hujan deras karena saluran air yang kurang berfungsi dengan baik. Warga di RW tersebut melaporkan perkara tersebut pada pihak yang terkait yatu RW, kemudian RW melapor kepada kelurahan. Kelurahan mengadakan musyawarah dengan mengundang perwakilan di tiapRW untuk merundingkan bagaimana solusi agar wilayah tersebut tidak kebanjiran, apakah membuat saluran air baru, memperbaikinya, membersihkannya atau melapor ke kecamatan atau pemkot untuk pembenahan lebih lanjut jika kerusakan dinilai berat, dll.

Bab 5
Kesimpulan dan Saran

1.1   Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kami berikan dalam laporan observasi ini adalah bahwa di wilayah Kelurahan Nyamplungan terdapat berbagai macam etnis yang mendiami. Ada etnis Jawa, Madura, Tionghoa, Arab, bahkan ada etnis dari Padang. Mayoritas penduduknya jika diurutkan adalah dari etnis Jawa, etnis Madura, etnis Arab, dan etnis Cina. Ada berbagai macam cara agar semua etnis ini dapat melakukan interaksi dengan baik dengan menggunakan ruang publik yang sudah tersedia dan melakukan kegiatan sosial untuk mempererat silaturahmi diantara mereka.
Mayoritas setiap etnis mendiami wilayah Nyamplungan karena alasan pekerjaan dan tinggal di rumah peninggalan orang tua, karena orang tua dulu hidup di Nyamplungan, berkeluarga dan memiliki generasi hingga akhirnya generasi juga masih tinggal di Nyamplungan.
Hal ini sesuai dengan konsep pluralisme yang disesuaikan oleh Furnivall bahwa terdapat banyak keberagam namun tidak memiliki kehendak untuk hidup bersatu dan bersama karena mayoritas orang Arab yang tinggal dan menetap di Indonesia duliunya disebabkan karena faktor pekerjaan. Etnis Arab datang ke Indonesia dan mendiami wilayah Nyamplungan karena terdapat potensi wisata religi yaitu dekat dengan wilayah Ampel untuk membuka usaha dengan barang dagangan yang berasal dari Arab.
Di wilayah Nyamplungan tidak pernah terjadi konflik antar etnis yang menimbulkan kerugian materi atau jiwa seperti kerusuhan etnis yang sering diberitakan di media massa. Di wilayah Nyamplungan semua masyarakat dapat hidup berdampingan dengan baik.
Jika terjadi masalah sosial seperti kebanjiran, mereka segera melapor ke pihak terkait seperti RW untuk dilakukan pemecahan masalah. Pada waktu kami melakukan observasi, sedang dilakukan rapat antar RW dengan perangkat kelurahan untuk memecahkan masalah banjir yang terjadi di RW 11 dan 12. Di RW 11 dan 12 mayoritas masyarakatnya ber etnis Tionghoa.
Hal ini menunjukkan bahwa di wilayah Nyamplungan dapat menciptakan integrasi bangsa dan memhamai konsep multikulturalisme serta pluralisme dengan baik sehingga ketika ada masalah dapat menyelesaikan dengan cara musyawarah antar warga.
Sikap egosentrisme juga tidak terlalu mencolok di wilayah Nyamplungan. Mereka dapat mengahragi dengan baik latar belakang etnis lain.

1.2   Saran
Saran yang dapat kami berikan dari observasi lapangan yang dilakukan kemudian memberikan pembahasan dan menarik kesimpulan adalah bahwa kita harus menyadari bahwa sebagai manusia kita pasti membutuhkan orang lain untuk hiup. Manusia merupakan makhluk sosial yang pasti akan melakukan interaksi dengan makhluk hidup lainnya. Hendaknya dalam melakukan interaksi tersebut manusia berusaha mewujudkan integrasi bangsa dengan menciptakan lingkungan yang aman, nyaman, dan tentram meskipun di lingkungan tempat tinggal terdapat banyak lapisan masyarakat dengan latarbelakang yang berbeda.

Daftar Pustaka

1.      Suhanadji. 2014. Sosiologi Antropologi Pendidikan. Surabaya : Unesa Press
2.      Purnomo, Setiadi Akbar dan Usman, Husaini. 2003. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta : Bumi Aksara
3.      http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31455/4/Chapter%20II.pdf diakses pada 06 Januari 2015 pukul 19.45 WIB
4.      http://fathurrahmangeografi.blogspot.com/2013/04/teori-teori-migrasi.html diakses pada 06 Januari pukul 20.05 WIB
5.      http://www.google.maps.co.id diakses pada 07 Januari pukul 19.36 WIB
6.      http://web.unair.ac.id/admin/file/f_32373_KKNUA.pdf diakses pada 08 Januari pukul 04.40 WIB




Tidak ada komentar: