Kamis, 12 Maret 2015

LAPORAN PENGAMATAN - LANDASAN PENDIDIKAN



TRIPUSAT PENDIDIKAN, KONSEP BLOOM PENDIDIKAN dan TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL




A.    Identitas Diri
1.      Identitas Pengamat
Nama                           : Yeni Ayu Wulandari
Usia                             : 18 tahun
Agama                         : Islam
TTL                             : Bojonegoro, 29 Januari 1996
Jenjang Pendidikan     : Mahasiswi S1 Psikologi UNESA
Alamat Rumah            : Perum. GRI D-16, Dander, Bojonegoro
Alamat Kost                : Babatan Gg.5g No.12

2.      Identitas Anak (Obyek Pengamatan)
Nama                           : Ariyadi Qowiyun Aziz
Usia                             : 8 tahun
Agama                         : Islam
TTL                             : Bojonegoro, 24 Oktober 2006
Jenjang Pendidikan     : Kelas 2 di SDN Ngumpakdalem 3
Alamat                                    : Perum. GRI D-16, Dander, Bojonegoro

3.      Identitas Orang Tua dari Anak
Nama Ayah                 : Arif Setiawan
Pekerjaan                     : Wiraswasta
Nama Ibu                    : Rina Purbowati
Pekerjaan                     : Guru PAUD dan Guru Mengaji
Alamat                                    : Perum. GRI D-16, Dander, Bojonegoro

4.      Keterangan Tambahan
Hubungan antara pengamat dan anak yang diamati adalah keluarga dan masih tinggal dalam satu rumah. Pengamat mengetahui dengan jelas kondisi anak tersebut karena dari kecil hingga anak berusia delapan tahun, pengamat dan anak tinggal dalam satu rumah.

B.     Proses Penyampaian Dimensi Keagamaan dari Orang Tua untuk Anak
Menurut Glock dan Stark kebergamaan muncul dalam lima dimensi, yaitu :
1.      Dimensi Ideologis
Setiap agama merupakan bagian dari keberagamaan yang berkaitan dengan apa yang harus dipercayai dan menjadi keyakinan sehingga membedakan antara agama satu dengan agama yang lainnya. Dalam islam, dimesi ideologis dalam islam ada dalam kajian mengenai akidah.
2.      Dimensi Intelektual
Setiap agama memiliki sejumlah informasi khusus yang harus diketahui oleh para pemeluknya. Dalam agama islam dimensi intelektual dapat dicontohkan dalam hal mengenai informasi tata cara membaca Al-Quran yang benar, praktek keibadahan, konsep keimanan, konsep tasawuf, konsep akhlak, dan informasi mengenai sejarah dan perkembangan islam.
3.      Dimensi Eksperiensial
Dimensi ini berkaitan dengan perasaan keagamaan seseorang. Sebagai contoh dalam agama islam, umat islam akan merasa senang dan bahagia ketika memasuki bulan ramadhan dan merayakan lebaran, umat islam merasakan ketenangan saat melaksanakan sholat dan membaca Al-Qur’an.
4.      Dimensi Ritualistik
Dimesi ini berhubungan dengan perilaku seseorang dalam menunjukkan komitmen terhadap agama yang dianut. Dalam agama islam, terkait dengan melaksanakan sholat fardhu, puasa ramadhan, sholat ied, sholat tarawih, zakat, dll
5.      Dimensi Konsekuensional
Dimensi ini berkaitan merujuk pada konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan oleh ajaran agama dalam perilaku umum yang secara tidak sengaja ditetapkan oleh agama tersebut. Sebagai contoh, dalam agama islam seperti bagaimana hidup toleran antar umat, berbuat baik dan jujur, bersikap adil, dll. Dalam agam islam hal ini disebut hablum minannas yaitu hubungan manusia dengan manusia tanpa menghilangkan hablum minallah yaitu hubungan manusia dengan Tuhannya.
Laporan Pengamatan Dimensi Keberagamaan
No
Dimensi Keberagamaan
Tindakan Orang Tua
Dampak pada Anak
1.
Dimensi Ideologis
(Akidah)
1.      Ibu mengajarkan doa sehari-hari pada anak. Jadi ketika anak akan makan atau akan tidur atau melakukan kegiatan lainnya anak terbiasa membaca doa terlebih dahulu.
2.      Orang tua mengajarkan anak berbagi kepada orang lain ketika memiliki makanan
1.      Anak hafal beberapa doa sehari-hari, contohnya sebelum makan anak membaca doa dengan suara lantang.
2.      Anak menjadi terbiasa untuk berbagi kepada sesama.
2.
Dimensi Intelektual
(Informasi Khusus)
1.      Anak diajarkan mengaji di rumah
2.      Anak dimasukkan dalam tempat mengaji di masjid perumahan

1.      Anak terbiasa untuk membaca ayat-ayat Al-Qur’an ketika dirumah
2.      Dalam pendidikan mengaji di masjid. anak diajarkan untuk mengaji, bagaimana cara sholat yang benar, dan informasi-informasi keagamaan lainnya untuk dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
3.
Dimensi Eksperiensial
(Ketenangan Perasaan)
1.      Anak diberikan motivasi untuk berpuasa dan dibelikan baju baru saat lebaran
2.      Orang tua memberikan pujian kepada anak ketika anak dapat melakukan ibadah dengan baik misalnya membaca Iqro, membaca doa, dll
1.      Anak merasa bahagia ketika dapat berpuasa dan merayakan lebaran bersama keluarga
2.      Anak merasa termotivasi dan senang sehingga lebih giat melaksanakan ibadah, membaca Iqro, menghafalkan doa yang lainnya, dll
4.
Dimensi Ritualistik
(Praktek Keagamaan)
1.      Anak diajarkan untuk melakukan praktek keagamaan seperti sholat, berpuasa, sedekah, zakat, dll
1.      Anak terbiasa menjalakan praktek kegamaan dalam kehidupannya secara bertahap.
5.
Dimensi Konsekuensioanl
(terkait dengan kebaikan dan apa yang pantas atau tidak pantas dalam kehidupan)
1.      Orang tua mengajarkan kejujuran kepada anak ketika anak mengambil barang yang bukan miliknya.
2.      Anak dibiasakan untuk meminta maaf ketika melakukan kesalahan
3.      Anak diberitahukan mengenai apa yang pantas dan tidakpantas diucapkan atau dilakukan. Misalnya, berkata kotor, mencuri, berbohong, menghormati orang yang lebih tua, dll
1.      Anak terbiasa bersikap jujur
2.      Anak terbiasa meminta maaf ketika berbuat salah
3.      Anak mengetahui apa yang pantas atau tidak pantas diucapkan atau dilakukan, terkait dengan apa yang diperbolehkan oleh agama dan yang dilarang oleh agama.

C.    Pendapat Ki Hajar Dewantara dengan Hasil Pengamatan
Ki Hajar Dewantara merupakan Bapak Pendidikan di Indonesia. Mendefinisikan pendidikan sebagai berikut :
“Pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapatlah keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya”.
Dilihat dari aspek-aspeknya maka “Pendidikan berarti daya upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek), dan jasmani anak-anak”.
Dalam pengamatan ini, tindakan yang dilakukan oleh orang tua untuk mendidik anaknya sudah sesuai dengan konsep pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara. Orang tua sudah memerankan dengan baik aspek pendidikan yang dicetuskan Ki Hajar yaitu :
1.      Budi Pekerti (Kekuatan Batin)
Dalam hal ini anak sudah diajarkan mengenai budi pekerti yang harus dimiliki oleh anak. Karena jika anak memiliki budi pekerti yang baik anak dapat berinteraksi dengan orang lain serta hidup dalam masyarakat dengan baik. Orang tua mengajarkan kebaikan pada anak, memberikan pemahaman sederhana terhadap budaya atau kondisi lingkungannya sebagai bekal anak untuk hidup dalam bermasyarakat.
2.      Pikiran (Intelek)
Dalam aspek pikiran orang tua berusaha agar anaknya bisa menjadi anak yang pintar dan berprestasi. Orang tua mendampingi anak dalam belajar, orang tua menyekolahkan anak agar anak mendapat pengetahuan yang luas.
3.      Jasmani
Dalam aspek jasmani orang tua menjaga kesehatan anak dengan memberikan asupan gizi yang baik untuk tubuh anak agar anak senantiasa dalam kondisi sehat dan menjalani aktifitas dengan baik. Orang tua tidak membatasi secara berlebihan aktifitas anak. Orang tua memberikan keleluasaan pada anak untuk bermain dengan temannya, bersepeda, dll. Dalam pengamatan saya, orang tua dan anak setiap hari minggu selalu pergi keluar rumah untuk bersepeda pancal. Hal ini menunjukkan bahwa orang tua mengajak anak untuk berolahraga dan menikmati akhir pekan untuk hiburan.

D.    Tri Pusat Pendidikan
Tri pusat pendidikan adalah tiga pusat yang bertanggung jawab atas terselenggaranya pendidikan terhadap anak, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Ki Hajar Dewantoro adalah pencetus adanya System Tri Centra “Didalam hidupnya anak-anak ada tiga tempat pergaulan yeng menjadi pusat pendidikan yang amat penting baginya, yaitu alam keluarga, alam perguruan, dan alam pergerakan pemuda. Dan hal ini disahkan dalam UU No.20 Tahun. 2003  terkait dengan Tri Pusat Pendidikan yaitu meliputi pendiidkan keluarga, pendidikan sekolah, pendidikan masyarakat.
Dalam hal ini, orang tua dari anak tersebut sudah melaksanakan tri pusat pendidikan dengan cukup baik. Hal tersebut dapat dilihat dalam table berikut :
Laporan Pengamatan Tri Pusat Pendidikan
No
Lingkup Pendidikan
Tindakan Orang Tua
1.
Pendidikan Keluarga
Keluarga memerankan fungsi kelurga dengan baik sebagai tempat untuk member kasih sayang. Orang tua mengajarkan kebaikan dan menuntun anak dalam menjalankan kewajiban serta proses menuju kedewasannya. Hal ini dapat terlihat ketika orangtua mencukupi kebutuhan anak untuk bersekolah, membimbing anak dalam belajar, menasehati tetang apa yang pantas dan tidak pantas diucapkan atau dilakukan.
2.
Pendidikan Sekolah
Sekolah memberikan peranan yang baik untuk anak, dalam pendidikan formalnya anak mendapat pengetahuan secara akademis, anak mendapatkan keterampilan untuk mengasah potensi yang dimililiki. Anak menempuh pendidikan sesuai jenjang pendidikannya dan akan melanjutkan pendidikan secara bertahap nantinya.
3.
Pendidikan Masyarakat
Dalam pendidikan di masyarakat anak dimasukan dalam kelompok mengaji di masjid tempat anak tinggal sehingga anak bisa bersosialisasi dengan teman-temannya. Tetangga-tetangga anak tersebut juga mengajarkan kebaikan pada anak. Istilah jawanya nuturi” kepada anak tersebut ketika anak melakukan tindakan yang seharusnya tidak pantas dilakukan

E.     Tujuan Pendidikan Berdasarkan Konsep Bloom
Secara teoristis, taksonomi bloom dibadi kedalam tiga domain. Yaitu domain kognitif, domain afektif, dan domain psikomotor. Taksonomi bloom dibuat untuk tujuan pendidikan. Berikut laporan pengamatan mengendai kondisi anak berdasarkan domain perkembangan dalam taksonomi bloom :

Laporan Pengamatan terhadap Domain Perkembangan Anak
No
Domain Perkembangan
Bukti Perkembangan
1.
Domain Kognitif
Anak mampu menghafal pengetahuan-pengetahuan yang sifatnya hafalan di pelajaran sekolahnya, anak mampu menghafalkan doa sehari-hari, surat-surat pendek dan doa untuk sholat dengan baik. Anak mampu menyelesaikan tugas-tugas di sekolah dengan bimbingan guru, anak mampu menyelesaikan pr dengan baik dengan bimbingan orang tua di rumah.
2.
Domain Afektif
Anak cukup mampu mengatur emosinya dengan baik ketika apa yang diinginkan tidak bisa terpenuhi karena anak mendapatkan pemahaman yang sederhana bahwa dia harus bersikap mandiri terlebih karena sudah sekolah di SD. Secara afektif kesadaran anak untuk berinteraksi dengan sekelilingnya sudah baik dikarenakan anak sudah diajarkan untuk saling berbagi, toleransi, mematuhi aturan, dll
3.
Domain Psikomotor
Anak mampu meniru orang lain ketika dia diajarkan kebaikan. Misalnya anak tersebut diajak orangtuanya sholat ke masjid. Anak meniru apa yang dilakukan orang tuanya. Ketika anak melihat teman sebayanya pandai mengayuh sepeda, anak tersebut meniru temannya agar bisa naik sepeda. Anak mampu mengoperasikan computer/laptop dengan baik karena anak suka bermain game di laptop. Terlebih lagi karena ayah dari anak tersebut adalah orang yang ahli IT.

Domain yang lebih dominan berkembang ada pada domain kognitif. Karena secara kognitif anak mengalami kemajuan yang cukup banyak dalam kehidupannya. Terlebih lagi saat usia sekola dasar anak lebih ditekanan untuk mendapat banyak pengetahuan, berbeda ketika anak di jenjang taman kanak-kanak yang lebih aktif domain psikomotoriknya. Dari kemampuan kognitif akan pengetahuan tersebut anak dapat meningkatkan domain afektif dan psikomotorik.

F.     Hasil Pengamatan terhadap Pasal 3 UU No.20 Tahun 2003
Pasal 3 UU No. 20 tahun 2003 berbunyi : Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
      Dalam pengamatan saya, usaha orang tua dalam memberikan pendidikan untuk anaknya sudah sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam pasal 3 UU No. 20 tahun 2003. Orang tua memberikan pendidikan keluarga dalam kehidupan anak, orang tua juga menyekolahkan anak agar anak mendapatkan pendidikan di sekolah. Anak juga mendapatkan pendidikan di masyarakat dengan baik. Pendidikan keluarga memberikan peranan penting untuk membentuk karakter anak karena terkait dengan penanaman akhlak, usaha untuk mandiri, ketakwaan terhadap Tuhan, dll. Anak mendapatkan ilmu yang baik dalam pendidikan sekolah. Anak berusaha untuk cakap dari ilmu yang didapatkannya di sekolah. Dan anak menjadi kreatif hal itu bisa terlihat saat anak-anak bermain dan berimajinasi dengan pikirannya. Potensi anak juga dikembangkan dalam pendidikan sekolah karena dalam pendidikan di sekolah tidak hanya mengajarkan pengetahuan secara akademis. Tapi juga keterampilan-keterampilan guna meningkatkan kemampuan psikomotorik anak



Tidak ada komentar: