TRIPUSAT
PENDIDIKAN, KONSEP BLOOM PENDIDIKAN dan TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL
A.
Identitas
Diri
1.
Identitas
Pengamat
Nama : Yeni Ayu Wulandari
Usia : 18 tahun
Agama : Islam
TTL : Bojonegoro, 29
Januari 1996
Jenjang Pendidikan : Mahasiswi S1 Psikologi UNESA
Alamat Rumah : Perum. GRI D-16, Dander,
Bojonegoro
Alamat Kost : Babatan Gg.5g No.12
2.
Identitas
Anak (Obyek Pengamatan)
Nama : Ariyadi Qowiyun Aziz
Usia : 8 tahun
Agama : Islam
TTL : Bojonegoro, 24
Oktober 2006
Jenjang Pendidikan : Kelas 2 di SDN Ngumpakdalem 3
Alamat : Perum. GRI
D-16, Dander, Bojonegoro
3.
Identitas
Orang Tua dari Anak
Nama Ayah : Arif Setiawan
Pekerjaan : Wiraswasta
Nama Ibu : Rina Purbowati
Pekerjaan : Guru PAUD dan Guru
Mengaji
Alamat : Perum. GRI
D-16, Dander, Bojonegoro
4.
Keterangan
Tambahan
Hubungan
antara pengamat dan anak yang diamati adalah keluarga dan masih tinggal dalam
satu rumah. Pengamat mengetahui dengan jelas kondisi anak tersebut karena dari kecil
hingga anak berusia delapan tahun, pengamat dan anak tinggal dalam satu rumah.
B.
Proses
Penyampaian Dimensi Keagamaan dari Orang Tua untuk Anak
Menurut Glock dan Stark kebergamaan
muncul dalam lima dimensi, yaitu :
1. Dimensi
Ideologis
Setiap
agama merupakan bagian dari keberagamaan yang berkaitan dengan apa yang harus
dipercayai dan menjadi keyakinan sehingga membedakan antara agama satu dengan
agama yang lainnya. Dalam islam, dimesi ideologis
dalam islam ada dalam kajian mengenai akidah.
2. Dimensi
Intelektual
Setiap
agama memiliki sejumlah informasi khusus yang harus diketahui oleh para
pemeluknya. Dalam agama islam dimensi intelektual dapat dicontohkan dalam hal
mengenai informasi tata cara membaca Al-Quran yang benar, praktek keibadahan,
konsep keimanan, konsep tasawuf, konsep akhlak, dan informasi mengenai sejarah
dan perkembangan islam.
3. Dimensi
Eksperiensial
Dimensi
ini berkaitan dengan perasaan keagamaan seseorang. Sebagai contoh dalam agama
islam, umat islam akan merasa senang dan bahagia ketika memasuki bulan ramadhan
dan merayakan lebaran, umat islam merasakan ketenangan saat melaksanakan sholat
dan membaca Al-Qur’an.
4. Dimensi
Ritualistik
Dimesi
ini berhubungan dengan perilaku seseorang dalam menunjukkan komitmen terhadap
agama yang dianut. Dalam agama islam, terkait dengan melaksanakan sholat
fardhu, puasa ramadhan,
sholat ied, sholat tarawih, zakat, dll
5. Dimensi
Konsekuensional
Dimensi ini berkaitan merujuk
pada konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan oleh ajaran agama dalam perilaku
umum yang secara
tidak sengaja ditetapkan oleh agama tersebut. Sebagai contoh, dalam agama islam
seperti bagaimana hidup toleran antar umat, berbuat baik dan jujur, bersikap
adil, dll. Dalam agam islam hal ini disebut hablum
minannas yaitu hubungan manusia dengan manusia tanpa menghilangkan hablum minallah yaitu hubungan manusia
dengan Tuhannya.
Laporan Pengamatan
Dimensi Keberagamaan
No
|
Dimensi
Keberagamaan
|
Tindakan
Orang Tua
|
Dampak
pada Anak
|
1.
|
Dimensi
Ideologis
(Akidah)
|
1. Ibu
mengajarkan doa sehari-hari pada anak. Jadi ketika anak akan makan atau akan
tidur atau melakukan kegiatan lainnya anak terbiasa membaca doa terlebih
dahulu.
2. Orang
tua mengajarkan anak berbagi kepada orang lain ketika memiliki makanan
|
1. Anak
hafal beberapa doa sehari-hari, contohnya sebelum makan anak membaca doa
dengan suara lantang.
2. Anak
menjadi terbiasa untuk berbagi kepada sesama.
|
2.
|
Dimensi
Intelektual
(Informasi
Khusus)
|
1. Anak
diajarkan mengaji di rumah
2. Anak
dimasukkan dalam tempat mengaji di masjid perumahan
|
1. Anak
terbiasa untuk membaca ayat-ayat Al-Qur’an ketika dirumah
2. Dalam
pendidikan mengaji di masjid. anak diajarkan untuk
mengaji, bagaimana cara sholat yang benar, dan informasi-informasi keagamaan
lainnya untuk dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
|
3.
|
Dimensi
Eksperiensial
(Ketenangan
Perasaan)
|
1. Anak
diberikan motivasi untuk berpuasa dan dibelikan baju baru saat lebaran
2. Orang
tua memberikan pujian kepada anak ketika anak dapat melakukan ibadah dengan
baik misalnya membaca Iqro, membaca doa, dll
|
1. Anak
merasa bahagia ketika dapat berpuasa
dan merayakan lebaran bersama keluarga
2. Anak
merasa termotivasi dan senang sehingga lebih giat melaksanakan ibadah,
membaca Iqro, menghafalkan doa yang lainnya, dll
|
4.
|
Dimensi
Ritualistik
(Praktek
Keagamaan)
|
1. Anak
diajarkan untuk melakukan praktek keagamaan seperti sholat, berpuasa,
sedekah, zakat, dll
|
1. Anak
terbiasa menjalakan praktek kegamaan dalam kehidupannya secara bertahap.
|
5.
|
Dimensi
Konsekuensioanl
(terkait dengan kebaikan dan
apa yang pantas atau tidak pantas dalam kehidupan)
|
1. Orang
tua mengajarkan kejujuran kepada anak ketika anak mengambil barang yang bukan
miliknya.
2. Anak
dibiasakan untuk meminta maaf ketika melakukan kesalahan
3. Anak
diberitahukan mengenai apa yang pantas dan tidakpantas diucapkan atau
dilakukan. Misalnya, berkata kotor, mencuri, berbohong, menghormati orang
yang lebih tua, dll
|
1. Anak
terbiasa bersikap jujur
2. Anak
terbiasa meminta maaf ketika berbuat salah
3. Anak
mengetahui apa yang pantas atau tidak pantas diucapkan atau dilakukan,
terkait dengan apa yang diperbolehkan oleh agama dan yang dilarang oleh
agama.
|
C.
Pendapat
Ki Hajar Dewantara dengan Hasil Pengamatan
Ki
Hajar Dewantara merupakan Bapak Pendidikan di Indonesia. Mendefinisikan
pendidikan sebagai berikut :
“Pendidikan
yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka
sebagai manusia dan anggota masyarakat dapatlah keselamatan dan kebahagiaan
yang setinggi-tingginya”.
Dilihat
dari aspek-aspeknya maka “Pendidikan berarti daya upaya untuk memajukan
perkembangan budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek), dan jasmani
anak-anak”.
Dalam
pengamatan ini, tindakan yang dilakukan oleh orang tua untuk mendidik anaknya
sudah sesuai dengan konsep pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara. Orang tua
sudah memerankan dengan baik aspek pendidikan yang dicetuskan Ki Hajar yaitu :
1. Budi
Pekerti (Kekuatan Batin)
Dalam hal ini anak sudah diajarkan
mengenai budi pekerti yang harus dimiliki oleh anak. Karena jika anak memiliki
budi pekerti yang baik anak dapat berinteraksi dengan orang lain serta hidup
dalam masyarakat dengan baik. Orang tua mengajarkan kebaikan pada anak,
memberikan pemahaman sederhana terhadap budaya atau kondisi lingkungannya
sebagai bekal anak untuk hidup dalam bermasyarakat.
2. Pikiran
(Intelek)
Dalam aspek pikiran orang tua berusaha
agar anaknya bisa menjadi anak yang pintar dan berprestasi. Orang tua
mendampingi anak dalam belajar, orang tua menyekolahkan anak agar anak mendapat
pengetahuan yang luas.
3. Jasmani
Dalam aspek jasmani orang tua menjaga
kesehatan anak dengan memberikan asupan gizi yang baik untuk tubuh anak agar
anak senantiasa dalam kondisi sehat dan menjalani aktifitas dengan baik. Orang tua tidak membatasi secara berlebihan aktifitas
anak. Orang tua memberikan keleluasaan pada anak untuk bermain dengan temannya,
bersepeda, dll. Dalam pengamatan saya, orang tua dan anak setiap hari minggu
selalu pergi keluar rumah untuk bersepeda pancal. Hal ini menunjukkan bahwa
orang tua mengajak anak untuk berolahraga dan menikmati akhir pekan untuk
hiburan.
D.
Tri
Pusat Pendidikan
Tri pusat pendidikan adalah tiga pusat
yang bertanggung jawab atas terselenggaranya pendidikan terhadap anak, yaitu
keluarga, sekolah, dan masyarakat. Ki Hajar Dewantoro adalah pencetus adanya System Tri Centra “Didalam hidupnya
anak-anak ada tiga tempat pergaulan yeng menjadi
pusat pendidikan yang amat penting baginya, yaitu alam keluarga, alam
perguruan, dan alam pergerakan pemuda. Dan hal ini disahkan dalam UU No.20
Tahun. 2003 terkait dengan Tri Pusat
Pendidikan yaitu meliputi pendiidkan keluarga, pendidikan sekolah, pendidikan
masyarakat.
Dalam hal ini, orang tua dari anak tersebut sudah
melaksanakan tri pusat pendidikan dengan cukup baik. Hal tersebut dapat dilihat
dalam table berikut :
Laporan
Pengamatan Tri Pusat Pendidikan
No
|
Lingkup
Pendidikan
|
Tindakan
Orang Tua
|
1.
|
Pendidikan
Keluarga
|
Keluarga
memerankan fungsi kelurga dengan baik sebagai tempat untuk member kasih sayang. Orang tua
mengajarkan kebaikan dan menuntun anak dalam menjalankan kewajiban serta
proses menuju kedewasannya. Hal ini dapat terlihat ketika orangtua mencukupi
kebutuhan anak untuk bersekolah, membimbing anak dalam belajar, menasehati tetang apa yang pantas dan
tidak pantas diucapkan atau dilakukan.
|
2.
|
Pendidikan
Sekolah
|
Sekolah
memberikan peranan yang baik untuk anak, dalam pendidikan formalnya anak
mendapat pengetahuan secara akademis, anak mendapatkan keterampilan untuk
mengasah potensi yang dimililiki. Anak menempuh pendidikan sesuai jenjang
pendidikannya dan akan melanjutkan pendidikan secara bertahap nantinya.
|
3.
|
Pendidikan
Masyarakat
|
Dalam
pendidikan di masyarakat anak dimasukan dalam kelompok mengaji di masjid tempat anak
tinggal sehingga anak bisa bersosialisasi dengan teman-temannya.
Tetangga-tetangga anak tersebut juga mengajarkan kebaikan pada anak. Istilah
jawanya ”nuturi” kepada anak tersebut ketika anak melakukan
tindakan yang seharusnya
tidak pantas dilakukan
|
E.
Tujuan
Pendidikan Berdasarkan Konsep Bloom
Secara teoristis, taksonomi bloom dibadi
kedalam tiga domain. Yaitu domain kognitif, domain afektif, dan domain
psikomotor. Taksonomi bloom dibuat untuk tujuan pendidikan. Berikut laporan
pengamatan mengendai kondisi anak berdasarkan domain perkembangan dalam
taksonomi bloom :
Laporan
Pengamatan terhadap Domain Perkembangan Anak
No
|
Domain Perkembangan
|
Bukti Perkembangan
|
1.
|
Domain Kognitif
|
Anak mampu menghafal
pengetahuan-pengetahuan yang sifatnya hafalan di pelajaran sekolahnya, anak
mampu menghafalkan doa sehari-hari, surat-surat pendek dan doa untuk sholat dengan
baik. Anak mampu menyelesaikan tugas-tugas di sekolah dengan bimbingan guru,
anak mampu menyelesaikan pr dengan baik dengan bimbingan orang tua di rumah.
|
2.
|
Domain Afektif
|
Anak cukup mampu mengatur emosinya
dengan baik ketika apa yang diinginkan tidak bisa terpenuhi karena anak
mendapatkan pemahaman yang sederhana bahwa dia harus bersikap
mandiri terlebih karena sudah sekolah di SD. Secara afektif kesadaran anak
untuk berinteraksi dengan sekelilingnya sudah baik dikarenakan anak sudah
diajarkan untuk saling berbagi, toleransi, mematuhi aturan, dll
|
3.
|
Domain Psikomotor
|
Anak mampu meniru orang lain ketika
dia diajarkan kebaikan. Misalnya anak tersebut diajak orangtuanya sholat ke masjid.
Anak meniru apa yang dilakukan orang tuanya. Ketika anak melihat teman
sebayanya pandai mengayuh sepeda, anak tersebut meniru temannya agar bisa
naik sepeda. Anak mampu mengoperasikan computer/laptop dengan baik karena
anak suka bermain game di laptop.
Terlebih lagi karena ayah dari anak tersebut adalah orang yang ahli IT.
|
Domain
yang lebih dominan berkembang ada pada domain kognitif. Karena secara kognitif
anak mengalami kemajuan
yang cukup banyak dalam kehidupannya. Terlebih
lagi saat usia sekola dasar anak lebih ditekanan untuk mendapat banyak
pengetahuan, berbeda ketika anak di jenjang taman kanak-kanak yang lebih aktif
domain psikomotoriknya. Dari kemampuan kognitif
akan pengetahuan tersebut anak dapat meningkatkan domain afektif dan
psikomotorik.
F.
Hasil
Pengamatan terhadap Pasal 3 UU No.20 Tahun 2003
Pasal
3 UU No. 20 tahun 2003 berbunyi : Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dalam pengamatan saya, usaha orang tua dalam memberikan
pendidikan untuk anaknya sudah sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang
tertuang dalam pasal 3 UU No. 20 tahun 2003. Orang tua memberikan pendidikan
keluarga dalam kehidupan anak, orang tua juga menyekolahkan anak agar anak
mendapatkan pendidikan di sekolah. Anak juga mendapatkan pendidikan di
masyarakat dengan baik. Pendidikan keluarga memberikan peranan penting untuk
membentuk karakter anak karena terkait dengan penanaman akhlak, usaha untuk
mandiri, ketakwaan terhadap Tuhan, dll. Anak mendapatkan ilmu yang baik dalam
pendidikan sekolah. Anak berusaha untuk cakap dari ilmu yang didapatkannya di sekolah.
Dan anak menjadi kreatif hal itu bisa terlihat saat anak-anak bermain dan
berimajinasi dengan pikirannya. Potensi anak juga dikembangkan dalam pendidikan
sekolah karena dalam pendidikan di sekolah tidak hanya mengajarkan pengetahuan
secara akademis. Tapi juga keterampilan-keterampilan guna meningkatkan
kemampuan psikomotorik anak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar