Menurut saya, tayangan Mata Najwa pada 5
Desember 2015 lalu yang bertema “Melawan Prasangka” bertujuan untuk
memperingati hari HIV/AIDS sedunia pada 1 Desember lalu. Di Indonesia, penderita
ODHA dari tahun ke tahun jumlahnya semakin banyak dan mereka seringkali mendapat
stigma buruk serta mengalami diksriminasi karena masih banyak orang-orang di
sekitar mereka yang tidak bisa menerima kehadiran penderita ODHA. Perilaku
diskriminatif yang diterima oleh penderita ODHA ialah perilaku tidak adil dan
kurang bisa diterima oleh masyarakat sehingga seringkali penderita ODHA merasa
terkucilkan dan rendah diri. Kondisi semacam ini tentu saja dapat membuat
kondisi psikis para penderita ODHA semakin tertekan. Banyak penderita ODHA yang
memilih untuk mengakhiri hidup karena tidak tahan dengan diksriminasi yang ia
terima dari lingkungannya, namun banyak juga para penderita ODHA yang mampu
melawan stigma dan diskriminasi buruk dari masyarakat sehingga menjadi individu
yang tegar dan mampu berkiprah dalam kehidupannya.
Tayangan Mata Najwa menurut saya mampu
menggugah kesadaran di masyarakat terhadap stigma dan diskriminasi yang
diberikan oleh masyarakat terhadap penderita ODHA. Masyarakat masih banyak yang
tidak mengetahui apa itu virus HIV/AIDS, bagaimana penularannya, dsb.
Masyarakat hanya mengetahui bahwa HIV/AIDS diakibatkan oleh hubungan seksual
yang berganti-ganti pasangan. Stereotip semacam inilah yang ada di pikiran
masyarakat sehingga masyarakat memberikan stigma buruk bagi penderita ODHA.
Masyarakat menganggap bahwa individu dengan ODHA adalah individu yang nakal
karena seringkali bergonta-ganti pasangan. Padahal tidak semua penderita ODHA
seperti itu. Di tayangan Mata Najwa, dihadirkan beberapa penderita ODHA
sekaligus relawan HIV/AIDS, para penderita tersebut menceritakan bagaimana
awalnya mereka tertular virus HIV/AIDS.
Aktivis HIV/AIDS juga menceritakan
bagaimana sikap masyarakat selama ini terhadap penderita ODHA.
Dalam analisis ini, saya ingin membahas
tiga poin penting yaitu :
1.
Stereotip yang berkembang di masyarakat
terhadap sekelompok atau individu penderita ODHA. Stereotip merupakan komponen
kognitif manusia yang ditunjukkan dengan keyakinan atau penilaain terhadap
kondisi kelompok tertentu
2.
Adanya prasangka yang ada di masyarakat
sehingga menimbulkan perasaan tertentu. Prasangka ialah komponen afeksi atau
emosi terkait bagaimana perasaan kita terhadap suatu kelompok tertentu yang
penekanannya cenderung pada perasaan negatif seperti perasaan tidak suka,
benci, iri, dll.
3.
Munculnya sikap diskriminasi yang
dilakukan oleh masyarakat akibat suatu stereotip dan prasangka tertentu. Diskriminasi
ialah komponen dari perilaku manusia yang ditunjukkan dengan tindakan yang
diambil terhadap kelompok tertentu
Tiga hal tersebut sangat mempengaruhi
suatu kondisi di lingkungan masyarakat. Karena stereotip merupakan jalan pintas
dalam berpikir untuk menyederhanakan suatu proses berpikir yang ditunjukkan
dengan keyakinan atau penilaian singkat terhadap orang-orang yang berada di
kelompok tertentu. Stereotip dan prasangka merupakan penilaian dari masyarakat
yang cenderung negatif yang tidak akurat dan dapat menimbulkan akibat-akibat
merugikan bagi individu yang menerimanya. Prasangka dan diskriminasi cenderung
lebih diarahkan kepada individu-individu daripada suatu kelompok tertentu.
Ketiga penderita ODHA yang dihadirkan
dalam tayangan Mata Najwa menceritakan bahwa mereka mendapatkan diskriminasi
buruk dari masyarakat. Namun saya akan menganalisis satu penderita saja, yaitu
Ibu Putri Chery. Putri menjadi ODHA karena tertular oleh suami pertamanya. Ia
menceritakan bahwa saat menikah suaminya tidak bercerita bahwa ia adalah ODHA.
Setelah 10 bulan pernikahan suaminya sakit keras dan baru menceritakan bahwa ia
menderita ODHA. Ketika suami Putri menceritakan kondisinya pada keluarganya ia
mendapat diskriminasi buruk dari keluarganya karena orang tuanya tidak mau
menyentuh suami Putri karena takut tertular, keluarga suami Putri juga
menceritakan bahwa untuk urusan makan saja harus dipisahkan dari alat makan dan
makanannya. Padahal saat itu suami Putri ingin diperhatikan oleh keluarganya
tapi keluarganya tidak mau. Ini adalah salah satu bentuk diskriminasi buruk
yang diterima oleh suami Putri. Tak hanya itu, setelah suaminya meninggal Putri
memberanikan diri untuk memeriksakan dirinya apakah positif tertular HIV/AIDS,
dan ternyata hasilnya positif. Awalnya ia merasa sedih dan frustasi. Namun Ibu
dari Putri terus menyemangatinya. Ibunya berkata sambil meminta Putri untuk
berkaca di cermin “kamu cantik, kamu masih
muda, umurmu masih panjang. Jangan pernah marasa sendiri, masih ada mama disini”.
Putri juga mendapatkan diskriminasi
buruk dari masyarakat ketika ia bekerja di suatu perusahaan dan rekan-rekan
kerjanya mengetahui bahwa Putri positif ODHA, mereka seolah-olah menjauhi
Putri. Putri dituduh bahwa ia menggelapkan uang dll karena rekan-rekan kerja Putri
ingin Putri keluar dari perusahaan tersebut. Putri akhirnya menikah lagi dan
dikaruniai tiga orang anak. Diskriminasi yang diterima oleh Putri tidak hanya
itu saja tapi anak-anaknya juga mengalami diskriminasi juga. Anaknya yang masih
sekolah SD juga mendapatkan sikap diskriminasi, yaitu ada beberapa wali murid
yang melarang anaknya untuk berteman dengan anak Putri, sikap wali murid
terlihat agak aneh terhadap Putri dan anak-anaknya.
Mengapa masyarakat memiliki stereotip,
prasangka dan melakukan tidakan diskriminatif pada penderita ODHA?
Alasannya karena menurut penjelasan
psikodinamika bahwa beberapa individu memiliki kepribadian berprasangka dan
pada dasarnya manusia itu kikir kognitif artinya dalam berpikir manusia
memiliki kategori-kategori tertentu terhadap orang lain (stereotip), kategori
tersebut didapatkan dari informas minim yang kita terima, pengalaman sehingga
berpengaruh terhadap bagaimana kita mempersepsi lingungan. Dengan adanya
kategori-kategori tersebut maka kita dapat mengupayakan lebih sedikit otak
untuk melakukan proses berpikir. Kategori yang sifatnya otomatis dan tidak
reflektif tersebut berdampak pada munculnya suatu prasangka. Minimnya informasi
yang diterima oleh masyarakat terkait dengan penyakit HIV/AIDS menyebabkan
masyarakat memberikan penilaian buruk terhadap penderita ODHA. Masyarakat
menilai bahwa penderita ODHA adalah individu yang tidak taat pada norma-norma
sosial karena sering berhubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan.
Individu seperti ini biasanya memiliki latar belakang profesi sebagi pekerja
seksual atau lelaki hidung belang dan akibat kenakalan remaja terkait
penggunaan jarum suntik obat terlarang. Padahal tidak semua penderita ODHA
terinfeksi virus HIV karena faktor tersebut.
Ibu Nafsiah Mboi menjelaskan bahwa sebelumnya
memang virus HIV/AIDS ditularkan oleh hubungan seksual karena berganti-ganti
pasangan dan penggunaan jarum suntik yang bergantian. Namun sekarang ini banyak
ODHA yang terinfeksi HIV/AIDS adalah ibu rumah tangga yang tertular oleh
suaminya karena suaminya mungkin saja pernah dan sering berganti-ganti pasangan
dalam berhubungan seksual. Harus disadari bahwa pasti tidak semua orang ingin
menderita sakit HIV/AIDS oleh karena itu sebagai masyarakat harus mampu
berpikir kritis dan bersikap tidak diskriminatif kepada penderita ODHA karena
kita juga harus berpikir bahwa jika kita berada pada kondisi distinctive people (orang yang berbeda) tentunya tidak
ingin mendapatkan perlakuan tidak adil atau diskriminatif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar