Kamis, 24 Desember 2015

Analisa Neurobiologis dan Psikologis terhadap Kasus Demensia tipe Pickpada Usia Dewasa Akhir

Demensia merupakan gangguan yang terjadi pada otak sehingga terjadi penurunan kemampuan kognitif kognitif seperti memori, orientasi, rasa hati dan pembentukan pikiran konseptual yang bisa berdampak pada perubahan kondisi psikologis individu terkait dengan kepribadian dan perilakusehari-haari seperti gangguan fungsi sosial, pekerjaan dan aktivitas sehari-hari (Asosiasi Alzheimer Indonesia,2003). Terdapat sekitar 50 penyebab terjadinya dimensia dan sebagian besar kasus (sekitar dua pertiga) disebabkan oleh penyakit Alzheimer, yaitu sebuah gangguan otak yang progresif dan degeneratif (Gatz, 2007 dalam Papalia, 2014: 242). Selain penyakit Alzheimer terdapat juga penyakit Parkinson, yaitu gangguan paling umum kedua yang melibatkan degenerasi neurologis yang progresif, ditandai dengan tremor, kekakuan, pergerakan lambat dan postur badan yang tidak stabil (Nussbaum 1998, dalam Papalia, 2014: 242). Penyakit Alzheimer dan Parkinson menyebabkan serangkaian stroke ringan dan menjadi penyebab 8 dari 10 kasus demensia yang terjadi dan semuanya tidak bisa disembuhkan. Selain dua penyakit tersebut, terdapat banyak macam jenis demensia, salah satunya demensia tipe Pick yang gejalanya hampir sama dengan demensia tipe Alzheimer sehingga sulit dibedakan antara Alzheimer dan Pick.
Meskipun penyakit Alzheimer dan Parkinson menjadi penyebab utama demensia degeneratif, terdapat penyebab yang reversibel seperti kelainan jantung, kelainan vaskuler, trauma, tumor, infeksi, kelainan metabolik (misalnya hipotiroidisme), defisiensi nutrisi (misalnya defisiensi vitamin B12 atau defisiensi asam folat),atau sindrom demensia akibat depresi. Selain itu, konsumsi obat-obatan dan gaya hidup yang kurang sehat juga mempengaruhi, seperti  konsumsi alkohol, terinfeksi logam berat, terkena radiasi, pseudodemensia akibat pengobatan (misalnya penggunaan antikolinergik) dan karbon monoksida.
Demensia terbagia atas dua klasifikasi penderita, yaitu penderita dibawah usia 65 tahun dan diatas 65 tahun.Paling banyak penderita demensia ialah lansia diatas usia 65 tahun. Di Indonesia, menurut data profil kesehatan yang di laporkan oleh departemen kesehatan tahun 1998, jumlah populasi lansia usia 60 tahun keatas dari 100% populasi lansia yang jumlahnya kurang lebih 15 juta jiwa, terdapat 7,2% populasi lansia menderita demensia. Peningkatan angka kejadian kasus demensia berbanding lurus dengan meningkatnya harapan hidup suatu populasi. Kira – kira 5% lansia, sekitar 65 -70 tahun menderita demensia dan meningkat dua kali lipat setiap 5 tahun mencapai lebih 45% pada usia di atas 85 tahun. Estimasi jumlah penderita demensia pada tahun 2013 sekitar satu juta jiwa dan akan meningkat menjadi dua juta jiwa di tahun 2030 (Republika.co.id, 19 Desember 2014).
Individu yang menderita demensia tipe Pick ditandai dengan atrofi yang lebih banyak pada lobus frontalis serta pada lobus temporalis dan parientalis. Daerahtersebut mengalami kehilangan neuronal, gliosis dan adanya badan Pick neuronal, yang merupakan massa elemen sitoskeletal. Badan Pick ditemukan pada beberapa spesimenpostmortem tetapi tidak diperlukan untuk diagnosis.Lobus frontalis yang berada di bagian otak depan berepran untuk perencanaan, pelaksanaan dan kontrol pergerakan. Di dalam lobus frontalis tedapat primary motor cortex di precental gyrus yang mengandung pusat-pusat saraf yang berpartisipasi dalam mengontrol gerakan. Sedangkan dalam lobus temporalis terdapat prymary somatosensory cortex yang terletak di postcentral gyrus yang bertugas menerima informasi dari somatosenses, seperti rasa raba, tekanan, suhu dan rasa nyeri. Terdapat juga prymary visual cortex yang terletak di belakang lobus occupitalis di calcarine fissure untuk menerima informasi visual. Prymary auditory cortex yang terletak di lobus temporals berfungsi menerima informasi pendengaran. Association cortex di lobus frontalis terlibat dalam perencanaan gerakan yang mengontrol aktivitas primary motor cortex. Association cortex di lobus posterior menerima informasi dari priamary sensory area dan terlibat dalam persepsi dan ingatan.
Individu yang menderita dimensia tipe Pick mengalami kebingungan dalam berpikir bahkan kehilangan memori. Menurut Eichenbaum jika terdapat kerusakan bagian otak depan utamanya hipocampus maka seseorang akan kehilangan kemampuannya untuk mengembangkan memorinya. Dampaknya maka yang bersangkutan tidak mampu mengenali suatu benda tertentu (kehilangan memori deklaratif). Tetapi jika yang terjadi pada daerah parahippokampus saja yang rusak maka kemungkinan seseorang akan kehilangan semantik  memorinya yang artinya seseorang tidak akan mampu lagi mengumpulkan informasi atau pengetahuan yang sifatnya universal.
Penyebab dari demensia tipe Pick belum dapat diketahui secara pasti. Demensia tipe Pick berjumlah kira-kira 5% dari semua demensia ireversibel. Penyakit ini paling seringdialami oleh laki-laki, khususnya yang memiliki keluarga derajat pertama dengan penyakit ini. Demensia tipe Pick sukar dibedakan dengan demensia tipe Alzheimer. Walaupun stadium awal penyakit lebih seringditandai oleh perubahan kepribadian dan perilaku, dengan fungsi kognitif lain yang relatifbertahan. Gambaran sindrom Kluver-Bucy (contohnya: hiperseksualitas, flaksiditas, hiperoralitas)lebih sering ditemukan pada penyakit Pick daripada pada penyakit Alzheimer.
Perubahan kondisi pada penderita demensia tak hanya berpengaruhpada kemampuan kognitif dan fisik, melainkan juga secara psikologis. Kepribadian seseorang yang menderita demensia biasanya akan mengganggu bagi dirinya dan keluarganya. Karena butuh perhatian khsuus untuk dirawat oleh orang sekitar dan penderita demensia kurang bisa beraktivitas layaknya orang normal yang sehat sehingga perlu dibantu. Penderita demensia akan lebih tertutup serta menjadi kurang perhatian dibandingkan sebelumnya karena merasa rendah diri dan lebih sering murung. Penderita demensia tipe Pick yang mengalami kelainan pada otak bagian depan yaitu lobus frontalis dan temporalis, biasanya mengalami perubahan kepribadian dan mungkin lebih iritabel dan eksplosif. Diperkirakan sekitar 20 hingga 30 persen dengan demensia (terutama penderita demensia tipe Alzheimer) memiliki halusinasi, dan 30 hingga 40 persen memiliki waham, terutama waham paranoid yang bersifat tidak sistematis, meskipun waham yang sistematis juga dilaporkan pada penderita demensia tersebut. Agresi fisik dan bentuk-bentuk kekerasan lainnya lazim ditemukan pada penderita demensia dengan gejala-gejala psikotik. Pada penderita demensia dengan gejala psikosis dan perubahan kepribadian, depresi dan kecemasan merupakan gejala utama yang ditemukan pada 40 hingga 50 persen penderita demensia, meskipun sindrom depresif secara utuh hanya tampak pada 10 hingga 20 persen pada penderita demensia. Penderita demensia dapat menujukkan perubahan emosi yang ekstrem tanpa provokasi yang nyata (misalnya tertawa dan menangis yang patologis).
Dalam dunia medis kedokteran, pengobatan demensia yang menyebabkan kerusakan otak dilakukan pemberian obat-obat medi sebagai upaya untuk meningkatkan memori (ingatan) dengan memberikan sejumlah psysochtigmin dan neostigmin yang merupakan anti asetilkolin terase (Ach) dan menyebabkan konsentrasi asetilkolin meningkat di dalam sinaps lewat jalur kolinergiknya dan dapat diberikan hydergine (devirete ergotamin) untuk memperbaiki sirkulasi darah di dalam otak. Jika terdapat depresi maka diberikan amitriptylin dan untuk mengurangi kecemasan diberi haloperidol, thioridazine atau promazine.







DAFTAR PUSTAKA :

Azwar, Khoirul. 2013. Melawan Demensia Alzheimer. (online), (http://www.republika.co.id/berita/koran/medika/14/12/29/nhc3k714-melawan-demensia-alzheimer diakses pada 23 April 2015)

Budiono, Ari dan Julianti Riri. 2008. Demensia. (online), (https://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/01/demensia-riri-aridocx.pdfdiakses pada 23 April 2015)

Feldman, D. Ruth dan Papalia E. Diane. Menyelami Perkembangan Manusia2. Jakarta: Salemba Humanika

Hartono, Soetanto. 2003. Psikologi Faal 1. Surabaya: University Press

Louis, Jeffy. 2011. Makalah Memori. (online), (http://jeffy-louis.blogspot.com/2011/01/makalah-memori.htmldiakses pada 23 April 2015))

Tidak ada komentar: