Sabtu, 19 Oktober 2013

Kumpulan Puisi Nama yang Kupersembahkan Untuk Guruku Tercinta di SMADA

KUMPULAN PUISI NAMA yang KUPERSEMBAHKAN UNTUK GURUKU TERCINTA di SMA 2 BOJONEGORO


Nyamini, S.Pd
N = Nama manis yang menjadi nama Ibu
Y =  Nama yang teringat dalam memori otakku
A = Abadi bersama digariskannya pengorbanan akan nasibmu
M = Membina, mendidik, dan membimbingku
I = Ingin aku memiliki jiwa baja seperti Ibu
N = Namamu Ibu, kuuraikan dalam sebait puisi kecilku
I = Inilah tanda betapa aku menghormatimu

Drs. Hariyanto
H = Hanya sosok kuat yang siap membimbing penuh kesabaran
A = Aku bangga kepada dirimu Bapak,
R = Rasanya hati ingin berteriak
I = Indahnya waktu saat kau mangajar
Y = Yang terkadang membuatku terkantuk tak sabar ingin segera kelar
A = Akan tetapi hatimu selalu penuh kesabaran
N = Namamu kuingat selalalu karena sosokmu penuh perjuangan
T = Tak pernah marah saat menagjar
O = Orang yang benar-benar penuh kesabaran

Dra. Hj. Siti Umiyati
S = Sejarah dunia pendidikan telah melukiskan
I = Ini adalah sosok wanita yang penuh pengabdian
T = Terus teringat dalam lembaran ingatan
I = Indahnya dimensi waktu disaat belajar bersamamu

U = Untukmu, Siti Umiyati guru agamaku
M = Maha besar Tuhan telah menjadikanmu sosok penuh dedikasi
 I = Inspirator bagi kami
Y = Yang telah membimbing kami selama di masa putih abu-abu
A = Aku mencoba mengurai namamu dalam kalimat puisi
T = Tidak terlalu indah namun akan berarti nanti
I = Inilah aku muridmu yang membanggakanmu

Dra. Hj. Wiwik Widowati, M.Pd
W = Wanita cantik yang penuh bakti
 I = Indahnya semangat yang menyelimuti
W = Walau cobaan menerjang berkali-kali
 I = Isi hatimu tak henti memperbarui
K = Kekuatan hati yang selalu semangat dalam mengabdi
W = Walau kesibukan tiada henti
I = Isyarat bahwa engkau penuh mimpi
D = Disinilah dalam rentetan kata kutulis namamu wahai guruku Wiwik Widowati
O = Orang yang bagiku tlah menjadi sumber inspirasi
W = Walau banyak guru ada disini
A = Ada sosokmu yang lebih membekas di hati
T = Tak perduli engkau selalu mengomeli
I = Inilah aku, muridmu yang mencoba mengerti

Drs. Heliyanto
H = Hari-hari telah berlalu tak terhitung rentang waktu
E = Esok, kini ataupun sekarang
L = Lelah dan penat yang cukup terasakan
I = itulah tanda bahwa engkau mengajar penuh kesetiaan
Y = yang inginkan kami mencapai tujuan
A = Alangkah mulianya dirimu Bapak,
N = Namamu yang kutuliskan dalam bingkai puisi
T = Tanda cinta kasih akan baktimu
O = orang yang kuanngap penuh kesabaran di tengah kerentaan

Drs. H. Ahmad
A = Ada sosok yang begitu ramah
H = Hari-hari berganti penuh sensasi
M = Masalah penat menjadi urusan nanti
A = Asyiknya belajar sosiologi
D = Dalam canda tawa yang mengiringi
A = Ada suatu cerita yang mungkin tak pernah terlupakan
H = Hinggap bersama sayap-sayap kenangan
M = Membuat mata tak akan pernah terpejam
A = Agar tidak ektinggalan keceriaan
D = Dalam alunan kemasan cerita saat pelajaran

Septiyaningsih D. S.Pd
S = Sepotong puisi dalam semak kata
E = Entah kenapa aku ingin memotongnya
P = Pikiranku mengingat di suatu ketika kau bercerita
T = Tentang arti sebuah semangat dalam mencapai cita-cita
Y = Yang selalu diterjang rintangan untuk meraihnya
A = Apakah sampai padamu sebuah cerita tentang percakapan kita?
N = Nyamannya hati saat kau suntikkan vaksin semangat untukku kala senja
 I = Ingatkanku untuk terus belajar tak patah asa
N = Namun hati ingin menjerit karena lelah tiada terkira
G = Gelisah menatap masa depan yang tida henti terjangan ombak kebosanan di kelas tiga
S = Sosokmu bagiku tidak akan pernah terlupa
I = Impian dan harapan yang menggelanyut di memori kenangan dan ketentraman di dada
H = Harapan saat sukses kelak dapat berjumpa

Muzaki S.Pd
M = Mentari pagi hari menyambut semangatmu
U = Urusan bakti kau tempuh tak peduli waktu
Z = Zona kenangan yang tak terhapus waktu
A = Alangkah indahnya belajar sejarah denganmu
K = kenalkan aku pada dimensi masa lalu
I = Indahnya perjuangan masa lalu menjadi asupan meraih cita-citaku
Z = Zona ketulusan terus melingkari jiwamu
A = Amanah yang kau pegang untuk mendidikku di masa putih abu-abu
K = Kelak jika aku susah lulus di masa ini
 I = Ingin aku menemuimu

Jumat, 04 Oktober 2013

Lomba Blog dengan Tema Potensi Lokal Bojonegoro



Lantung di Barat Laut Bojonegoro
 
Bojonegoro terkenal apanya?
Pertanyaan tersebut diutarakan seorang Bapak yang menjadi pemandu kuis ketika dihelat Pentas Padang Bulan dan Deklarasi Komunitas Pegiat Kebangsaan Jawa Timur di Alun-Alun Bojonegoro beberapa bulan lalu.
Kontan saja saya menjawab Khayangan Api. Namun tampaknya Bapak tersebut kurang puas dengan jawaban saya, karena beliau memberi saya pertanyaan lagi. Dan Alhamdulillah untuk pertanyaan kedua beliau cukup puas dengan jawaban saya.
Usai acara, saya dan rombongan kembali ke Hotel Wisma Djaja, ddalam benak saya masih ada yang mengganjal dengan pertanyaan tadi. Setelah saya pikir-pikir, apa ya yang terkenal di Bojonegoro selain khayangan api. Setelah merenung cukup lama, baru saya teringat dengan 6 huruf yaitu MINYAK.
Bojonegoro konon menjadi sumber minyak terbesar di Asia Tenggara. Bagaimana bisa Bojonegoro kaya akan minyak? Minyak kan berasal dari tumbuhan dan hewan yang sudah mati beratus-ratus tahun yang lalu. Apalagi minyak banyak berasal dari fosil biota laut. Padahal Bojonegoro ada di tengah pulau.
Logikanya, Bojonegoro dulunya adalah wilayah perairan. Buktinya banyak ditemukan fosil binatang laut di Bojonegoro. Fosil tidak akan membatu setelah lama tependam di dalam tanah, tapi akan menjadi minyak.
Bojonegoro 10 tahun terakhir menjadi kabupaten  terkenal dan  incaran investor asing untuk mendirikan perusahaan yang akan mengambil dan mengolah minyak bumi. Dan pengambilan minyak bumi yang sering disebut pengeboran, sangat menarik minat orang lain untuk mempelajari atau sekedar mengetahui.
 Ketika dihelat Sarasehan Komunitas Kebangsaan Jawa Timur rombongan KPK berkesempatan untuk mengunjungi pengeboran minyak Petro Cina di daerah Sukowati dan Exxon Mobil di Desa Gayam Kecamatan Gayam.
Meskipun saya sudah berkali-kali mengunjungi kedua pengeboran tersebut, rasanya saya sangat bangga ketika dalam sebuah acara yang diadakan oleh Dinas Provinsi Jawa Timur yang mengajak sekitar 250 pelajar dari berbagai kabupaten dan kota yang masuk Bakorwil Bojonegoro untuk mengunjungi dan memperkenalkan potensi Bojonegoro. Sedikit cerita, ketika dihelat acara KPK di Bojonegoro, rombongan KPK diajak untuk mengunjungi khayangan api dan bertemu dengan juru kunci khayangan api dan sesepuh Warga Samin, yaitu Mbah Harjo kardi.
Potensi di Bojonegoro kini sudah mulai dieksplorasi lagi untuk bisa dimanfaatkan dan memiliki nilai jual. Begitu juga dengan berdirinya dua perusahaan minyak yang cukup terkenal. Seperti Exxon Mobil yang menjadi perusahaan minyak bumi dan gas alam terpadu terbesar di dunia yang mengolah minyak mentah dari dalam bumi menjadi berbagi macam minyak sesuai kebutuhan masyarakat. Exxon Mobil sendiri sudah lebih dari 125 tahun menjadi perusahaan minyak dan petrokimia swasta terbesar di dunia yang mengolah minyak bumi menjadi gas LPG, minyak tanah, premium, pertamax, solar, aspal, avtur, gas hidrokarbon, bahan bakar industry, dan minyak pelumas.
            Sudah sering diperbincangkan dan dikenal masyarakat mengenai pengeboran minyak oleh dua perusahaan asing tersebut. Padahal, nun jauh dari kabupaten Bojonegoro, di sebuah desa yang cukup terpencil dan dikelilingi oleh lebatnya daun jati juga terdapat pengeboran minyak bumi. Desa tersebut bernama Wonocolo, letaknya di barat laut Bojonegoro, kondisi geologis tanahnya berbukit-bukit, gersang, warnanya coklat, dan tandus. Apalagi jika musim kemarau, panas matahari begitu menyengat ditambah pohon-pohon jati yang meranggas dan keadaan air bersih yang sulit didapatkan. Dan di Desa Wonocolo, rumah penduduk masih jarang. Ketika anda mengunjungi Desa Wonocolo, bukan udara segar hutan jati yang akan kita dapatkan sepenuhnya. Namun aroma minyak tanah dan solar.
Desa Wonocolo pernah menjadi Desa terkaya pada tahun 1979 yang memiliki balai Desa terindah se-Indonesia berkat tambang minyak tradisionalnya. Tambang minyak bumi yang mengalir di Wonocolo sudah lama dibor dan diolah. Namun hanya menjadi dua produk saja, yaitu bensin dan solar.
Tanah yang mengandung minyak hitam di Wonocolo disebut lantung oleh penduduk sekitar. Wonocolo artinya hutan obor. Karena pada zaman dulu, sebelum listrik masuk Desa, untuk menerangi gelapnya malam, penduduk mengambil lantung, kemudian diletakkan di batang bamboo dan disulut untuk menjadi obor.
Pengeboran minyak di Wonocolo masih sangat sederhana, orang-orang biasa menyebutnya tambang tradisional. Penduduk sekitar mengambil minyak yang ada di dalam perut bumi dengan alat-alat sederhana. Seperti timba, katrol, drum, pipa,  sumur buatan yang disebut sumur week, dll.
Dahulu, penduduk mengambil minyak dengan cara menarik timba beramai-ramai seperti menimba air dari sumur. Namun disini yang ditimba bukan air, melainkan minyak mentah yang ada di dalam tanah. dan sekarang tidak perlu repo repot lagi menimba dengan ramai-ramai. karena penduduk sudah menggunakan tenaga mesin. 
Minyak mentah tersebut bukan murni minyak, melainkan campuran dari lumpur, tanah, air, dan minyak. Untuk bisa menjadi bensin dan solar, tanahnya harus diedapkan, sedangkan campuran minyak-airnya harus direbus di dalam drum dengan kayu bakar yang diletakkan di terowongan tanah. Uap rebusan minyak dialirkan melalui pipa, setelah uap sampai di ujung pipa, uap akan mencair dan menetes sedikit demi sedikit. Tetesan tersebut yang menjadi bensin dan solar.
Sumur di daerah Wonocolo ada dua, bukan sumur yang diambil airnya untuk mandi atau memasak ya, melainkan sumur yang mengandung minyak bumi. Yaitu sumur angguk atau sumur modern dan sumur week atau sumur tradisional. Disebut sumur angguk karena pompa sumurnya mengangguk-angguk untuk mengangkat cairan minyak di perut bumi. Bunyi anggukan sumur modern cukup keras, seperti alunan music rock ditengah hutan. Sedangkan sumur tradisonal disebut sumur week karena mengeluarkan bunyi week week week saat akan menyemburkan minyak tanah.
Lantung yang artinya tanah berminyak, tak hanya terkenal di Desa Wonocolo saja. Di Desa Drenges Dusun Nglantung, tanah yang mengandung minyak juga ditemukan disana. Lantung di Dusun Nglanthung ada di sungai. Lantung menyembul ke permukaan air, secara kimiawi masa jenis air dan masa jenis minyak berbeda sehingga tak bisa bercampur. Namun, kandungan lantung di Desa Drenges tak sebanyak di Desa Wonocolo.
Dusun Nglanthung Desa Drenges Kecamatan Sugihwaras belum diekspos secara maksimal oleh media. Saya sering mengunjungi Kedung Lanthung atau biasa disebut Sungai Purba karena saya asli Desa Bareng yang yang jaraknya sekitar 2 km.
Nah, sudah tak asing lagi kan kalau Bojonegoro kaya akan minyak. Selain minyak, Bojonegoro juga memiliki potensi alam yang signifikan. Hasil bumi melimpah ruah di bumi Angling Dharma. Kang Yoto (Bupati Bojonegoro) bertekad menjadikan Bojonegoro menjadi lumbung pangan dan lumbung energi.  
Tentunya untuk menggapai apa yang dicita-citakan Kang Yoto demi kepentingan bersama harus didorong oleh semua pihak. Pemerintah harus mengoptimalkan pengelolaan potensi alam tersebut agar bisa menjadi daya tarik wisatawan sehingga bisa menambah pendapatan daerah.
Mungkin saja Bojonegoro kelak akan berubah menjadi kota besar. Di tahun 2013 saja banyak dibangun hotel berbintang dan pusat perbelanjaan besar. Bahkan sempat tersiar pemerintah juga akan merencanakan pembangunan bandar udara di daerah Bojonegoro selatan.
Pembangunan di sektor wisata harus terus ditingkatkan. Kelak ketika banyak WNA datang ke Bojonegoro, warga Bojonegoro tak hanya mengenalkan Waduk pacal, Khayangan Api, Salak Wedi, Ledre, Meubel Onix, dan Belimbing Ringinrejo saja.
Melainkan juga  bisa menyuguhkan mereka (wisatawan) untuk mengunjungi pengeboran minyak yang ada di Bojonegoro. Menjadikan Wonocolo sebagai obyek wisata berbasis education juga bisa dilakukan. Jika sekarang ini masyarakat hanya melihat pengeboran minyak tradisional saja, di Wonocolo hendaknya diberikan semacam education untuk pengunjung bagaimana minyak bumi berasal dan bagaimana pengolahannya. Mengajak pengunjung terjun langsung untuk mengebor minyak tradisional juga bisa dilakukan. Nuansa alami hutan tetap dibiarkan dan dilestarikan, namun akses transporatasi disana yang harus diperbaiki. Memang jalannya sudah bagus dan beraspal, namun kurang penerangan lampu ketika malam hari.
Bojonegoro juga dikenal sebagai kota Banjir. Tak mengherankan, karena di Bojonegoro melintas Sungai Bojonegoro. Andai saja ada Bengawan Solo Herritage. Seperti Sungai Cheonggyecheon di tengah kota Seoul Korea yang dimanfaatkan pemerintah Seoul menjadi obyek wisata. Sungai Bengawan Solo dirawat kebersihannya, jangan ada yang membuang sampah di pinggiran nggawan.
Mengadakan Bengawan Solo Herritage juga cukup signifikan. Karena di sepanjang bantaran sungai Bengawan Solo berdiri industry lokal. Seperti pembuatan tahu Ledok, Bendung gerak, Agrowisata Blimbing Kalitidu, dll. keberangkatan Bengawan Solo Herritage bisa dimulai dari TBS atau Taman Bengawan Solo yang disebut Griyo Sudro Kumpul, lalu wisatawan diajak menaiki perahu kayu. Ketika di perahu ada guide yang menceritakan tentang sejarah Bojonegoro serta potensi-potensi yang ada di Bojonegoro.
Nah, begitulah saran saya. Sehingga bisa menciptakan lapangan pekerjaan lagi untuk masyarakat sekitar Bojonegoro. Agar para pekerja yang menyediakan jasa perahu nambang tidak hilang. Karena saya membaca di Radar Bojonegoro bahwa Pemerintah Bojonegoro akan mendirikan beberapa jembatan penyeberangan di Bojonegoro agar akses menjadi lancar dan cepat.
Jika Bojonegoro sebelah utara berbatasan dengan sungai, maka Bojonegoro sebelah selatan dibatasi oleh pegunungan. Pegunungan kapur yang membentang di selatan Bojonegoro juga menjadi daya tarik tersendiri, di jejeran Pegunungan Kendheng bisa ditemui berbagi desa yang memiliki cerita asal usul yang cukup unik dan tentunya tak akan cukup saya tuliskan karen begitu banyak Desanya. Kenampakan alam di Pegunungan Kendheng menjadikan Bojonegoro tampak asri, adanya Waduk pacal di Kecamatan Temayang, air terjun kecil yang disebut Dung Gupit di Kecamatan Gondang, Bukit Prolo, Bukit Gong yang konon terdapat seperangkat gamelan kasat mata, atas angin yang terkenal di kalangan masyarakat Bojonegoro, dll.
Masih banyak potensi yang dimiliki Bojonegro, tentunya saya tak bisa menjelaskan satu persatu. Yang jelas Bojonegoro memiliki potensi lokal yang tak kalah hebatnya dengan kota lain. Mari bersama membangun Bojonegoro menjadi jaya, makmur, damai, sejahtera, asri dan indah. 

Wonocolo, bidikan kamera sahabat saya :






bidikan kamera saya :


SUMUR MODERN di WONOCOLO MILIK PERTAMINA


SUMUR TRADISIONAL di WONOCOLO MILIK PENDUDUK



  
PROSES PENGOLAHAN MINYAK METAH MENJADI BENSIN dan SOLAR


SOLAR PRODUK WONOCOLO

TUNGKU TANAH TEMPAT PEMBAKARAN MINYAK

PAPAN PERESMIAN BALAI DESA WONOCOLO

Kamis, 03 Oktober 2013

Menggali Semangat Menuju Bojonegoro Matoh



“Negeri kita kaya, kaya, kaya-raya, Saudara-saudara. Berjiwa besarlah, berimagination. Gali! Bekerja! Gali! Bekerja! Kita adalah satu tanah air paling cantik di dunia”.

Bagaimana jika saya merubah kalimat yang disampaikan Soekarno menjadi

Bojonegoro kaya, sangat kaya, kaya akan minyak dan gas, wahai Pemuda-pemudi. Berjiwa besarlah, berimagination. Ayo! Semangat! Bekerja! Dan Berkarya! Bojonegoro adalah tanah air paling cantik di dunia

Bukan hal yang mengherankan jika saya menyebut Bojonegoro adalah tanah air paling cantik. Karena Bojonegoro menjadi salah satu daerah penghasil minyak bumi terbesar di Asia yang mampu memikat investor asing agar mendirikan perusaahan untuk mengolah minyak di Bojonegoro.
Nah, sebagai masyarakat Bojonegoro, khususnya pemuda-pemudi haruslah kritis menyikapi hal ini karena Bojonegoro memiliki potensi alam yang luar biasa. Potensi tersebut jika dikelola dengan baik dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat. Oleh karena itu, sebagai pemuda-pemudi Bojonegoro wajiblah menjadi generasi berkualitas yang mumpuni untuk menjadikan Bojonegoro matoh yang tidak hanya menjadi sekedar slogan.
Lalu bagaimana menjadikan Bojonegoro matoh?
Mari kita menggali semangat dari ajaran Saminisme dari warga Samin yang tinggal di tengah hutan jati yang cukup lebat dan sunyi, di dusun Jipang Desa Margomulyo Kecamatan Margomulyo.
Ada keunikan di dusun Jepang, kondisi situasi lingkungan dusun sangat kondusif dan terjaga keamanan serta kenyamanannya. Karena warga Samin sangat menjunjung tinggi nilai-nilai yang diajarkan luhurnya yaitu kejujuran dan kebaikan. Tidak ada pencurian di dusun Jepang, barang yang tergeletak di jalan pun juga tidak akan diambil jika bukan miliknya.
Warga Samin juga tidak sembarang melakukan tindakan karena menurut mereka, ketika berbicara dan bersikap harus sesuai dengan apa yang diucapkan, dipikirkan dan dirasakan dalam hati. Pernah warga Samin menjadi ikon kejujuran di Jakarta, kabar baik tersebut saya peroleh ketika mengikuti Seminar Sarasehan Komunitas Pegiat Kebangsaan Jawa Timur di Kahyangan Api pada 6 April 2013 dan yang menjadi pembicaranya adalah Samin Harjo Kardi. Beliau merupakan turunan ke-4 pendiri ajaran Samin yaitu Samin Surosentiko.
Samin menurut bangsa Belanda dianggap bodoh karena ketika diajak berdialog tidak nyambung. Samin menggunakan politik bahasa dalam melawan bangsa kulit putih. Politik bahasa contohnya maksudnya ketika Belanda bertanya pada orang Samin “dari mana?” dan orang Samin menjawab “dari belakang mau ke depan”. Tak ayal jika Belanda menganggap orang Samin idiot karena merasa tidak nyambung ketika diajak berbicara. Orang Samin tidak pernah menggunakan senjata untuk melawan Belanda. Cara orang Samin dalam melawan penjajahan kala itu dengan tidak mau membayar pajak dan menuruti kebijakan Belanda, warga Samin juga tidak menggunakan perlawanan senjata dan fisik.
Ketika berjuang melawan penjajah, orang Samin punya mimpi, berharap Indonesia akan dipimpin oleh orang-orang pribumi, bukan orang asing. Ki Samin kala itu menerapkan semangat untuk bekerja keras karena orang yang bekerja keras dapat memenuhi kebutuhan hidup, termasuk punya makan untuk dimakan. Jika punya makanan sendiri, maka akan tidak mudah tergoda bujukan penjajah Belanda.
 Samin memiliki ajaran-ajaran yang bisa diamalkan oleh masyarakat biasa. Seperti nilai kejujuran, kebersamaan, kerendahan hati, kesederhanaan, dsb. Nilai-nilai seperti itulah yang bisa disebut sebagai nilai luhur budaya, yang keberadaanya oleh generasi muda tidak hanya dipertahankan saja, melainkan harus diamalkan. Nilai kerja keras dalam ajaran Samin juga bisa kita tiru untuk bersemangat dalam bekerja sehingga bisa mengelola sendiri potensi yang dimiliki.
Sebagai generasi muda kita harus semangat dalam menempuh pendidikan. Baik di jenjang terendah sampai tertinggi,. Agar memiliki skill yang memadai sehingga bisa menjadi putra daerah yang berintelektual dan mampu mengelola potensi yang ada di Bojonegoro.
Namun kondisi masyarakat sekarang ini, nilai luhur budaya yang beberapa puluh tahun lalu masih dipegang teguh kini mulai mengalami kemerosotan. Generasi muda kurang cakap terhadap apa yang ada disekitarnya. Krisis moral terjadi di Indonesia, dan tentunya pemuda-pemudi Bojonegoro termasuk didalamnya. Walaupun sudah banyak berdiri komunitas, klub, kelompok yang mengatasnamakan solidaritas dan cinta Bojonegoro namun jumlahnya masih kecil dibandingkan dengan jumlah masyarakat Bojonegoro.
Westernisasi tak pernah berhenti merasuki sendi-sendi kehidupan yang menyebabkan runtuhnya nilai luhur. Budaya ketimuran yang sopan dan penuh dengan tatakrama kini mulai berubah menjadi kebarat-baratan. Buktinya, kecintaan pada budaya lokal semakin menurun dilihat dari semakin sedikitnya generasi muda yang mempelajari kebudayaan daerah seperti tari-tarian, musik, kesenian dan kerajinan.
Budaya lokal termasuk salah satunya sejarah lisan maupun tertulis yang memiliki nilai moral dan nilai luhur. Termasuk cerita folklore yang divisualisasikan melalui tari-tarian, teater, pentas budaya kini mulai tergantikan dengan semangat mempelajari gaya hidup kebarat-baratan yang lebih menggelora daripada mempelajari budaya sendiri.
Boleh saja mempelajari budaya asing, namun tidak boleh mengabaikan budaya lokal dan nilai luhur bangsa. Kita harus selektif dalam menerima budaya asing yang semakin sering mengakulturasikan diri dengan budaya lokal. Sebagai generasi muda haruslah kita menyadari bahwa secara naluriah telah terpilih untuk menjadi sosok yang berkewajiban menjaga nilai-nilai luhur  budaya dan mengamalkannya di kehidupan sehari-hari agar asset budaya yang dimiliki tidak hilang begitu saja.
Potret buram kondisi tanah air ini semakin terlihat jelas, karena sering tersiar di media massa tentang kenakalan remaja. Meskipun ada beberapa generasi muda yang mengahrumkan nama bangsa di kancah Internasional dengan kejuaraan-kejuaraan baik di bidang seni, olahraga, akademik dan potensi lainnya. Namun jumlahnya masih sedikit karena masih banyak pula remaja yang menorehkan sejumlah kenakalan yang saat ini makin sering terjadi seperti seks bebas, miras, abortus, tawuran, balapan liar, dll. Remaja juga tengah berlomba-lomba untuk menikmati produk barat yang semakin merajai pasaran.
Seseorang akan dianggap gaul jika bisa makan di restoran fastfood, karena membeli produk luar negeri dianggap sebagai kebanggaan tersendiri yang bisa meningkatkan prestise di hadapan masyarakat. Sehingga produk lokal mulai mengalami penurunan permintaan. Padahal produk lokal adalah karya anak bangsa yang seharusnya patut diapresiasi.
Betapa westernisasi telah merusak jati diri generasi muda. Nilai luhur dan moral mulai terabaikan dengan gaya hidup yang serba modern dan instan. Padahal nilai luhur menjadi pendoman dalam melaksanakan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Nilai luhur budaya salah satunya juga dalam hal bersikap dan bertutur kata. Namun dewasa ini etika dalam bertutur kata tersebut mulai luntur tergerus oleh derasnya pengaruh lingku­ngan. Remaja sekarang tidak lagi menerap­kan nilai-nilai normatif budaya. Sehingga tidak jarang kita temukan generasi muda yang tidak bisa menempatkan bahasanya, baik ketika berkomunikasi dengan yang lebih be­sar, yang lebih kecil ataupun sebayanya.
Seringkali dijumpai di jejaring social postingan yang sifatnya mengumpat atau kata-kata kasar. Hal tersebut tidaklah sesuai dengan nilai luhur. Sebagai generasi muda yang baik kita harus menyadari bahwa jejaring social adalah dunia maya yang sangat luas. Status-status yang tidak pantas diposting bisa saja dibaca oleh orang yang lebih tua dari yang menulis status.
Sikap seperti inilah yang harus dibenahi agar generasi muda tidak mengalami kemerosotan moral yang semakin parah. Karena perkembangan zaman semakin menuntut kita untu berpikir kritis dan tidak apatis. Generasi muda haruslah memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi. Generasi muda Bojonegoro harus mengupayakan nilai-nilai moral dan luhur dari ajaran Samin diterapkan di kehidupan agar bisa menjadi generasi muda yang berkualitas dan patuh terhadap norma-norma yang sesuai di masyarakat.
Karena generasi muda yang nantinya menjadi agent of change, alias agen perubahan. Seperti yang pernah dikatakan Bung karno dalam pidatonya “ Tuhan tidak akan merubah nasib manusia sebelum manusia itu merubah nasibnya sendiri”. Kata-kata yag dikutip Bung Karno dari Al-Qur’an tersebut dapat kita artikan Tuhan tidak akan mengubah nasib Bojonegoro sebelum Bojonegoro mengubah nasibnya sendiri.
Bojonegoro akan menjadi apa kelak tergantung bagaimana generasi mudanya. Oleh karena itu dibutuhkan generasi muda yang bisa menjadi seorang pemimpin-pemimpin yang mumpuni, yang punya jiwa pancasilais, punya semangat nasionalisme, punya kesadaran diri bahwa harus menjaga nilai-nilai luhur budaya yang mulai runtuh.
Ingat, bahwa pemuda hari ini adalah orang tua di masa yang akan datang. Kakan seperti apa Indonesia 6-10 tahun kedepan, tergantung bagaimana generasi mudanya bersikap.