SURAT
UNTUK KANG YOTO ( Surat 1) : Diknas Memprogramkan Pembelajaran atau Muatan Lokal Sejarah
Bojonegoro
Bojonegoro, 22 Februari 2013
Untuk : Kang Yoto
Di Kediaman
Assalamualaikum
wr.wb
Kang Yoto yang
saya hormati, masyarakat yang kabupatennya mempunyai Motto “Jer Karta Raharja Mawa Karya” tengah
bersuka cita menyambut Kang Yoto sebagai pemimpin yang kembali terpilih di
pemilu Bojonegoro untuk masa kepemimpinan tahun 2013-2018, Kang Yoto yang saya
banggakan dan saya kagumi karena cintanya terhadap dunia pramuka, selamat
menjadi Bupati terpilih, selamat bekerja menjadikan kota ini menjadi lebih
MATOH lagi.
Perkenalkan nama
saya Yeni Ayu Wulandari. Saya tengah mengenyam pendidikan di SMAN 2 Bojonegoro
kelas XI IPS 1.
Kang, saya tertarik
dengan puisi-puisi yang Kang Yoto tulis dalam Buku Kumpulan Puisi Jagad Para
Murid. Kapan Kang Yoto akan menerbitkan buku kumpulan puisi lagi? Puisi Kang
Yoto menjadikan saya lebih bersemangat lagi belajar di sekolah. Andai saja Kang
Yoto memiliki banyak waktu senggang, saya ingin sekali berbagi cerita atau
sekedar berdiskusi tentang dunia menulis puisi. Tapi sepertinya keinginan itu
harus saya singkirkan dari benak saya. Selaku Bupati Bojonegoro tentu saja Kang
Yoto sibuk dengan urusan pemerintahan. Alhasil, saya sangat senang dengan
diadakannya lomba menulis surat ini. Karena ada media bagi saya untuk
mencurahkan unek-unek saya.
Kang, untuk
pendidikan 2013 di semester baru mendatang saya menginginkan Diknas memprogramkan pembelajaran atau
muatan lokal sejarah Bojonegoro. Mengapa? Karena saya sendiri sebagai pelajar
di Bojonegoro merasa harus mengetahui cerita, tuturan dan silsilah Bojonegoro
dimulai dari zaman Pra Sejarah, zaman Kerajan Majapahit, zaman Kerajaan Demak, zaman
Kemerdekaan dan zaman sekarang.
Y.B Mangunwijaya
seorang tokoh budayawan dan rohaniawan berkata bahwa tanpa mempelajari sejarah
bagaimana seseorang dapat bercerita? Tanpa diajarkan sejarah, bagaimana seseorang
akan mengenal tanah tumpah darahnya. Oleh karena itu saya merasa haus akan
asupan pengetahuan sejarah kota Bojonegoro, mungkin hal ini juga dirasakan
pelajar lainnya.
Dengan adanya
muatan lokal sejarah Bojonegoro berarti kita belajar mememahami jati diri
Bojonegoro. Pelajar tidak hanya sekedar tahu bahwa Bojonegoro memiliki cerita
foklor Angling Dharma. Bukankah mempelajari sejarah adalah sebagai wujud cinta
kasih terhadap nenek moyang dan para pejuang dulu. Karena sejarah adalah
sekarang, maka bertindaklah secara historis untuk masa depan, begitulah kutipan
kalimat yang disampaikan oleh Muhidin M. Dahlan dalam pembuka buku Ngeteh di
Patehan.
Kang, mempelajari
sejarah berarti menumbuhkan semangat masa lalu dan semangat itu harus ditiru
untuk menumbuhkan kesatuan dan nasionalisme. Belajar sejarah berarti belajar tentang
pengalaman hidup yang dapat dijadikan tolak ukur untuk merencanakan pembangunan
kehidupan yang lebih baik di masa depan.
Kang, akan terlihat
aneh ketika pelajar di Bojonegoro mengetahui siapa Cut Nyak Dien, Pangeran
Diponegoro, Tengku Umar tapi tidak tau siapa R. Tumenggung, R. Adipati Aryo,
Tumenggung Tirtonoto, Pangeran Mas Tumapel. Padahal Pangeran Mas Tumapel yang
namanya diabadikan menjadi salah satu nama jalan di Bojonegoro merupakan tokoh
lokal Bojonegoro sama halnya dengan Cut
Nyak Dien dan Tengku Umar yang merupakan tokoh lokal Aceh.
Betapa penting mempelajari
sejarah kota sendiri karena bisa mengetahui tokoh-tokoh lokal yang berjuang
demi Bojonegoro di masa lampau hingga menjadikan Bojonegoro sehebat sekarang pernah
diadakan cerdas cermat wawasan sejarah Tuban. Mengapa Bojonegoro tidak ada?
Padahal dengan diadakannya cerdas cermat wawasan sejarah Bojonegoro pelajar
dapat mengetahui sejarah dan perkembangan Bojonegoro. Jadi tak hanya
pengetahuan sejarah nasional dan dunia saja yang mereka ketahui, sejarah lokal juga
akan mereka ketahui.
Kang, tercetus
dalam benakku sebuah pemikiran ketika ada warga Bojonegoro berada di daerah lain
sebagai wakil daerah, bekerja atau yang bersekolah di luar kota ditanya bagaimana
sejarah daerah asalnya. Bagi yang tahu tentu saja akan berbagi cerita dengan bangga,
bagi yang tidak tahu akan menjawab tidak tahu lalu diam. Miris melihat
kenyataan jika ditanya hanya diam saja. Kang, hal ini secara tidak langsung menjadi
tolak ukur orang lain berpendapat tentang masyarakat Bojonegoro yang tidak tahu
jati diri Bojonegoro. Dan faktanya, di Bojonegoro sendiri masyarakat yang mempelajari
sejarah Bojonegoro peminatnya masih minim.
Saya mendapatkan
informasi dari guru saya sewaktu berbincang-bincang mengenai sejarah
Bojonegoro, yaitu pada tahun 1988 pernah diterbitkan buku sejarah Bojonegoro
hasil penelitian tim khusus yang pernah dibentuk Bupati Bojonegoro pada masa
itu. Tim tersebut mencari informasi ke berbagai sumber, termasuk pergi ke
Jakarta dan ke Belanda. Dan hasil penelitian tersebut dicetak menjadi buku. Saya menemukan buku tersebut di
perpustakaan umum, saya ingin meminjamnya untuk saya baca dirumah, tapi pihak
perpustakaan tidak mengizinkan saya untuk membawa pulang buku tersebut dengan
alasan memang tidak boleh dipinjam untuk dibawa pulang, melainkan harus dibaca
di tempat. Padahal saya ingin membaca buku tersebut di rumah. Jika tengah malam
saya tak bisa tidur, saya menggunakan waktu saya untuk membaca buku, bahkan
jika buku tersebut memikat hati saya, saya akan membacanya sampai menjelang
subuh sebelum menyiapkan diri berangkat ke sekolah. Kang, yang saya ketahui
dari guru saya, bahwa buku tersebut memang dicetak banyak namun tidak
didistribusikan untuk masyarakat atau sekolah-sekolah, melainkan untuk para
pejabat yang notabenenya orang pemerintahan saja.
Kang, menurut
saya harusnya hasil penelitian itu juga distribusikan di perpustakaan sekolah untuk
wacana sejarah. Karena orang Bojonegoro pengetahuan tentang sejarahnya rata-rata
hanya sebatas tahu tentang Angling Dharma dan ulasan singkat di situs web
Bojonegoro saja. Buku Sejarah Bojonegoro yang tebal itu kurang menarik minat
masyarakat. Apalagi minat baca di Bojonegoro masih tergolong rendah. Pelajar
sekarang lebih senang mendengarkan daripada membaca dan menulis. Oleh karena
itu, pentingnya muatan lokal sejarah Bojonegoro menurut saya perlu diprogramkan
di semester mendatang sehingga para pelajar akan mudah menerima pelajaran lewat
buku dan ulasan bapak ibu guru.
Kang, saya pernah
membaca buku sejarah berjudul Ngeteh Ing Patehan, buku tersebut ditulis oleh 13
warga Yogyakarta yang meneliti seluk beluk Keraton Yogyakarta. Buku Ngeteh Ing
Patehan menceritakan tentang sejarah lokal kehidupan Keraton Yogyakarta di
Kelurahan Patehan yang terdiri dari Ngadisuryan, Taman, Nagan dan Patehan. Saya
pribadi sangat menyukai buku tersebut, apalagi penyusun buku tersebut bukanlah para
ahli sejarah, melainkan masyarakat biasa. Ada yang masih mahasiswa , SMA, SMK
atau bekerja. Tim tersebut bukanlah utusan pemerintah melainkan panggilan hati
nurani karena tak ingin sejarah kampungnya tenggelam oleh peradaban Kang, buku
Ngeteh Ing Patehan menjadi bukti nyata bahwa masih ada masyarakat yang
mencintai daerahnya, hingga rela meluangkan waktu untuk mencari sejarah daerah
asalnya. Haruslah itu ditiru pemuda-pemudi Bojonegoro agar sejarah Bojonegoro
tidak tenggelam oleh peradaban.
Kang, dari buku
tersebut saya dan beberapa teman sekolah berinisiatif untuk melakukan riset
jelajah eksotisme dan tempat-tempat bersejarah di Bojonegoro. Dan kelak hasil
riset tersebut akan saya bukukan seperti buku sejarah Ngeteh di Patehan. Ukuran
bukunya 17x11 cm, selain ulasan tentang tempat yang dikunjungi tentunya akan
disertai gambar. Ukuran buku yang mini dan terkesan segar itu nantinya akan
menarik minat masyarakat Bojonegoro untuk membacanya sehingga pemikiran mereka bertambah
tahu bahwa Bojonegoro menyajikan banyak eksotisme yang tak hanya Waduk Pacal,
Kayangan Api, Tirtawana Dander saja . Masih banyak tempat-tempat menarik yang
belum terjamah, seperti Sungai Purba yang ada di Sugihwaras, Kincir Air
Sekonang di Temayang, Air Terjun Kedung Gupit di Gondang, dll. Kami akan
melakukan riset untuk mengulas tempat-tempat bersejarah. Seperti perempatan
Diponegoro yang dinamai perempatan Mbombok oleh masyarakat. Menurut cerita, perempatan
jalan Diponegoro disebut sebagai perempatan Mbombok karena zaman dulu di
perempatan tersebut terdapat banyak pohon asam, sehingga banyak orang takjub
dan berkata mbokmbokmbok ketika
melintasi. Contoh lain, kantor PDAM Bojonegoro yang umurnya sudah tua, dibangun
di masa penjajahan Belanda sampai sekarang bangunannya masih digunakan oleh pemkab
kita. Dua fakta bersejarah tersebut saya ketahui ketika saya mengikuti
Bojonegoro Tempoe Doloe yang diadakan oleh Blogger Bojonegoro untuk mengetahui beberapa
tempat bersejarah di Kecamtan Bojonegoro.
Kang, jika kedua
riset yang akan kami jalani bersama teman-teman berhasil dan dicetak menjadi
sebuah buku, kami ingin segera mendistribusikannya untuk masyarakat Bojonegoro.
Hal ini kami lakukan sebagai pendobrak semangat pelajar lainnya untuk lebih
mencintai dan peduli Bojonegoro. Kang, besar harapan saya di pemerintahan tahun
2013 ini pemkab Bojonegoro mengadakan cerdas cermat wawasan sejarah Bojonegoro,
mengadakan program Bojonegoro Herritage untuk mengetahui tempat-tempat
bersejarah dan yang lebih penting di jejang SMA khususnya diadakan muatan lokal
sejarah Bojonegoro. Para guru sejarah di Bojonegoro diberi diklat atau
pelatihan khusus untuk mempelajari sejarah Bojonegoro, jadi ketika proses
belajar mengajar berlangsung bisa diselipkan informasi tentang Bojonegoro.
Selain itu dapat
pula pemkab melaui dinas pariwisata atau dinas pendidikan menyelenggarakan Lomba story teling sejarah Bojonegoro, mengadakan festival teater cerita
lokal, pameran pariwisata dan sejarah tentang Bojonegoro. Atau bisa juga
mengadakan lomba menulis buku sajarah kampung yang nantinya akan sepeprti buku
Ngeteh Ing Patehan. Dengan lomba menulis sejarah kampung akan membangkitkan
semangat para pemuda-pemudi desa, meraketkan hubugan antara yang muda dan yang
tua. Karena secara tidak langsung ketika si tua bercerita akan terselib sebuah
nasihat karena pengalaman masa lalu. Dan si muda akan tergugah semangatnya.
Kang, kupersembahkan
lagu berjudul BOJONEGORO MAKARYO karya saya dan teman –teman band agar
Bojonegoro lebih giat lagi melakukan pembangunan. Saya berharap semoga Kang Yoto
berkenan untuk mendengarnya sampai selesai. Jika Kang Yoto menyemangati kami
lewat bait-bait puisi Jagad Para Murid, maka kami ingin memberikan semangat
untuk Kang Yoto dalam menjalani masa jabatannya melalui lagu BOJONEGORO
MAKARYO.
Kang, saya cukup
sekian surat saya, saya mohon maaf apabila ada kata atau informasi yang salah
dan tidak berkenan di hati Kang Yoto. Semoga Kang Yoto selalu dilimpahi
kesehatan dan kemudahan dalam menjalankan rutinitas kerja. Aamiin ..
Dari
:
Yeni Ayu Wulandari (Yeni)
Jl.
KHR Moh. Rosyid Perum GRI D-16
Dander Bojonegoro
SURAT
UNTUK KANG YOTO ( Surat 2 ) : Meningkatkan Sumber Daya Pelajar Sebagai Generasi Emas
Bojonegoro Melalui Pendidikan Berkarakter .
Kepada
: Kang Yoto, Bupati Bojonegoro
Di Meja Kerja
Assalamualaikum
wr.wb
Kang
Yoto yang saya hormati, yang tengah membaca surat saya di meja kerja, teriring
salam dan do’a untuk Kang Yoto dan keluarga semoga senantiasa dilimpahi
kesehatan dan kemudahan oleh Allah SWT dalam menjalankan rutinitas kerja.
Perkenalkan nama saya Yeni Ayu Wulandari. Saya bersekolah di SMAN 2 Bojonegoro
kelas XI IPS.
Kang,
lomba menulis surat untukmu adalah sebuah media yang memberi kemudahan untuk
saya sehingga dapat berinteraksi dengan Kang Yoto, saya bisa menyampaikan unek-unek saya untuk kota minyak ini,
yaitu mengenai keinginan saya Meningkatkan
Sumber Daya Pelajar sebagai Generasi Emas Bojonegoro Melalui Pendidikan Berkarakter
.
Kang, kalimat
‘berkarakter’ tentunya sudah tak asing lagi di dengar. Karena dalam dunia
pendidikan Mendiknas tengah mengkampanyekan pendidikan berkarakter untuk
anak-anak bangsa. Dan tentu saja kampanye kata ‘berkarakter’ memiliki makna
yang baik.
Dalam pelajaran
sekolah, saya mengambil kesimpulan mengenai makna pendidikan berkarakter, yaitu
didasarkan untuk menumbuhkan sikap kejujuran, kedisiplinan, tanggung jawab,
solidaritas, amanah, adil, rendah hati, toleransi, dll yang konotasi sikapnya
baik. Hal ini dimaksudkan agar generasi penerus bangsa bisa menjadi generasi
emas di tahun 2045. Generasi emas yang diprogramkan pemerintah bertujuan agar
anak-anak sekolah nantinya menjadi pribadi yang baik serta memiliki jiwa
kepemimpinan yang sesuai agama dan pancasila.
Kang, menjadikan
pribadi memiliki karakter sesuai agama dan pancasila tidak hanya dilakukan
dalam lingkup pendidikan sekolah saja, melainkan dimanapun kita berada, di
semua jenjang tingkatan masyarakat. Baik di instansi pemerintahan, perusahan atau
di lingkungan sekitar menjadikan pribadi berkarakter perlu dilakukan. Bukankah
tidak hanya bapak ibu guru saja yang harus mengkampanyekan pendidikan
berkarakter. Melainkan semua pemimpin harus mengkampanyekan pendidikan
berkarakter. Setujukah dengan pendapat saya Kang?
Karena jika
pemimpin (pemerintahan) turut serta mengupayakan peningkatan pendidikan
berakter dan mengimplementasikan makna karakter yang sesungguhnya maka pemimpin
dapat menjadi pemimpin baik yang jadi panutan bagi anggotanya, pemimpin itu
akan disegani karena memiliki karakter yang tidak mengidahkan akidah hukum
islam dan sesuai dengan pancasila.
Kang, tampaknya
usaha mengkampanyekan pendidikan berkarakter belum sesuai dengan target. Fakta
di lapangan masih banyak dijumpai tindakan anarkisme, tawuran antar pelajar,
ketidakjujuran dalam UNAS, seks bebas, penggunaan obat-obatan terlarang, dll.
Kasus-kasus tersebut banyak yang terekspos media dan masih banyak pula yang
terselubung.
Saya sebagai
pelajar yang bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu sangat prihatin dengan
keadaan ini, karena di Bojonegoro sendiri masih sering diberitakan bahwa ada
pelajar yang mengkonsumsi dan menjual obat-obatan terlarang, kasus tersebut
pernah terjadi di tahun 2012 pada bulan Agustus lalu dan diberitakan di Radar
Bojonegoro. Selain itu, ketidakjujuran pelaksanaan UNAS yang terekspos media
terjadi pada 2011 lalu, yaitu penyebaran
kunci jawaban UNAS yang dilakukan oleh salah satu kepala sekolah di Kecamatan
Kedewan. Dan banyak para pelajar terjaring razia karena tengah melakukan
hubungan asusila di hotel-hotel tertentu di Bojonegoro.
Kang, apa yang
dapat saya lakukan sebagai pelajar agar hal tersebut tidak terus menerus
terjadi? Meskipun kasus-kasus tersebut tidak dapat dihapuskan secara bersih,
setidaknya bisa diminimalisir. Kang, bukankah arti karakter sesungguhnya adalah
kebiasaan. Ya, kebiasaan yang dimiliki setiap pribadi. Dalam ilmu sosiologi,
kebiasaan dapat terbentuk karena faktor lingkungan dimana kita tinggal atau
membaur dengan masyarakat.
Kang, saya ingin
menyampaikan rasa bangga saya atas pemerintahan Kang Yoto di periode
sebelumnya. Saya merasakan kota kelahiran saya semakin maju dan berkembang, di
sektor pendidikan, sekolah dari TK-SMA bangunannya sudah layak pakai dan
pembenahan infrastuktur lainnya tengah gencar dilakukan. Saya senang melihat
kawan-kawan seperjuangan yang bermukim jauh dari kota kini dapat menikmati
fasilitas pendidikan yang lebih baik. Terimakasih Kang atas pengabdian dan
kerja kerasnya menjadikan Bojonegoro menjadi lebih baik dari sebelumnya
walaupun di semua sektor tidak bisa menjadi lebih baik secara bersamaan. Oleh
karena itu, besar harapan saya semoga di masa jabatan periode ini segala
sesuatunya dapat berkembang menjadi lebih baik dan seimbang.
Kang, harapan
saya di pemerintahan yang baru ini pendidikan berkarakter lebih sering lagi
dikampanyekan agar muda-mudi Bojonegoro menjadi pemimpin yang bersih dari
tindakan-tindakan tercela dan generasi emas ini memiliki tindakan yang sesuai
dengan agama dan pancasila. Misalnya dengan terus melakukan sosialisasi bahaya
seks bebas dan narkoba, lebih sering melakukan razia di tempat-tempat yang
sering digunakan seks bebas oleh pelajar atau bahkan kalau perlu tempat-tempat
tersebut diberi peringatan yang tegas, tidak boleh memberikan jasa penyewaan
untuk anak dibawah 19 tahun. Fakta kejujuran dalam UNAS juga terus dilakukan
demi terwujudnya rasa mandiri dan jujur terhadap diri sendiri serta Tuhan YME.
Selain itu, saya
harap di tahun 2014 mendatang Bojonegoro lebih sering lagi menggalakkan rasa
solidaritas untuk menciptakan kerukunan antar pelajar. Misalnya bhakti sosial,
gerakan penanaman pohon, lomba dan pentas seni yang dapat meraketkan hubungan
antar pelajar Bojonegoro, membuka forum diskusi, memberikan pembinaan gratis
untuk para pelajar berprestasi sesuai bidangnya, di bidang sastra berarti
pemerintah harus melakukan workshop dan forum menulis, di bidang seni
pemerintah bisa memberikan beasiswa berlatih seni, di bidang olahraga juga
pemerintah dapat memberikan beasiswa untuk latihan atletik.
Kang, saya juga
berharap gerakan membaca di Bojonegoro juga terus ditingkatkan, pemerintah
lebih banyak lagi menganggarkan dana untuk gerakan membaca dengan lebih banyak
memasok buku-buku di perpustakaan sekolah dan mendirikan taman bacaan di desa. Karena
dengan membaca berarti kita menggenggam dunia, membuka jendela dunia, dan
menyelami seluk beluk dunia. Membaca merupakan media penanaman karakter karena
dalam buku cerita terdapat tokoh yang memiliki karakter baik, yang akhirnya
diidolakan lalu dapat ditiru. Selain itu dengan membaca secara tidak langsung
kita tengah mempelajari intisari kehidupan yaitu belajar dari pengalaman
seseorang. Lalu pengalaman tersebut kita saring antara mana yang dapat ditiru
dan mana yang tidak. Dengan membaca juga dapat menumbuhkan semangat untuk
bersekolah. Misalnya saja buku-buku yang dapat menumbuhkan semangat menjalani
hidup untuk mengarungi urusan duniawi yang harus melalui proses pendidikan
adalah :
1. Tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea
Hirata
2. Trilogi Sepatu Dahlan karya Krisna
Pabhicara
3. Room to Read karya John Wood,
4. Toto-chan karya Tetsuko Kurayonogi
5. Ibuk karya Iwan Setyawan
6. dll.
Jika anak-anak
Bojonegoro semangat bersekolah dan memiliki budi pekerti yang baik maka dapat
menjadi kebanggaan kota, dapat menjadi wakil seni, olahraga, sastra atau
akademik di derah lain bahkan di tingkat provinsi sampai internasional. Dan
kelak ketika sudah memiliki pekerjaan dapat menjadi pemimpin yang baik, yang
tidak melupakan tanah asalnya. Karena ingat semasa sekolah dulu Bojonegoro
benar-benar memperhatikan pendidikan sehingga aku dan teman-teman bisa meraih
mimpi, di Bojonegoro aku ditempa, prestasiku kian meningkat, maka aku akan
kembali untuknya, mengabdi demi kota tercinta.
Kang, sebagai
pelajar saya bersyukur karena dengan adanya pendidikan berkarakter saya dapat
belajar mengenai kebenaran dalam bersikap untuk mengambil suatu keputusan.
Sehingga kelak kami dapat menjadi pemimpin berkarakter yang memiliki integritas,
amanah, jujur, tegas, serta bersih dari korupsi.
Kang Yoto, cukup
sekian uraian saya. Semoga keinginan dan usul saya ini dapat bermanfaat untuk
kemajuan Bojonegoro. Saya berharap Bojonegoro di pemerintahan Kang Yoto ini
menjadi semakin MATOH dan semakin baik di semua bidang. Kang Saya mohon maaf
jika terdapat kesalahan kata atau informasi, dan juga apabila terdapat
kata-kata yang kurang berkenan di hati kang Yoto. Semoga Alah SWT senantiasi
mengiringi jejak langkahmu.
Wassalamualaikum
wr.wb
Dari :
Yeni Ayu Wulandari (Yeni)
Jl.
KHR Moh. Rosyid Perum GRI D-16
Dander Bojonegoro
Tidak ada komentar:
Posting Komentar