Sabtu, 02 Maret 2013

Ibu Sumber Inspirasi Terbesar Saat Ini, Esok dan Seterusnya


“ Juara 2 dalam lomba Menulis Essai Ibu Perempuan Perkasa di Kehidupan oleh Gus Ris Foundation pada Januari 2013


Sudah tak asing lagi, jika sosok yang kerap dipanggil Ibu, Bunda, Umi, Mamah, atau Yonge, Mbok’e, Mak’e (dalam basa jawa) adalah orang yang telah melahirkan kita ke dunia ini dengan pengorbanan antara hidup dan mati. Mengandung kurang lebih selama 280 hari atau 9 bulan lamanya, bahkan bisa lebih. Dan pengorbanan saat mengandung itu terbayarkan sudah ketika terdengar jerit tangis seorang bayi yang keluar dari rahim seseorang yang disebut Ibu. Acap kali terdengar doa mereka ketika akan melahirkan, yaitu“ ya Allah ya Tuhanku, lancarkanlah persalinan ini. Selamatkan bayi yang ku kandung. “
Menjadi anak cerdas, soleh hingga sukses saat dewasa nanti tentuya tak lepas dari pengorbanan orang tua. Ya, khususnya kepada Ibulah utamanya kita harus mengucapkan banyak terimakasih. Harus diakui bahwa sosok yang dipanggil Ibu itu adalah orang terhebat di dunia ini, sosok yang selalu berusaha menjadi adil untuk orang-orang yang disayanginya (baca:anaknya).
Islam, agama yang kuanut mengajarkan bahwa Ibu adalah orang pertama yang harus dihormati dan ditaati 3 kali banyaknya dibanding dengan Ayah. Diriwayatkan dalam hadist bahwa pernah ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah SAW siapakah orang yang harus saya taati dan hormati, kemudiann Rasulullah SAW menjawab yaitu Ibumu, kemudian Ibumu lagi, dan masih Ibu lagi baru kemudian Ayahmu.
Tentunya Allah juga menurunkan firman dalam Al-Qur’an agar seseorang selalu taat pada Ibunya, dalam Surat Luqman Ayat 14 yang artinya “ Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan dua orang ibu-bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”
Allah melarang umat manusia untuk durhaka pada ibunya, termasuk durhaka saat menghiraukan nasihat Ibu atau menolak perintah Ibu. Surga itu ada dibawah telapak kaki Ibu. Maka jangan sekali-kali menyia-nyiakan dan menyakiti perasaan orang yang telah melahirkan kita di dunia ini. Contoh kecil, seringkali anak muda sekarang ketika disuruh ibunya membeli bahan dapur di warung dan si anak mengucapkan “ halah “ seraya berdiri dengan malasnya. Padahal mengucapkan kata ah, halah, uh ketika diperintah Ibu sudah merupakan dosa.
Seringkali juga mendengar Ibu mengomel dirumah, jika benar-benar dirasakan, sebenarnya omelan dan kemarahan  Ibu adalah sebuah nasihat karena rasa cinta dan sayang pada anaknya. Tapi nasihat itu disampaikan dengan cara yang kurang halus menurut kalian, begitu kan? Seorang Ibu pasti takkan sekali saja menasehati anaknya, pasti seorang Ibu akan menasehati anaknya berkali-kali dengan nasihat yang sama pula. Sekali dua kali tidak mempan, pasti Ibu akan jengkel dan keluarlah untaian kata reno-reno yang kau sebut dengan omelan. Mengomel pasti karena ada yang salah dengan kelakuan anaknya. Seperti sering keluyuran, jarang belajar, tidak mau sholat dll.
Nasihat Ibu bak suara Tuhan. Nasihat Ibu, sering meragukan awalnya, apa adanya, tak ilmiah, tak keren, tak penting, namun di ujung sana nanti, pendapat yang hakikat itu pastilah nasihat Ibu. ( Andre Hirata, 2008, 113)
Untaian kata itu saya kutip dari Novel Pertama Dwilogi Padang Bulan Andrea Hirata, dalam cerita tersebut Ibu Ikal memarahi Ikal agar Ikal merantau ke Jakarta untuk mencari pekerjaan. Meskipun orang tua Ikal masih sanggup membiayai kehidupan Ikal di Belitong tapi tetap saja sang Ibu mengomeli Ikal bahwa Ikal harus bekerja, percuma Ikal kuliah di Universitas Sorbone  jika ujung-ujungnya Ikal menjadi pengangguran di Belitong.
Banyak nasihat Ibu yang sepertinya sepele, kuno, ketinggaalan zaman, cerewet, dll, Contohnya ketika Ibu mengomeli anak perempuannya yang tak mau mencuci baju sendiri, menyapu rumah, pokoknya segala kegiatan yang seharusnya dikerjakan wanita dalam urusan rumah, meskipun dirumah sudah ada pembantu. Hal itu dikarenakan sang Ibu tahu, kelak anaknya juga akan menjadi seorang Ibu juga dan berpisah dengan orang tua, hidup mandiri baik ketika kuliah nanti atau saat sudah bersanding dengan kekasih hatinya. Sama-sama akan menjadi Ibunya, oleh karena itu sedari kecil Ibu mulai mengajari hal-hal mulai yang sepele sampai yang ribet.
Ibu, ikhlas menjadi guru kehidupan bagi kita, tak  kenal lelah untuk merawat kita, tak pernah mengenal kata capek pula saat nasehati anaknya. Dan tak takkan lupa untuk mendoakan anaknya di dua pertiga malam atau setiap sujudnya. Rela sakit mempertaruhkan hidupya agar kita bisa merasakan indahnya dunia.
Pernahkah kau membayangkan betapa sakitnya seorang Ibu ketika melahirkan anaknya. Ah tentu saja bagi anak perempuan pasti akan merasakannya kelak. Tapi bagi anak laki-laki yang notabenenya kerap dicap sebgai anak pembangkang yang tidak mau mendengarkan nasihat ibu, hal tersebut perlu dibayangkan oleh kaum lelaki. Sekali lagi, perlu!
Lahir normal, Alhamdulillah. Lahir sesar? tak apa memang tapi tentu saja akan mengeluarkan banyak biaya. Namun banyak pula orang bilang jika melahirkan secara sesar tak bisa merasakan rasanya benar-benar melahirkan. Tapi itu sama sakitnya, pernah ketika ada acara pondok ramadhan disekolahku dan ada materi yang menayangkan proses melahirkan melalui sesar. Perut seorang Ibu yang tengah mengandung besar itu disobek tanpa ampun oleh Dokter. Melihat alat yang tajam seperti pisau dan gunting saja pasti sudah membuat bulu merinding dan ingin jauh-jauh. Ah rasanya, tak bisa kubayangkan. Tak sakit memang awalnya karena dalam keadaan masih dibawah tekanan obat bius, perut itu disobek hingga keluar darah yang begitu banyaknya. Barulah jabang bayi yang dikandungnya bisa dikeluarkan dan seketika pecahlah tangisan si bayi yang membahana seantero ruangan persalinan.
Jika sang Ibu lahir normal, pasti sang Ibu mampu tersenyum bahagian karena dapat melihat detik-detik pertama kelahiran anaknya didunia dengan tubuh si jabang bayi yang masih berlumuran darah diiringi dengan tangisan yang dinantikan selama berbulan-bulan itu,. Tapi jika lahir sesar? Tentu tak ada momen seperti itu kan.
Sadarkah, bahwa itu adalah bukti betapa cinta yang Ibu berikan untuk anak yang dilahirkannya begitu tulus dan ikhlas. Cinta yang tidak akan pernah hilang dan tergantikan oleh siapa pun. Bertaruh nyawa demi kelahiran seorang anak yang dikandungnya, yang ingin dibesarkannya, yang ingin dilihatnya menjadi anak yang tumbuh besar dan menjadi apa yang diingikannya kelak ketika dewasa nanti.
Ibu itu perempuan perkasa dalam hidup, perempuan terhebat dan terkuat. Banyak cerita tentang keperkasaan wanita yang disebut Ibu. Berapa banyak peluh yang ibu keluarkan untuk merawat anaknya, berapa banyak materi yang juga harus dikeluarkan untuk anaknya, berapa kali Ibu menahan rasa sakit selama proses pertumbuhan sang anak. Tentu saja tak terhitung dengan bilangan yang dapat kita hitung secara pasti.
Pernahkah kalian membaca Novel Ibuk Karya Iwan Setyawan?
Haruslah kalian membaca novel tersebut, dalam novel tersebut diceritakan tentang bagaimana sosok Ibu yang harus bekerja keras untuk menghidupi keluarga dan menyukseskan anaknya. Tinah yang berperan menjadi Ibuk berusaha menjadi yang terbaik untuk kelima anaknya. Ibuk tak pernah tamat SD, suaminya, Sim hanya tamatan SMP. Namun kedua pasangan tersebut menginginkan anaknya lebih pintar dari orangtuanya, mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya. Ya, Ibuk ingin mengubah takdir keluarga mereka.
Hingga akhirnya kehidupan keluarga Ibuk bisa lebih baik setelah Bayek, anak ketiga Tinah dari lima bersaudara itu berhasil menyelesaikan pendidikannya di IPB Bogor jurusan Statisika dengan program beasiswa dan berhasil bekerja di Jakarta selama 3 tahun. Ibuk dan Ayah Bayek bekerja keras untuk menghidupi pendidikan Bayek di Bogor, Sim bekerja menarik angkot yang sudah ringsek dan hampir tak layak pakai. Dan Tinah tetap saja berurusan dengan dapur mereka yang penuh jelaga, kerap kali pula Tinah berhutang pada banyak orang untuk membiayai Bayek.
 Doa Ibu sangat kuat dan mampu menguatkan keteguhan hati Bayek  dalam perantauannya untuk terus melangkah maju tanpa mengenal lelah hingga akhirnya Bayek ditawari bekerja di New York dan menyetujuinya. Dari pengorbanan, doa, nasihat dan kerja keras dari Ibuk lah akhirnya kehidupan mereka bisa terangkat dan mamu mengantarkan anaknya menuju kesuksesan
Bagi saya, apapun yang berhubungan dengan Ibuk selalu membuat saya terharu dan timbulah sifat cengeng saya. Semua cerita tentang Ibu berhasil menyentuh relung hati saya. Ibu tak pernah mengeluh dalam menghadapi kehidupan ini, Ibu selalu sabar menerima kenyataan hidup meskipahit sekalipun.
Namun kerap kali pula kita membuat Ibu meneteskan air mata, seorang Ibu pasti kecewa ketika nasihatnya tidak dituruti, ketika omongannya tidak digubris. Orang jawa bilang, omongan Ibu itu malati. Setiap kata yang diucapkan Ibu adalah doa, maka janganlah sekali-kali meremehkannya agar tak menjadi anak durhaka seperti dalam cerita Malin Kundang.
Sadar dan ingatlah, bahwa dalam setiap sujudnya, Ibu tak pernah lupa menyelipkan doa untuk anak-anaknya, memohon kepada yang Kuasa agar anaknya diberi kesuksekan di dunia maupun diakhirat. Ingin rasanya membasuh airmata Ibu agar aku bisa memahami jerit hati Ibu ketika aku mulai tumbuh menjadi anak dewasa yang sering mengecewakan Ibu. Betapa berharganya dekap pelukan seorang Ibu, apalagi jika Ibu telah tiada.
Ingat lagu Kasih Ibu?
Kasih Ibu, kepada beta tak terkira sepanjang masa, hanya memberi, tak harap kembali bagai sang surya mengitari dunia. Lagu tentang cinta kasih Ibu yag sewaktu kecil sering kunyanyikan bersama Ibu. Singkat, namun memang benar bahwa kasih ibu tiada ujung dan tiada akhir. Ibu, adalah pahlawan dan sumber inspirasi terbesar saat ini, besok bahkan dan seterusnya. Dan maaf Ibu, jika cinta anakmu ini tak sebesar cinta Ibu padaku.

Tidak ada komentar: