Bercerita
lewat tulisan lebih menyenangkan daripada harus bercerita lewat omongan.
Melalui tulisan, perjalanan hidup akan terdokumentasi dengan baik. Setidaknya
saat tua nanti jika aku menuliskan perjalanan hidupku kelak aku bisa membaca
dan mengenang lagi memori hidupku di masa lalu saat rambutku sudah mulai
memutih dan ingatanku sudah tak setajam dulu lagi. Tak heran jika tiga buku
dairy yang sudah kumiliki sejak SMP hingga sekarang ini sudah berganti-ganti
buku dan penuh dengan tulisan yang berisi keluhan, ungkapan rasa senang,
bingung, sedih juga jenuh. Kuceritakan semuanya melalui rangkaian kata-kata
yang muncul begitu saja dalam otakku sebagai perwakilan isi hatiku. Ya, aku
menyukainya bahkan sangat menyukai bercerita melalui untaian kata karena terasa
lebih indah. Dairy menjadi teman setia yang tak akan pernah lelah mendengarkan
isi hatiku, dan dia selalu ada kapanpun aku membutuhkannya.
Kumulai dan akan kuceritakan
padamu sedikit tentang perjalanan hidupku yang akhir-akhir ini lebih terasa
menyakitkan dan membosankan..
Sepertinya
virus malas mulai menyerangku saat ini. Bahkan kerap kali aku melalaikan
kewajibanku sebagai seorang anak yang seharusnya jika berada dirumah membantu
orang tua mengerjakan pekerjaan rumah seperti mencuci baju, menyetrika,
menyapu, mencuci piring, mengepel dan pekerjaan lainnya. Namun sekarang ini
jarang dirumah, lebih sering menghabiskan waktu di luar rumah bahkan baru
pulang sampai larut malam. Yang lebih menyedihkan lagi posisiku yang sekarang
ini menjadi seorang pelajar punya kewajiban sebagai anak yang harusnya belajar
yang rajin agar bisa berprestasi baik akademik maupun nonakademik malah semakin
menurun intensitas belajarnya sehingga akhir-akhir ini mulai terasa dampaknya.
Ketika ulanganku selalu menghasilkan nilai receh, tugas sekolah yang tak
terselesaikan dengan baik bahkan tak jarang otakku tak bisa konsentrasi saat
belajar dikelas karena mataku tak kuat untuk melek. Sehingga tak khayal jika aku sering ketahuan guru tidur di
kelas. Masalah lain lagi timbul di rumah ketika aku selalu pulang larut malam,
memboroskan bensin motor hingga pekerjaan rumah yang seharusnya kukerjakan
menjadi terbengkalai dan ibuku selalu mengomel panjang lebar. Ditambah lagi
kesehatanku yang semakin menurun akibat telat makan, jarang tidur atau kurang
istirahat. Juga ketika keuanganku keluargaku yang mengalami kemerosotan pemasukan karena
keluargaku juga tengah pada posisi kesusahan.
Banyak
orang yang mengatakan jika aku sekarang berubah, berbeda dengan Aku yang dulu.
Namun apa yang dikatakan mereka memang benar, sudah 4 bulan terakhir ini aku
merasakan jika hidupku arahnya tak menentu. Ah, tentu saja setiap permasalahan
itu ada akarnya. Dan permasalahan itu juga seperti benang mbulet kata banyak orang. Mengurai benang tersebut agar tidak mbulet lagi pasti butuh proses dan
proses tersebut tidak akan berjalan dengan lancar karena pasti ada gagalnya.
Pasti itu! Dan setelah kutelisik lebih dalam ternyata awal hidupku menjadi tak
teratur lagi adalah masalah yang sepele sebenarnya. Asmara. Sedikit cerita aku
dan masa laluku mengakhiri hubungan yang sebelumnya telah kita rajut selama dua
tahun. Dua tahun bukanlah waktu yang singkat. Apalagi berakhirnya hubungan ini
bukan berakhir dengan baik. Namun berakhir dengan tidak baik.
Sedikit
cerita tentang akar permasalahanku kawan, hingga akhirnya aku melampiaskannya
dengan banyak cara. Namun aku sekarang sadar, tidak ada permasalahan yang tak
bisa diselesaikan. Pasti semuanya bisa diselesaikan tergantung bagaimana cara
kita menyikapinya dan kita harus menunggu waktu hingga semuanya akan kembali
berjalan normal lagi.
Ya,
sepertinya sekarang ini hidupku kurang normal. Bukan tidak normal. Tapi kurang
normal akibat ulahku sendiri. Aku yang beberapa waktu lalu mampu membagi waktu
antara kewajibanku sebagai pengurus OSIS, sebagai pelajar, sebagai penggiat
dunia literasi di beberapa media masa dan sebagai anak dari kedua orangtuaku.
Aku masih sering menghabiskan waktu dirumah dengan ditemani tumpukan novel yang
menungguku untuk kubaca dan disekelilingku masih ada orang-orang yang selalu
setia menemaniku, menasehatiku dan mendukung disetiap langkahku.
Seiring
dengan semakin panjang langkah hidup yang harus kulalui dan itu berarti umurku
semakin bertambah, sebentar lagi memasuki usia 17 tahun. Maka, makin banyak pula kewajiban dan
tanggung jawab yang harus dipenuhi dengan baik.
Umur yang kata banyak orang menjadi pertanda bahwa anak sedang berada
pada proses mendewasakan diri, usia yang sudah diberi kepercayaan seperti
memiliki KTP, mengurus SIM, memilih kepala daerah, dll.
Itu kepercayaan secara umum
menurut aturan dimana warga Indonesia tinggal. Namun dalam keluarga? Keluargaku
misalnya …
Yang
terlalu over protektif terhadapku, bahkan juga cuek atau cenderung tak perduli.
Menurutku, hal itu bisa dilihat dari sikap kedua orang tuaku yang tak terlalu
mendukungku mengikuti ekstra jurnalistik, kegiatan OSIS dll. Mereka
menganggap kegiatan seperti itu sama saja buang-buang waktu dan uang. Mereka
mengganggap anak sekolah yang biasa-biasa saja itu yang baik. Biasa dalam arti
sekolah ya sekolah tidak usah ikut kegiatan yang aneh-aneh seperti itu kata
mereka.
Masa
sih itu hal aneh. Wajar menurutku. Terus, kalau seperti ini yang aneh siapa?
Bukankah dengan mengikuti kegiatan seperti itu aku mendapatkan banyak
pengalaman baru yang bisa kujadikan bekal di masa depanku. Jadi, anak sekolah
tak harus pintar di bidang akademik saja kan, lebih baik lagi jika diimbangi
dengan kemampuan nonakedemik yang memadai.
Lelah
mulutku menyakinkan mereka agar mempercayaiku dan memberiku dukungan. Tapi apa?
Anggapan mereka sama saja. Menganngap semua cerita dan impianku sebagai naskah
yang tak berlaku.
Berbagai
banyak pertanyaan berkecamuk dalam benakku. Kenapa orang tuaku melarangku
pulang malam? Kenapa mereka tidak mempercayaiku jika aku memang benar-benar
sedang sibuk dengan aktivitas sekolahku?
Dan
terkadang mereka juga tak mau mendengar alasanku, padahal aku memang tak
beralasan. Aku benar-benar lebih memilih menghabiskan waktu diluar rumah
daripada harus berada dirumah dengan kondisi yang tak membuatku nyaman. Karna
menurutku, biarlah dengan semua kesibukan yang kujalani melalui kegiatan
sekolah yang aku ikuti yang mendewasakan diriku. Karna aku memang benar-benar
jenuh dengan keadaan rumah. Aku ingin berontak namun tetap saja mereka tak
mendengarku karna mereka sendiri sudah pasti juga tengah pusing dengan
permasalahannya.
Lalu kepada siapa aku harus mengadu?
Aku
lebih memilih keluar dari rumah, menghabiskan waktu disekolah bersama
teman-teman sampai pulang menjelang sore setelah itu mandi dan bersiap-siap kembali
lagi keluar bersama teman-teman entah dalam acara rapat osis, latihan lomba,
rapat intern program kerja yang akan dijalankan, pergi mengerjakan tugas
sekolah dari guru yang begitu banyaknya hingga larut malam. Ya, setidaknya itu
mampu menghalau kegalauanku dirumah menurutku.
Mungkinkah
apa yang kulakukan benar? Atau mungkin salah?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar